Skip to main content

Tujuh Amalan Untuk Bekal Kematian

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan tujuh amalan yang akan mengalir pahalanya terus menerus pada manusia di dalam kuburnya setelah ia mati. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, :

“Ada tujuh amalan yang akan mengalir pahalanya bagi seorang hamba sedangkan ia berbaring di lubang kuburan setelah mati : Mengajarkan ilmu, atau menggali mata air, atau menggali sumur, atau menanam kurma, atau membangun masjid, atau membagikan mushaf, atau meninggalkan anak yang akan memintakan ampun baginya setelah ia mati.” (HR Al Bazzar dalam kitab Kasyful Astar : 149, dan hadis ini dihasankan oleh Imam Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’ : 3602).

Berikut ini adalah ketujuh amalan di atas. Semoga bisa memberikan sedikit gambaran serta motivasi bagi kita untuk  bersegera mengamalkannya.

1.Mengajarkan ilmu

Ilmu di sini adalah ilmu yang bermanfaat, yang menerangi hati manusia sehingga ia mengenal agamanya, mengenal Allah sebagai Zat yang telah menciptakannya. Ilmu yang akan mengarahkan manusia kepada jalan yang lurus, mengetahui kebenaran dan kesesatan, mengetahui halal dan haram. Dalil akan hal ini ada dari al qur’an maupun dari hadis nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Diantaranya adalah sabda beliau : 

“Barangsiapa dikehendaki oleh Allah kebaikan pada dirinya maka ia akan dibuat pandai dalam urusan agamanya”. (HR Bukhari no : 71).

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman : “Katakanlah!Apakah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.” (QS Az-Zumar:9).

Jika salah seorang dari mereka meninggal dunia, maka ilmunya akan tetap ada diwarisi manusia. Pepatah dulu mengatakan “Ulama mati meninggalkan kitab”.

Besa dengan hari ini, ceramah-ceramah keagamaan bisa direkam, sehingga ketika ia mati perkataannya masih bisa didengar, kitabnya masih bisa dibca oleh generasi yang tidak hidup sezaman dengannya. Maka barangsiapa mendanai dicetaknya kitab-kitab para ulama atau rekaman-rekaman ceramah mereka, ia akan mendapat pahala insya’Allah karena ia membantu proses sampainya ilmu kepada generasi setelahnya.

2. Mengalirkan sungai

Artinya adalah menggali parit atau memasang pipa untuk mengalirkan air dari sungai atau mata air. Sehingga air bisa menjangkau manusia, hewan, tanam-tanaman, dan mereka mengambil manfaat darinya. Sungguh teramat sangat mulia amalan seperti ini khususnya jika dilakukan di daerah-daerah yang msyarakatnya susah mendapatkan air. Karena air salah satu sebab kehidupan.

3. Menggali sumur.

Amalan ini mirip dengan point kedua, ada sebuah hadis yang bersambung sampai kepada Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata :

بينما رجل بطريق اشتد به العطش فوجد بئرا فنزل فيها فشرب ثم خرج, فإذا كلب يلهث يأكل ثرى من العطش. فقال الرجل : لقد بلغ هذا الكلب من العطش مثل الذي كان بلغ مني, فنزل البئر فملأ خفه ماء فسقى الكلب فشكر الله له فغفر له. قالوا يا رسول الله وإن لنا في البهائم لأجرا ؟ فقال في كل ذات كبد رطبة أجر

“Ketika seorang lelaki berada di tengah jalan ia merasa sangat haus dahaga. Lantas ia mendapati sumur, iapun turun ke dalamnya minum lalu keluar lagi. Tiba-tiba ia mendapati seekor anjing menjulurkan lidahnya memakan tanah dikarenakan rasa haus yang luar biasa.

Maka lelaki tadi berkata : Anjing ini ditimpa rasa dahaga seperti dahaga yang aku rasakan. Kemudian ia turun lagi ke dalam sumur dan memenuhi sepatunya dengan air lalu member minum si anjing. Allah pun berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosanya.

Para sahabat bertanya : Wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam apakah kita mendapat pahala karena berbuat baik kepada binatang ? Beliau menjawab : Setiap kebaikan yang diberikan kepada makhluk hidup ada pahalanya.” (HR Bukhari : 2466, Muslim : 2244).

Alangkah bahagianya seseorang yng ketika ia hidup ia sempatkan menggali sumur, ketika ia mati sumur tersebut masih saja dipakai sepanjang hari secara turun-temurun. Maha suci Allah yang telah menunjukkan kepada kita jalan-jalan kebaikan.

4. Menanam kurma atau pohon berbuah lainnya

Dan telah diketahu bersama bahwa kurma adalah sang raja dari segala tanaman. Ia adalah pohon yang paling utama, paling banyak manfaatnya bagi manusia. Oleh karenanya barangsiapa menanamnya kemudian menyedekahkan buahnya bagi manusia, maka pahalanya akan tetap mengalir setiap kali ada orang yang memakannya. Demikian pula setiap kali manusia atau binatang mengambil manfaat darinya, pahala akan mengalir bagi penanamnya meski ia telah meninggal dunia. Allah berfirman :

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.”

تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

“Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim 24-25).

5. Membangun masjid

Yaitu mebangun sebuah tempat dimana asma Allah di agungkan disana, tempat kaum muslimin menegakkan shalat di dalamnya, membaca al qur’an, pengajian, berdzikir, tempat dimana kaum muslimin berkumpul di sana dan manfaat-manfaat agung lainnya. Semua pahala tersebut akan dilimpahkan kepada orang yang membangun masjid. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من بني مسجدا يبتغي به وجه الله بنى الله له مثله في الجنة

“Barangsiapa membangun masjid ikhlas karena mengharap wajah Allah, maka Allah akan bangunkan ia rumah di syurga.” (HR Ibnu Majah : 242, dan dihasankan oleh Imam Al-Albani dalam kitab Shahih Ibni Majah : 198).

6. Memberikan/membagikan mushaf/kitab suci Al Qur’an

Yaitu baik itu dengan cara mencetaknya atau membelinya kemudian mewaqfkannya untuk masjid-masjid atau pesantren-pesantren, atau lembaga-lembaga pendidikan agama. Orang yang melaksanakan hal ini akan mendapat pahala setiap kali ada orang yang membacanya atau menghafalnya, atau mempelajarinya dan mengamalkan isinya, meski tulang-belulangya telah hancur dimakan tanah.

7. Mendidik anak dan bersemangat menjadikannya sebagai pribadi yang shalih & bertaqwa

Semoga Bermanfaat.

Artikel Kajian Terbaru Klik Disini



Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.