Skip to main content

Mati Di Atas Islam Dan Sunnah


Berkata Imam Ahmad rahimahullah, yang artinya :

"Barangsiapa yang mati diatas Islam dan Sunnah, maka dia mati diatas kebaikan seluruhnya." (Siyar A'lam an-Nubala' (11/296).

Berkata Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah, yang artinya :

Beruntunglah bagi seseorang yang meninggal di atas Islam dan Sunnah. (Syarh Ushul I'tiqad al-Lalikai 268).

Jika ada seseorang mati di atas Sunnah, maka berbahagialah, janganlah khawatir dengan keadaannya.

Berkata Mu'tamir bin Sulaiman rahimahullah, yang artinya :

"Aku masuk menemui ayahku dalam keadaan sedih, maka ia berkata :

"Kamu kenapa?"

Aku berkata : "Salah seorang temanku meninggal." Dia berkata, "Mati di atas Sunnah?" Aku berkata : "Iya." Dia berkata : "Tidak usah kau khawatirkan (keadaannya)." 

(Al Lalikai 1/67/61).

Bahkan orang yang mati di atas Sunnah, walaupun dia membawa dosa sepenuh bumi, dia akan berkumpul dengan para Nabi dan shiddiqiin, para syuhada dan orang-orang sholeh di surga.

Berkata Imam Malik rahimahullah, yang artinya :

"Kalau sekiranya Allah bertemu dengan seseorang yang membawa dosa sepenuh bumi, kemudian bertemu dengan Allah dengan membawa Sunnah, pastikah dia berada di surga bersama para Nabi dan shiddiqiin, para syuhada dan orang-orang sholeh, dan merekalah sebaik-baik teman." (Dzammul Kalami Wa Ahlihi (77-5/76).

Semoga Allah Ta'ala memberikan kekuatan kepada saya dan antum semua untuk mengikuti ilmu yang bermanfaat dan diberikan taufik untuk senantiasa mengamalkan segala sesuatu yang dicintai dan diridhaiNya serta diwafatkan di atas Islam dan Sunnah, sebagaimana para Ulama yang beberapa waktu terakhir ini wafat di atas Islam dan Sunnah.

Berkata Imam Ahmad rahimahullah, yang artinya :

“Cintailah Ahlus Sunnah atas apa yang ada pada mereka, semoga Allah mewafatkan saya dan kalian di atas Ahlus Sunnah wal Jamā’ah, menganugerahkan kepada kita agar mengikuti ilmu dan memberikan taufik agar kita senantiasa di dalam perkara yang dicintai dan diridhai-Nya.” (Thabaqāt al-Hanābilah (1/345)).

Copas dari berbagai sumber

Baca juga : Artikel Terbaru Kami Klik Disini



Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.