Skip to main content

PERINTAH MENJAUHI THĀGHUT


UstadzAbdussalam Busyro, Lc. 

Kitab At-Tauhid

بسم الله الرحمن الرحيم 

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله

رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً

رب زدني علما وارزقني فهما

Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan: 

 أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ

"Sembahlah Allāh (saja) dan jauhilah Thāghūt itu."

(QS. Al Nahl: 36)

Begitu seseorang berbicara (menjauh) maka di sinilah seorang mukmin harus paham bahwasanya di dalam agama ini, ada dua hal dan tidak ada pilihan ketiga. 

√ Halal dan haram. 

√ Larangan dan perintah. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

أَيَحْسَبُ ٱلْإِنسَـٰنُ أَن يُتْرَكَ سُدًى

"Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban) ?"

(QS. Al Qiyāmah: 36)

Imam Asy-Syāfi'i rahimahullāh, beliau mengomentari firman Allāh di atas.

Beliau berkata: "Apakah dia tidak diperintah dan tidak dilarang? "

Tidak! Kehidupan ini, kalau tidak ada larangan berarti terdapat perintah, bila tidak ada perintah berarti ada larangan, di balik semua larangan terkandung manfaat di dalamnya, begitu pula di balik perintah pastinya ada maslahah di dalamnya. 

Maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan di sini, وَٱجْتَنِبُوا۟. Yang pertama أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ, Ini adalah perintah, “Sembahlah Allāh !, berikutnya datanglah larangan. 

Apa larangannya? 

Larangannya وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ dan jauhilah thāghūt. 

Yang dimaksud thāghūt adalah segala sesuatu yang disembah selain Allāh. 

Dikatakan di antara arti thāghūt adalah apa yang diikuti, orang yang diikuti bisa jadi al kuhān. 

Ada seorang alim memberikan penjelasan yang dimaksud thāghūt adalah para dukun yang didatangi oleh para syaithān. 

Sesungguhnya para dukun itu memiliki pasukan, pasukannya adalah para syaithān, para jinn, mereka selalu berusaha mencari berita dari langit. 

Dikatakan mereka adalah para jinn yang senantiasa gendong-gendongan sampai langit untuk mencuri berita, begitu dia berhasil mendapatkan berita, maka dia akan memberikan berita tersebut kepada jinn dibawahnya lalu sampailah pada jinn yang terakhir dan jinn yang terakhir akan menyampaikan kepada dukun. 

Dan Allāh menyebutkan di dalam Al Qurān sehingga salah satu yang disebutkan di dalam Al Qurān. 

Jinn berkata, 

وَأَنَّا كُنَّا نَقۡعُدُ مِنۡهَا مَقَٰعِدَ لِلسَّمۡعِۖ فَمَن يَسۡتَمِعِ ٱلۡأٓنَ يَجِدۡ لَهُۥ شِهَابٗا رَّصَدٗا

"Dan sesungguhnya kami (jinn) dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mencuri dengar (berita-beritanya). Tetapi sekarang siapa (mencoba) mencuri dengar (seperti itu) pasti akan menjumpai panah-panah api yang mengintai (untuk membakarnya).”

(QS. Al Jinn: 9)

 Dan di sinilah salah satu manfaat bintang 

Kenapa Allāh menciptakan bintang? 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan, 

وَلَقَدْ زَيَّنَّا ٱلسَّمَآءَ ٱلدُّنْيَا بِمَصَـٰبِيحَ وَجَعَلْنَـٰهَا رُجُومًۭا لِّلشَّيَـٰطِينِ ۖ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ ٱلسَّعِيرِ

"Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaithān dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala."

(QS. Al Mulk: 5)

Ada dua kemungkinan: 

⑴ Tatkala jinn atau syaithān mencuri berita dari langit, maka Allāh melemparkan bintang dengan bintang tersebut terlempar maka jinn akan kena, sehingga gagallah berita yang akan tersebar di muka bumi. 

Kenapa gagal? 

Karena sebelum jinn menyampaikan berita kepada yang ada di bawahnya,  jinn tersebut telah terkena lemparan bintang. 

⑵ Bisa jadi lemparan tersebut tidak kena, bisa saja Allāh memerintahkan malāikat melempar bintang kepada para pencuri (jinn) yang hendak mengambil berita dari langit. 

Dalam artian dia kena tetapi sebelum dia kena, jinn di atasnya sudah mampu menyampaikan berita kepada jinn yang ada di bawahnya. 

Sehingga terkadang (maaf) berita yang datang dari dukun itu benar, tapi ingat bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda, 

"Jika ada suatu berita kebenaran maka syaithān menghiasinya dengan seratus berita kedustaan."

Maka berita yang datang dari dukun itu tidak benar, jika ada yang benarpun, maka tidak ada 1 persennya. 


Wassalaamualaikum wr wb




Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.