Skip to main content

Bersin Lebih Dari Tiga Kali, Didoakan Kesembuhan, Shahihkah?

Telah kita ketahui bahwa jika kita bersin maka disunnahkan untuk memuji Allah, kemudian yang mendengarnya membaca tasymit(yaitu ucapan: “yarhamukallah“), kemudian yang bersin membalas mendoakan lagi dengan ucapan “yahdiikumullah wa yushlihu baalakum“.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَحَمِدَ اللهَ: فَشَمِّتُوْهُ فِإِنْ لَمْ يَحْمَدِ اللهَ فَلاَ تُشَمِّتُوْهُ

“Jika salah seorang dari kalian bersin lalu mengucapkan alhamdulillah, maka hendaklah kalian mengucapkan tasymit (ucapan yarhamukallah) baginya, namun jika tidak, maka janganlah mengucapkan tasymit baginya”1

Maka orang yang bersin mengucapkan: اَلْحَمْدُ ِللهِ (“Segala puji bagi Allah”)

Yang mendengar mendoakan: يَرْحَمُكَ اللهُ (“Semoga Allah memberikan rahmat kepadamu”)

Kemudian yang tadi bersin kembali mendoakan: يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ (“Semoga Allah memberikan pada kalian petunjuk dan memperbaiki keadaan kalian”)2

Aspek kesehatan bersin

Sangat layak Allah dipuji dalam semua keadaan termasuk dalam bersin, karena secara medis bersin bermanfaat bagi tubuh dan merupakan mekanisme pertahanan untuk mengusir kuman bakteri dan hal-hal yang berbahaya bagi tubuh. Kecepatan udara bersin bisa mencapai 160 km/jam sehingga bisa membuang banyak bakteri. Bersin ini membuat tubuh lebih sehat dan terasa lebih fresh setelah bersin. Bahkan menahan bersin bisa menimbulkan penyakit misalnya cedera diafragma, gangguan pendengaran dan pembulah darah bisa pecah.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyahrahimahullah berkata,

وأما سنة العطاس الذي يحبه الله وهو نعمة ويدل على خفة البدن وخروج الأبخرة المحتقنة فإنما يكون إلى تمام الثلاث

“Adapun sunnah bagi orang yang bersin (mengucapkan hamdalah) merupakan nikmat yang menunjukkan keringat badannya (fresh) dan keluarnya uap yang berat.”3

Pendapat “Jika bersin lebih dari tiga kali, didoakan kesembuhan”, shahihkah hal ini?

Mendoakan kesembuhan kepada saudara yang sakit tentunya perkara yang baik. Namun asalnya hal ini sifatnya multak, tidak dikaitkan dengan suatu hal. Jika dikaitkan dengan suatu hal, lalu dikatakan “ini dianjurkan” atau “ini disyariatkan” maka perlu dalil yang shahih. Sebagaimana pendapat yang menyatakan bahwa dianjurkan mendoakan kesembuhan jika mendengar saudaranya bersin lebih dari tiga kali, hal ini memerlukan dalil yang shahih.

Terdapat perselisihan ulama jika bersin sudah lebih dari tiga kali apakah didoakan kesembuhan atau tidak, yaitu semisal doa kesembuhan

شَفَاكَ اللهُ وَعَافَاكَ

“Semoga Allah memberikan kesembuhan dan menjagamu”

Atau semisalnya.

Pendapat pertama: ada anjuran mendoakan kesembuhan jika bersin lebih dari tiga kali. Alasannya karena ia sakit, jika bersin lebih dari tiga kali, sebagaimana hadits

شَمِّتْ أَخَاكَ ثَلاَثًا فَمَا زَادَ فَهُوَ زُكَامٌ

“Ucapkanlah tasymit kepada saudaramu yang bersin tiga kali dan bila lebih dari itu berarti ia sedang sakit”4

Ada seorang laki-laki bersin di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa salla. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,“Yarhamukallah.” Kemudian ia bersin lagi, maka Rasulullahshallallahu ‘alihi wa sallambersabda:

اَلرَّجُلُ مَزْكُوْمٌ

“Laki-laki ini sedang sakit.”5

Karena ia sakit maka lebih layak di doakan kesembuhan. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menukil salah satu pendapat ini,

إذا كان به زكام فهو أولى أن يدعى له ممن لا علة به ؟ قيل يدعى له كما يدعى للمريض ومن به داء ووجع

“Jika dia terkena flu maka lebih layak didoakan daripada orang yang tidak ada alasan (didoakan), dikatakan: didoakan sebagaimana mendoakan orang yang sakit dan orang yang ada penyakit dan rasa sakit.”6

Pendapat kedua: tidak ada anjuran mendoakan kesembuhan jika bersin lebih dari tiga kali. Dan ini pendapat YANG LEBIH SHAHIH, karena hukum asal doa adalah ibadah dan sesuai dalil, sedangkan dalil-dalil di atas tidak ada yang secara tegas menyatakan adanya anjuran mendoakan kesembuhan setelah tiga kali bersin. Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengajarkan agar langsung mendoakan doa kesembuhan setelah tiga kali bersin.

Syaikh Al-Albani rahimahullahberkata,

فإن الأذكار والأوراد توقيفية ؛ لا يجوز الزيادة عليها ، كما لا يجوز النقص منها

“Doa dan wirid itu tauqifiyah (berdasarkan dalil) tidak boleh ada tambahan ataupun pengurangan.”7

Beberapa etika terkait bersin

Hendaknya meletakkan tangan atau baju (kain) di mulut ketika bersin dan berusaha mengecilkan suara8. Ini sesuai dengan ilmu medis agar penyakit tidak menular, orang yang bersin sebaiknya memakai maskerTidak mengucapkan tasymit kepada orang kafir yang membaca Alhamdulillah tetapi membaca:9

يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ

Jika orang yang bersin lupa membaca hamdalah, apakah diingatkan atau tidak maka ada dua pendapat10Diingatkan agar membaca hamdalah karena saling tolong menolong dalam kebaikanTidak perlu diingatkan membaca hamdalah

Yang kami pilih adalah tidak mengingatkan,karena jika dianggap tolong menolong, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mengajarkannya dan itu adalah semacam “hukuman” tidak mengingat Allah. Ibnul Qayyim menjelaskan,

ولو كان تذكيره سنة لكان النبي صلى الله عليه وسلم أولى بفعلها وتعليمها ، والإعانة عليها

“Seandainya mengingatkannya agar membaca hamdalah itu sunnah, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah lebih dulu melakukannya dan mengajarkannya serta membantu orang yang bersin.”11

Demikian semoga bermanfaat

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen

Artikel Muslim.or.id

1 HR. Muslim no. 2992

2 Lihat shahih Abu Dawud oleh syaikh Al-Albani

3 Zadul Ma’ad 2/401, syamilah

4 HR. Abu Dawud, no. 5034 dan al-Baihaqi dalam Syu’abul Iiman,7/32. Hadits ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam al-Misykah, no. 4743

5 Muslim, no. 2993

6 Zadul Ma’ad 2/401, syamilah

7 Aslu sifatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam 3/943

8 Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhumenceritakan,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَطَسَ وَضَعَ يَدَهُ أَوْ ثَوْبَهُ عَلَى فِيْهِ وَخَفَضَ أَوْ غَضَّ بِهَا صَوْتَهُ

“Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersin, beliau meletakkan tangan atau bajunya ke mulut dan mengecilkan suaranya.” (HR. Abu Dawud, no. 5029; at-Tirmidzi, no. 2745 dan beliau menshahihkannya)

9 Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan,

كَانَ الْيَهُوْدُ يَتَعَاطَسُوْنَ عِنْدَ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَرْجُوْنَ أَنْ يَقُوْلَ لَهُمْ يَرْحَمُكُمُ اللهُ، فَيَقُوْلُ: يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ

Dahulu orang Yahudi sengaja bersin di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan harapan Nabi mengatakan,  “yarhamukumulloh (semoga Allah merahmatimu)” tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Yahdikumulloh wa yushlihu baalakum (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).” (HR. At-Tirmidzi, no. 2739. Beliau mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

10 Silahkan lihat rincian penjelasan ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad 2/401

11 Zadul Ma’ad 2/401, syamilah
__
Telegram (klik): bit.ly/muslimafiyah
LINE (klik): bit.ly/LINE-Raehanul
Broadcast WA muslimafiyah: +62895384942337

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.