Skip to main content

JANGANLAH MENGIKUTI LANGKAH SETAN


Oleh : 

Ustadz dr. M Saifudin Hakim, MSc

Sesungguhnya setan dan para penolongnya senantiasa mengajak manusia ke neraka. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah dia musuh. Karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni nerak
a yang menyala-nyala” (QS. Faathir [35]: 6).

Ketika setan mengajak manusia ke neraka, tidaklah berarti setan akan mengatakan kepada manusia, “Ayo, marilah bersamaku menuju neraka.” Seandainya setan mengatakan itu, tidak akan ada satu orang pun yang mau mengikuti ajakannya. Akan tetapi, setan mengajak manusia ke arah syahwat dan berbagai hal yang menyenangkan jiwa, namun diharamkan oleh Allah Ta’ala. Setan menghias-hiasi sesuatu yang jelek menjadi seolah-olah sesuatu yang bagus. Itulah makar dan tipu daya setan kepada manusia. Karena pada hakikatnya, merekalah musuh sejati manusia.

Oleh karena itulah, Allah Ta’ala melarang kita untuk mengikuti langkah-langkah dan ajakan setan. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَى مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya. Tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (QS. An-Nuur [24]: 21).

Manusia pada hakikatnya berada di antara ajakan setan ke neraka atau ajakan Allah Ta’ala menuju surga-Nya. Maka perhatikanlah diri kita sendiri, ajakan siapakah yang kita sambut? Jika kita adalah manusia yang berada di atas ketaatan kepada Allah Ta’ala, istiqamah di jalan-Nya, mencintai kebaikan, menjaga hal-hal yang wajib, bersungguh-sungguh mengerjakan amal ibadah sunnah yang kita mampu dan mudah melaksanakannya, maka kita telah menyambut seruan dan ajakan Allah Ta’ala kepada kita.

Namun sebaliknya, jika kita akrab dengan maksiat dan keburukan, melalaikan hal-hal yang wajib, terjerumus dalam berbagai hal yang diharamkan, maka kita telah menyambut seruan dan ajakan setan beserta bala tentaranya.

Hendaklah kita bersegera bertaubat kepada Allah Ta’ala dan melepaskan jiwa kita dari belenggu setan, selama masih memungkinkan bagi kita untuk bertaubat. Inilah kewajiban seorang muslim, yaitu untuk memikirkan dan merenungi keadaan dirinya, apakah berada di atas maksiat ataukah ketaatan. Wallahu waliyyut taufiiq.

Diselesaikan menjelang maghrib, Rotterdam NL 15 Ramadhan 1438/10 Juni 2017

Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,

Penulis: Ustadz Muhammad Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.or.id

Referensi:

Disarikan dari kitab Majaalisu Syahri Ramadhan Al-Mubaarak, karya Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan, hal. 43-45 (cet. Daar Al-‘Ashimah, tahun 1422)

Semoga Bermanfaat,

Baca Juga Artikel Kami Lainnya di :

https://griyakajiansunnah.blogspot.com

https://tujuan-mu.blogspot.com

www.tujuanmu.com

Channel Youtube :

https://www.youtube.com/channel/UCpChB_DRySoQ-yaw21oyBWg

Play List Kajian Sunnah :

https://www.youtube.com/playlist?list=PLIJQYJ-Cz_XkX6L_nhAGqOAX9FX9MDKQQ



Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.