Skip to main content

JANGAN PERMALUKAN AKU

Syair Imam Syafi’i rahimahullah :

Sengajalah menasehatiku saat ku sendiri

 Jauhkan aku dari nasehat di depan khalayak ramai 

 Karena nasehat di tengah manusia itu bentuk mempermalukan 

 dan aku tidak rela untuk mendengarkan 

 Dan jika perkataanku ini tidak engkau ikuti 

kaget bila nasehatmu tidak ditaati 

(Diwan Imam Syafi’i, hal: 96)

Sekelas Imam Syafi’i saja, tidak mau mendengarkan nasehat yang disampaikan di hadapan manusia.

Maka bagaimana orang yang jauh di bawah beliau ketaqwaan dan keikhlasannya, akan mau mendengarkannya?

📌  Menasehati hendaklah disampaikan dengan empat mata, dan tidak di hadapan banyak orang. 

Karena bisa saja orang yang anda nasehati bukan menjadi baik akan tetapi semakin jauh karena merasa di permalukan. 

🍃 ┏  Tidak hanya di dunia nyata, menasehati secara "diam" bisa di lakukan ketika di dunia maya dengan mengirim pesan kepada yang bersangkutan dan tidak menasehati di kolom komentar. ┛🍃

Al Hafizh Ibnu Rajab berkata : 

“Apabila para Salaf hendak memberikan nasehat kepada seseorang, maka mereka menasehatinya secara rahasia…

Barangsiapa yang menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat. Dan barangsiapa yang menasehatinya di depan orang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya.” 

(Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, halaman 77)

📌  Dan umumnya seseorang hanya bisa menerimanya saat dia sendirian dan suasana hatinya baik.

Itulah saat yang tepat untuk menasehati secara rahasia, tidak di depan publik. 

🍃 Sebagus apapun nasehat seseorang namun jika disampaikan di tempat yang tidak tepat dan dalam suasana hati yang sedang marah maka nasehat tersebut hanya bagaikan asap yang mengepul dan seketika menghilang tanpa bekas. 🍃

Apabila seseorang ingin menasehati maka harus dengan perilaku, sopan, lemah lembut, dan penuh kasih. Tidak langsung berkata kasar dan memvonis.

Sebagian orang menampakkan diri sebagai penasehat sebagai penjaga benteng agama sebagai orang yang peduli untuk menjaga masyarakat dari kesesatan, dst. 

Tapi sayang terselip di hati kecilnya disengaja atau tidak rasa ingin menjatuhkan saudaranya.  

Wallahul musta’an.

🖊  Oleh : Ustadz Dr. Musyaffa’ Ad Dariny Lc, MA

Dewan Pembina Yayasan Risalah Islam

Oleh : Mutiara Risalah Islam


Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.