Showing posts with label hal bermanfaat. Show all posts
Showing posts with label hal bermanfaat. Show all posts

Friday, October 2, 2020

Jangan Sibukkan Dirimu Dalam Hal Yang Tak Bermanfaat

By : Isruwanti Ummu Nashifa 

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَالَا يَعْنِيْهِ

“Di antara kebaikan Islamnya seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu yang bukan urusannya.” (HR. At-Tirmidzi 9/196, Ibnu Majah 3976

Hadits ini dinilai hasan oleh an-Nawawi dan Ibnu ‘Abdil Barr. Namun, hadits ini dinilai shahih oleh al-Albani).

Islam mengatur dengan indah bagaimana seorang mukmin berakhlak terhadap dirinya dan sesama muslim lainnya. Termasuk di sini bagaimana ia lebih memperhatikan kehidupan akhiratnya daripada terlalu sibuk dengan urusan orang lain. Peduli pada kebutuhan saudaranya sangat bagus, bahkan diperintahkan syariat. Akan tetapi, terlalu campur tangan, bahkan menyibukkan lisannya, hatinya, dan aktivitas lain yang tak terlalu penting dan mendesak dengan orang lain akan membuatnya melupakan kewajibannya pada Allah ‘Azza wa Jalla.

Seperti dalam hal berbicara, dia perlu berpikir apakah perkataannya mengandung maslahat atau justru bisa melukai, mendorong pada menyakiti saudaranya, ghibah, dan hal yang sejenis yang menjerumuskan pada dosa.

Hisan bin Abi Sinan pernah melewati sebuah kamar lalu dia bertanya,” Sejak kapan kamar ini dibangun?” Kemudian, dia kembali bertanya kepada dirinya sendiri,” Apa urusanku dengan pertanyaan, sejak kapan kamar ini dibangun?! Sungguh engkau menanyakan sesuatu yang tidak bermanfaat bagimu. Kemudian, dia menghukum dirinya sendiri dengan berpuasa selama satu tahun. (Hilyatul Auliya, 3/115)

Setan senantiasa mencari celah agar seorang hamba terjatuh pada perkataan dan perbuatan sia-sia. Banyak waktu berharga terbuang percuma dengan sibuk dan asyik hingga lupa waktu. Mereka isi hari-harinya dengan sibuk, menguliti aib orang lain, banyak mengikuti berita-berita yang kurang bermanfaat untuk kehidupan dunia, apalagi untuk kehidupan akhirat, tenggelam dalam kabar terkini, berselancar di dunia maya tanpa tujuan untuk kemaslahatan diri dan agamanya.

Orang yang gemar membicarakan orang lain dari berbagai sisi, terlebih lagi sisi jeleknya maka dia akan lupa bahwa dirinya juga memiliki sifat buruk dan kekurangan sebagaimana orang lain. Dan seorang mukmin harus tawadhu’ dan memandang dirinya juga penuh kelemahan. Disinilah pentingnya muhasabah atau banyak-banyak mengoreksi kekurangan dan aib diri sendiri daripada mengumbar  pembicaraan tentang orang lain secara berlebihan tanpa tujuan mulia, tetapi hanya untuk memenuhi hawa nafsunya yang cenderung mengajak pada dosa dan permusuhan.

Saatnya kita sibuk dalam kebaikan dan perbuatan yang diridhai Allah ‘Azza wa Jalla. Memperbanyak amal shalih agar dicintai Allah ‘Azza wa Jalla. Berlomba-lomba dalam kebaikan agar kehidupan kita lebih barakah sehingga saat menghadap Allah ‘Azza wa Jalla, kita tergolong hamba-hamba-Nya yang akan memperoleh rahmat dan surga-Nya.

Zaid bin al-Harits, jika tiba waktu malam yang hujan, dia menyalakan api obor, lalu berkeliling kampung mengunjungi orang-orang tua yang lemah seraya berkata, ”Apakah kalian menginginkan api?” Apabila pagi hari datang dia juga berkeliling mengunjungi orang-orang lemah di kampungnya seraya berkata,” Apakah kalian hendak pergi ke pasar? Apakah kalian membutuhkan sesuatu?” (Hilyatul Auliya  5/31)

Referensi

1. Tiket meraih Surga, Syaikh ‘Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim, Syaikh Kholid bin ‘Abdurrahman ad-Darwis, Maktabah al-Hanif, Yogyakarta, 2008.

2. Pendidikan Berbasis Ahlus Sunah wal Jama’ah, Syaikh Ahmad Farid, Pustaka ELBA, Surabaya, 2012.

Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa

Muraji’: Ustadz Yulian Purnama

https://muslimah.or.id/10372-jangan-sibukkan-dirimu-dalam-hal-yang-tak-bermanfaat.html


Tuesday, September 29, 2020

Mengalah Dalam Debat yang Tidak Bermanfaat

dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK 15 Maret 2018 

Maksud “mengalah” pada judul adalah segera meninggalkan debat kusir tersebut. Dunia internet dan media sosial merupakan sarana yang mudah untuk berdebat. Perlu diketahui bahwa berdebat khususnya debat kusir sangat merugikan apabila kita lakukan. Terutama di media sosial, walaupun kita sudah berniat berdiskusi dengan baik akan tetapi diskusi di internet dan media sosial tetap sangat sulit dilakukan.

Mengalah dari debat kusir, karena “kita tidak akan bisa menang debat melawan orang yang bodoh dan tidak beradab“.

Mengalah dalam debat, sebagaimana sebuah ungkapan:

وما جادلني جاهلٌ إلا وغلبني

“Tidaklah aku mendebat orang bodoh, pasti aku akan kalah”

Berdebat (apalagi di media sosial) menimbulkan banyak kerugian:

Pertama, Membuang-buang waktu yang berharga

Waktu kita akan habis untuk berdebat kusir yang terkadang tidak ada ujungnya.

Kedua, Mengeraskan hati karena sering sakit hati dan berniat membalas. Padahal tujuan dakwah adalah menasihati dan yang namanya nasihat itu menghendaki kebaikan pada saudaranya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ

“Agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat”. [1]

Ketiga, Berdebat akan menimbulkan permusuhan di antara kaum muslimin, padahal kita diperintahkan agar menjadi saudara se-iman.

Nabi Sulaiman ‘alaihis sallam berkata kepada anaknya,

يَا بُنَيَّ، إِيَّاكَ وَالْمِرَاءَ، فَإِنَّ نَفْعَهُ قَلِيلٌ، وَهُوَ يُهِيجُ الْعَدَاوَةَ بَيْنَ الْإِخْوَانِ

“Wahai anakku, tinggalkanlah mira’ (jidal, mendebat karena ragu-ragu dan menentang) itu, karena manfaatnya sedikit. Dan ia membangkitkan permusuhan di antara orang-orang yang bersaudara.” [2]

Keempat, Mengalah yaitu meninggalkan debat (walaupun nanti akan dikira akan kalah) bukanlah kalah yang sesungguhnya.

Mengalah untuk menang, mundur selangkah (mengambil kuda-kuda) untuk melompat jauh ke depan. itulah kemenangan bagi mereka yang berjiwa besar menghidari debat tidak berguna. Oleh karena itu mengalah dan meninggalkan perdebatan, pahalanya sangat besar.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُبْطِلٌ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sementara ia berada di atas kebatilan, maka Allah akan bangunkan sebuah rumah baginya di pinggiran surga. Dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia berada di atas kebenaran, maka Allah akan membangun sebuah rumah baginya di atas surga.” [3]

Kelima, Walaupun sebenarnya  kita bisa menang dalam berdebat akan tetapi, bisa jadi dia menolak kebenaran karena gengsi kalah, padahal dia mengakui kebenaran telah datang.

Terkadang dakwah ditolak bukan karena materinya yang salah atau orang yang menyampaikan, tetapi cara dakwah yang tidak dapat diterima. Salah satunya adalah dakwah dengan debat kusir yang tidak bermanfaat.

Sekali lagi dakwah itu untuk kebaikan dan berniat kebaikan, perhatikan betapa tawadhu-nya Imam Syafi’i, beliau berkata

مَا نَاظَرْتُ أَحَدًا إِلا عَلَى النَّصِيحَةِ

“Tidaklah aku mendebat seseorang melainkan dalam rangka memberi nasihat.”[4]

Beliau juga berkata,

وَاللَّهِ ، مَا نَاظَرْتُ أَحَدًا ، فَأَحْبَبْتُ أَنْ يُخْطِئَ

“Demi Allah, tidaklah aku mendebat seseorang melainkan berharap akulah yang keliru.” [5]

Semoga kita tidak terpancing ikut berdebat dan dihindarkan dari berdebat.

@ Masjid Al-Ashri Yogyakarta – Selagi menunggu hujan deras berhenti – 

Penulis: dr. Raehanul Bahraen

Catatan kaki:

[1] HR. Muslim 55/95

[2] Syu’abul Iman: 8076 Al-Baihaqi

[3] Shahih at-Targib wat Tarhib, jilid 1, no. 138

[4] Adabu Asy-Syafi’i wa Manaqibuhu hal. 69

[5] Tabyinu Kadzbil Muftari hal. 340

https://muslim.or.id/37204-mengalah-dalam-debat-yang-tidak-bermanfaat.html

Hikmah Berqurban