Skip to main content

Jangan Sibukkan Dirimu Dalam Hal Yang Tak Bermanfaat

By : Isruwanti Ummu Nashifa 

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَالَا يَعْنِيْهِ

“Di antara kebaikan Islamnya seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu yang bukan urusannya.” (HR. At-Tirmidzi 9/196, Ibnu Majah 3976

Hadits ini dinilai hasan oleh an-Nawawi dan Ibnu ‘Abdil Barr. Namun, hadits ini dinilai shahih oleh al-Albani).

Islam mengatur dengan indah bagaimana seorang mukmin berakhlak terhadap dirinya dan sesama muslim lainnya. Termasuk di sini bagaimana ia lebih memperhatikan kehidupan akhiratnya daripada terlalu sibuk dengan urusan orang lain. Peduli pada kebutuhan saudaranya sangat bagus, bahkan diperintahkan syariat. Akan tetapi, terlalu campur tangan, bahkan menyibukkan lisannya, hatinya, dan aktivitas lain yang tak terlalu penting dan mendesak dengan orang lain akan membuatnya melupakan kewajibannya pada Allah ‘Azza wa Jalla.

Seperti dalam hal berbicara, dia perlu berpikir apakah perkataannya mengandung maslahat atau justru bisa melukai, mendorong pada menyakiti saudaranya, ghibah, dan hal yang sejenis yang menjerumuskan pada dosa.

Hisan bin Abi Sinan pernah melewati sebuah kamar lalu dia bertanya,” Sejak kapan kamar ini dibangun?” Kemudian, dia kembali bertanya kepada dirinya sendiri,” Apa urusanku dengan pertanyaan, sejak kapan kamar ini dibangun?! Sungguh engkau menanyakan sesuatu yang tidak bermanfaat bagimu. Kemudian, dia menghukum dirinya sendiri dengan berpuasa selama satu tahun. (Hilyatul Auliya, 3/115)

Setan senantiasa mencari celah agar seorang hamba terjatuh pada perkataan dan perbuatan sia-sia. Banyak waktu berharga terbuang percuma dengan sibuk dan asyik hingga lupa waktu. Mereka isi hari-harinya dengan sibuk, menguliti aib orang lain, banyak mengikuti berita-berita yang kurang bermanfaat untuk kehidupan dunia, apalagi untuk kehidupan akhirat, tenggelam dalam kabar terkini, berselancar di dunia maya tanpa tujuan untuk kemaslahatan diri dan agamanya.

Orang yang gemar membicarakan orang lain dari berbagai sisi, terlebih lagi sisi jeleknya maka dia akan lupa bahwa dirinya juga memiliki sifat buruk dan kekurangan sebagaimana orang lain. Dan seorang mukmin harus tawadhu’ dan memandang dirinya juga penuh kelemahan. Disinilah pentingnya muhasabah atau banyak-banyak mengoreksi kekurangan dan aib diri sendiri daripada mengumbar  pembicaraan tentang orang lain secara berlebihan tanpa tujuan mulia, tetapi hanya untuk memenuhi hawa nafsunya yang cenderung mengajak pada dosa dan permusuhan.

Saatnya kita sibuk dalam kebaikan dan perbuatan yang diridhai Allah ‘Azza wa Jalla. Memperbanyak amal shalih agar dicintai Allah ‘Azza wa Jalla. Berlomba-lomba dalam kebaikan agar kehidupan kita lebih barakah sehingga saat menghadap Allah ‘Azza wa Jalla, kita tergolong hamba-hamba-Nya yang akan memperoleh rahmat dan surga-Nya.

Zaid bin al-Harits, jika tiba waktu malam yang hujan, dia menyalakan api obor, lalu berkeliling kampung mengunjungi orang-orang tua yang lemah seraya berkata, ”Apakah kalian menginginkan api?” Apabila pagi hari datang dia juga berkeliling mengunjungi orang-orang lemah di kampungnya seraya berkata,” Apakah kalian hendak pergi ke pasar? Apakah kalian membutuhkan sesuatu?” (Hilyatul Auliya  5/31)

Referensi

1. Tiket meraih Surga, Syaikh ‘Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim, Syaikh Kholid bin ‘Abdurrahman ad-Darwis, Maktabah al-Hanif, Yogyakarta, 2008.

2. Pendidikan Berbasis Ahlus Sunah wal Jama’ah, Syaikh Ahmad Farid, Pustaka ELBA, Surabaya, 2012.

Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa

Muraji’: Ustadz Yulian Purnama

https://muslimah.or.id/10372-jangan-sibukkan-dirimu-dalam-hal-yang-tak-bermanfaat.html


Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.