Ketaatan manusia terhadap kitab suci dan sunnah nabi mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk didalamnya adalah ketaatan kepada seluruh aturan, berkompetensi dalam setiap kebaikan dan bekerja keras. Mengapa manusia harus taat kepada aturan, kompetensi dalam kebaikan, dan bekerja keras? Berikut uraiannya :
1. Taat Kepada Aturan
Bahwa tidak ada hidup dan kehidupan didunia ini yang terbebas dari aturan. Karena setiap hidup dan kehidupan membutuhkan keserasian, ketertiban, kedamaian, dan keharmonisan. Pola hidup ini akan terjadi dan terwujud hanya karena ada aturan yang dilakukan dengan penuh ketaatan secara bersama-sama. Jika ada sebagian kecil dari anggota masyarakat yang tidak taat kepada aturan, maka akan menimbulkan gangguan yang ada disekelilingnya. Dan struktur hukum (aturan) yang wajib di taati oleh setiap umat islam adalah aturan yang bersumber dari kitab suci Al- Qur'an, sunnah Nabi dan aturan ulil amri.
2. Berkompetisi dalam kebaikan
Supaya hidup manusia semakin berkualitas, baik dihadapan Allaah SWT maupun dihadapan sesama mahluk Allaah SWT, maka manusia wajib menerapkan konsep hidup berkompetisi dalam segala bentuk kebaikan. Standar yang menjadi tolak ukur adalah bentuk kebaikan yang diperintahkan oleh Allaah SWT dan Rasul-Nya. Semua itu telah tertuang dalam kitab suci Al-Qur'an dan hadist Nabi.
Hidup yang hanya sekali ini jangan sampai me, rugi, karena sekali merugi akan merugi selamanya dan tidak pernah kembali lagi. Mengapa merugi? Karena selama diberi kesempatan hidup tidak di isi dengan amal kebaikan. Sebaliknya hidupnya diisi dengan perbuatan mengikuti hawa nafsu setan, yang senantiasa membujuk, merayu, dan mendorong manusia untuk berperilaku buruk. Ingat mengikuti seruan setan berarti siap menjadi teman setan selama lamanya dineraka. Karena setan telah menjadi musuh abadi bagi manusia didunia ini dan telah di vonis oleh Allaah SWT kekal menjadi calon penghuni neraka.
Manusia yang selamat dan bahagia adalah manusia yang mengikuti seruan iman. Iman senantiasa mengajak manusia untuk taat dan patuh hanya kepada Allaah SWT. Ketaatan dan kepatuhan ini akan membiasakan manusia beramal saleh. Amal saleh akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan. Ada 4 ciri seseorang yang akan meraih kebahagiaan:
1. Manusia yang senantiasa melihat orang di bawahnya dalam urusan dunia.
2. Manusia yang senantiasa melihat orang diatasnya dalam urusan akhirat
3. Manusia yang tidak pernah melihat kebahagiaan yang pernah dilakukannya
4. Manusia yang tidak pernah lupa dengan kesalahannya yang telah berlalu, sampai ia bertobat.
3. Bekerja Keras
Islam sangat menyerukan umatnya untuk bekerja keras. Bekerja keras berarti bekerja sungguh-sungguh. Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka akan sukses. Umat Islam yang bekerja keras, maka ia akan sukses. Bentuk kesuksesan bagi manusia yang bekerja keras adalah mereka menjadi kaya. Bentuk kekayaan yang harus di miliki oleh seorang muslim adalah kaya iman dan harta. Mengapa perlu kaya iman dna harga, karena dengan begitu mereka akan tetap gemar berbagi. Karena kekayaan yang sesungguhnya adalah dengan sikap dermawan. Umat islam yang kaya, disamping imannya akan selamat dan kehidupan ekonominya tidak akan bergantung kepada orang lain, juga akam menyelamatkan iman seseorang yang lemah.
Rasulullaah bersabda dalam hadist riwayat Baihaqi yang disampaikan oleh Anas bin malik r.a yang artinya : " Kefakiran (kemiskinan) hampir dapat menjadikan seseorang kafir"
Menurut Imam Abdul Shalah Al-Bakry mengatakan bahwa kemiskinan menjadi bagian dari musuh islam yang secara bersamaan mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan.
Tidak dipungkiri bahwa orang miskin, mereka secara alamiah akan menjadi umat yang bodoh, dan kalau umat islam bodoh, maka hidupnya akan menjadi terbelakang. Mengapa orang yang miskin akan menjadi bodoh dan terbelakang? Untuk menjadi pandai membutuhkan pendidikan yang standar dan biaya pendidikan cukup mahal. Karena itu, Allaah SWT, lebih mencintai umat Islam yang kuat daripada yang lemah. Umat islam yang kuat berarti umat ispam yang kaya, sedangkan umat islam yang lemah berarti umat islam yang miskin. Dalil ini sekaligus menyeru kepada umat islam agar tidak melakukan pekerjaan mengemis dan mencari kekayaan sebagai bagian bentuk kebahagiaan yang bersifat sepihak. Kendatipun banyak juga umat islam yang miskin tapi kuat keimanannya.
Memgemis, walaupun secara nyata cukup memberikan harapan yang menjanjikan tetapi pekerjaan mengemis yang dilakukan dengan menengadahkan tangan kepada manusia, berarti meminta-minta. Jenis pekerjaan ini dapam islam adalah pekerjaan yang hina, sehingga harus dijauhi karena dapat menurunkan martabat umat islam. Nabi Muhammad SAW memyerukan bahwa daripada mengemis lebih baik pergi ke gunung untuk mengambil kayu bakar dan dijual kepasar. Itu merupakan jenis pekerjaan yang lebih terhormat daripada meminta-minta (mengemis).
Larangan mengambil bentuk kebahagiaan sepihak berarti larangan bekerja hanya semata-mata untuk meraih kebahagiaan dunia, dan melupakan upaya meraih kebahagiaan akhirat. Padahal kebahagiaan hanya bersifat sementara sedangkan kebahagiaan akhirat bersifat abadi.
Firman Allaah SWT dalam QS. Al-Qasas ayat 77 yang artinya :
" Dan carilah (pahala) neheri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allaah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu didunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allaah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."
Semoga bermanfaat
Baca Juga : Kajian Sunnah Terbaru Klik Disini
Comments
Post a Comment
Selalu Berkomentar yang Baik sebab Semua akan dimintai Pertanggung Jawaban di Akhirat Kelak.