Apabila kita ingin mengetahui kekurangan diri kita lebih jauh di hadapan syariat, hendaklah kita menelaah ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Dengan cara demikian, kita akan mengetahui seberapa banyak perintah Allah dan Rasul-Nya yang masih terabaikan dan seberapa banyak pula larangan-Nya yang masih sering dilanggar.
Memang, terkadang aib diri itu tidak diketahui oleh pemiliknya sehingga malah tidak dihiraukan.
Andaikan seseorang mengetahui aibnya, belum tentu juga dia mau mengobatinya karena obatnya yang pahit, yaitu bersiap menyelisihi hawa nafsunya.
Seandainya dia mau bersabar dengan pahitnya obat, belum tentu juga dia akan mendapatkan dokter yang ahli, dokter yang ahli dalam hal ini adalah para ulama.
Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata,
“Ketahuilah bahwa apabila seorang hamba dikehendaki kebaikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, Allah akan menjadikannya sebagai orang yang mengetahui kekurangannya.
Orang yang terbuka mata hatinya, niscaya tidak akan samar segala kekurangannya, jika dia mengetahui kekurangan dirinya, dia bisa mengobatinya.
Namun, sayang sekali, kebanyakan orang tidak mengetahui kekurangannya, bahkan, salah seorang dari mereka bisa melihat kotoran kecil yang melekat pada mata saudaranya, tetapi tidak bisa melihat batang pohon yang ada di matanya sendiri.
Ada empat cara bagi orang yang ingin mengetahui aib dirinya:
1. Duduk di hadapan syaikh atau guru orang alim yang sangat memahami aib aib jiwa, orang alim itu akan memberi tahu aib-aib dirinya beserta terapi pengobatannya.
Akan tetapi, orang alim pada zaman sekarang sangatlah jarang, jika seseorang menemukannya, berarti dia telah mendapatkan seorang dokter yang mahir, oleh karena itu, hendaklah dia tidak berpisah darinya.
2. Mencari teman yang jujur, yang terbuka mata hatinya, dan bagus agamanya, teman yang seperti ini bisa dijadikan sebagai pengawas bagi dirinya agar mengingatkannya dari perangai dan tingkah laku yang tidak baik.
Dahulu, Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab radhiallahu anhu berkata, “Semoga Allah subhanahu wa ta’ala merahmati orang yang memberi tahu kami tentang kekurangan kekurangan kami.”
Para salaf pendahulu umat ini, amat mencintai orang yang mengingatkan kekurangan atau aibnya, namun, pada masa kita ini justru sebaliknya.
Orang yang menunjukkan aib kita, pada umumnya dijadikan sebagai orang yang paling dibenci, ini menandakan lemahnya iman.
3. Menggali kekurangan dirinya dari ucapan yang keluar dari musuhnya, penglihatan orang yang memiliki kebencian akan selalu berusaha mencari aib orang yang dibencinya.
Oleh sebab itu, hendaklah seseorang lebih banyak mengambil pelajaran dari musuhnya yang kerap menyebut aibnya daripada temannya sendiri, yang seringnya berbasa-basi dan menyembunyikan kekurangannya.
4. Berbaur dengan orang-orang yang baik sehingga apa yang mereka pandang bahwa sesuatu itu tercela, dia akan berusaha menjauhinya.
(Dinukil secara ringkas dari kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin,
hlm. 203—205) di copy oleh
cahaya sunnah dengan sedikit ringkasan.
Kita tutup group ini dengan membaca do'a Kafaratul Majelis :
سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰه إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُك وَ أَتُوبُ إِلَيْكَ
"Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik"
"Maha Suci Engkau Ya Allah, dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu"
بَارَكَ اللّٰه فِيْكُمْ
Comments
Post a Comment
Selalu Berkomentar yang Baik sebab Semua akan dimintai Pertanggung Jawaban di Akhirat Kelak.