Skip to main content

TIDAKKAH KITA MALU ?

 
SEBUAH RENUNGAN

Maka hari ini...

Jika puasa terasa melemahkan,

Jika tarawih memeberatkan,

Jika tilawah melelahkan,

Mari menatap sejenak ke arah Palestina dan Suriah.

Sebab mereka dapat menjadi teladan keimanan, dibakar musim panas, direpotkan hajat, dicekam ancaman, disuguhi besi dan api, tapi mereka tetap teguh dan tangguh.

Mereka yg masjidnya di hancurkan, rumahnya dirobohkan, namun tak jua menyurutkan imannya untuk tetap berdiri tegak mengerjakan shalat.

Mereka nan darahnya mengalir dengan tulang pecah, tapi tak hendak membatalkan shaum, sbb ia ingin syahid berjumpa Rabb-Nya dalam keadaan puasa.

Mereka gadis-gadis belia yg menulis nama di tangannya, agar jika syahadah menjemput dan jasad remuk tiada yg susah bertanya siapa namanya.

Hari ini ketika kolak dan sop buah tak memuaskan ifthar kita, maka tataplah sejenak ke negeri yg makanan bekas di tong sampah pun mereka makan karena tiadanya makanan lagi.

Hari ini sungguh kita ditampar dengan keadaan palestina,

Dengan perjuangan mereka nan lebih suka bertemu Allah dari pada hidup bersama penjajah.

Hari ini sungguh kita ditampar dengan keadaan suriah,

Ketika kisah ibu yg memasak batu dan menidurkan anaknya dalam keadaan lapar adalah fakta.

Hari ini sungguh kita ditampar dengan keadaan palestina dan suriah,

Ketika mereka tetap teguh mentaati perintah Rabb-Nya untuk tetap menjalankan puasa, meskipun kadang mereka sahur masih ada namun saat berbuka sudah t

Lalu masih pantaskah kita disini mengeluh ?dan sudahkah kita bersyukur atas nikmat yg Allah berikan kepada kita dengan menggunakannya untuk beribadah kepada-Nya??

Mari kita Renungi...

Di mana rasa malu kita kepada saudara-saudara kita di sana jika mereka tahu bahwa kita disini enggan berpuasa ?

Di mana rasa takut dan ketaatan kita kepada Allah jika Ramadhan tiba namun berlalu begitu saja ?

Padahal kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan tenang tanpa ancaman.

Padahal kita dapat menikmati berbagai makanan apa saja yg kita sukai untuk di jadikan berbuka puasa dan sahur.

Padahal kita dapat menjalankan shalat tarawih dengan tenang dan khusyu, di mana masjid banyak berdiri kokoh di setiap lingkungan.

Lantas, masihkah kita lalai dan ingkar atas segala nikmat yang Allah berikan ???

✍ Habibie Quotes, 22 Mei 2018.

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.