Skip to main content

EMPAT KAIDAH KEHIDUPAN

Pertama:

الأمور لا تبقى على حال

Segala sesuatu tidak akan bertahan pada satu keadaan. Sekarang tersenyum, lima menit kemudian bisa cemberut. Sesaat yang lalu masih tertawa, sekarang telah tiada.

Keadaan manusia mesti akan berubah. Jika sekarang senang, esok bisa bersedih. Sekarang susah, besok bahagia. Allah pergilirkan suka dan duka, menang dan kalah, berkuasa dan dikuasai.

إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ ۚ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, _*Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir)*_ dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zhalim, (Sura Al-E-Imran, Ayah 140)

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. -Sura Al-Sharh, Ayah 6

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kejadian di dunia ini akan berubah-ubah. 

Untuk itu, jangan pernah berbangga dan merasa aman dengan kekayaan dan kekuasaan, karena esok, boleh jadi akan hilang. Jangan pula bersedih dengan kemiskinan dan cobaan, karena kemudahan setelah kesusahan adalah kepastian (bagi mereka insan bertakwa).

Kedua:

المصائب تمحيص من الله

Setiap musibah adalah cara Allah untuk memilah-milah hamba-Nya. Mana yang benar-benar murni imannya dan mana yang kawe. 

Maka, jangan pernah meronta tak ridho atas setiap musibah yang menimpa. Kalaupun harus mengeluhkannya, keluhkanlah pada Allah, jangan pada makhluk. Bermunajatlah hanya kepada-Nya. 

Ketika musibah menimpa, perlakukan ia sebagai ujian dan cobaan, itu proses seleksi dari Allah. Hadapi dengan sabar dan takwa. Agar kita, hamba sejati di mata-Nya. Layak meraih surga.

Ketiga:

ما رفع الله شيئا إلا وضعه

Tidaklah Allah mengangkat sesuatu, melainkan pasti Allah akan menumbangkannya. Lihatlah, setiap perkara duniawi yang telah memuncak, maka pasti dia akan jatuh sejenak lagi. 

Oleh karena itu jangan pernah bangga dengan pencapaian dunia. Jangan pernah merasa aman. Sekuat apapun anda, pasti ujung-ujungnya anda akan jatuh lemah.

Dengan itu, Allah hendak mengajarkan pada kita bahwa; kemuliaan dan kekuatan yang abadi itu, pada akhirnya hanya milik Allah semata:

الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۚ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا

(yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? *Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah.* -Sura An-Nisa', Ayah 139

Allah juga berfirman;

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ

Semua yang ada di bumi itu akan binasa, 

وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal. -Sura Ar-Rahman, Ayah 26-27

Keempat:

ما نزل البلاء إلا بذنب وما رفع إلا بتوبة

Setiap musibah yang turun disebabkan oleh dosa, dan tidak akan terangkat kecuali dengan taubat.

Allah berfirman:

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Maka masing-masing (mereka itu) *Kami azab karena dosa-dosanya*, di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan ada pula yang Kami tenggelamkan. Allah sama sekali tidak hendak menzhalimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzhalimi diri mereka sendiri. - ( Al-Ankabut : 40 )

Ketika bencana dan kemelaratan menimpa, jangan repot-repot cari solusi ke pakar ekonomi, pakar bencana, pakar politik dan keamanan. Solusinya tidak jauh-jauh. Itu semua karena dosa-dosa kita. Segeralah bertobat. Kembali kepada Allah. Hanya Allah yang bisa mengangkat bala dan musibah tersebut.*

*Inti sari Kajian Ustadzuna Abu 'Izzi hafizhahullah (dibahasakan ulang secara bebas).

✍ Abu Ziyan Johan Saputra Halim

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.