Skip to main content

MEMAJANG FOTO SI MAYIT DI SOSIAL MEDIA

Ada satu catatan penting yang nampaknya luput dari perhatian kita, adalah salah satu fenomena yang akhir-akhir ini sering kita lihat di sosial media yaitu menyebarkan foto si mayit yang masih hidup yang disandingkan dengan ucapan kalimat istirja. Padahal kita ketahui bahwa menyebarkan foto si mayit tidak dibenarkan didalam syariat. Foto yang kami maksudkan disini adalah foto si mayit yang masih sehat bugar, bukan foto yang sudah terbujur kaku dipembaringannya.

Jika kita perhatikan secara seksama maka kita dapati perilaku tersebut telah mengusik privasi dan melanggar kehormatan orang lain yang dilarang didalam syariat. 

Diantara dalil-dalil yang menunjukkan akan hal itu adalah :

1. Kehormatan seorang muslim

 Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memuliakan anak keturunan Nabi Adam alaihissalam yang terkandung didalam firman Nya :

“Dan sungguh telah Kami muliakan anak keturunan Adam.” (Surah Al Isra : 70) 

Maka sudah seharusnya kehormatan si mayit kita jaga tanpa harus menyebarkan fotonya di sosial media. 

2. Perintah untuk menutupi aib kaum muslimin. 

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :

“Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya didunia dan akhirat.” (Hadist Riwayat Muslim) 

Jika masih hidup saja belum tentu telah di foto tanpa sepengetahuannya, bagaimana pula yang sudah meninggal? Padahal menutupi aib sudah menjadi kewajiban kita untuk menutupi nya, apalagi  yang sudah meninggal dunia. Tidaklah kita takut bahwasanya kelak diakhirat ia akan menuntut kita karna telah menyebarkan fotonya? 

3. Larangan untuk menyebarluaskan segala hal yang menyangkut pribadi seorang muslim yang tidak ingin diketahui publik. 

Dalam hal ini disebut dengan tajassus. Allag berfirman :

“Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.” (Surah Al Hujurat : 12) 

Mengabadikan foto tanpa sepengetahuannya di sosial media (secara khusus) termasuk kedalam larangan tajassus dimana orang atau pihak keluarga nya merasa tidak nyaman karena privasinya terganggu. 

Alasan lainnya pun, kurang dapat mengambil hikmah dari disebarkannya foto semasa hidup si mayit. Kalaupun hanya sebatas mengucapkan kalimat istirja, maka cukupkan tanpa kita harus mengetahui wajahnya. Karna mendoakan tidak harus saling mengenal siapa dia, apakah ada hubungan/relasi dengan kita, bagaimana bentuk rupanya, dan lain sebagainya. 

Maka sudah selayaknya kebiasaan fenomena ini kita hentikan untuk menjaga wibawa si mayit ataupun keluarganya. Masih banyak pintu-pintu kebaikan untuk menunjukkan kepedulian kita terhadap si mayit yang tentu selaras dengan syariat, seperti bertakziah kepada keluarganya bagi yang dekat, mengulurkan bantuan, mendoakan bagi yang jauh. 

Adapun memajang foto si mayit di media sosial ataupun di media-media yang lainnya tidak pernah sebelumnya dilakukan oleh sebagian kaum muslimin terdahulu. 

Buya Abu Fadhel mengatakan :

“Setahu saya di zaman dulu yang suka memanjang foto duka di media itu orang-orang cina keturunan. Sekarang sudah mulai ada orang Islam, bahkan ada alumni madinah yg dipajang fotonya.”

Wallahu'alam

Sumber : https://padangmangaji.blogspot.com/2021/08/fenomena-memajang-foto-si-mayit-di-sosial-media.html


Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك...

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an...

Lailatul Qodar

Pengertian Lailatul qodar adalah malam kemuliaan yang hanya terdapat pada bulan ramadhan. Keutamaan Lailatul qodar , Allaah telah menerangkan dalam QS. Al-Qadr ayat 1-5 yang artinya : "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." Waktu / malam Lailatul Qadr berada diantara sepuluh malam terakhir pada bulan ramadhan, dan lebih khusua lagi pada malam-malam yang ganjil. Rasulullaah bersabda, yang artinya : " Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." ( HR. Bukhari dan Muslim) Oleh sebab itu pada malam-malam itu kita di anjurkan untuk memperbanyak amal soleh. Tanda-tanda Lailatul Qadr : 1. Pada malam lailatul qadr terasa sejuk, tidak panas, dan tidak dingin. Riwayat dari Jabir bi...