Showing posts with label rasa takut. Show all posts
Showing posts with label rasa takut. Show all posts

Thursday, August 4, 2022

RASA TAKUT BERBUAH TAAT

Oleh :

Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc  

Ketahuilah karena rasa takut seseorang pada Allah, maka ia pun terus mengenali-Nya, lalu hal itu membuahkan khosyah (rasa khawatir atau takut), dan khosyah akhirnya mengantarkan pada ketaatan.

Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan suatu faedah, Rasa takut pada Allah membuat seseorang takut pada-Nya. Rasa takut ini membuat ia semakin mengenali Allah. Ilmu ini membuatnya semakin khosyah (khawatir akan siksa Allah). Lantas khosyah inilah yang mengantarkan pada ketaatan pada Allah. Jadi orang yang takut pada Allah pasti akan selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Inilah yang dimaksudkan pertama kali. Yang menunjukkan hal ini adalah firman Allah Ta’ala,

فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى (9) سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى (10) وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى (11) الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى (12) ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَى (13) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (14)

Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, dan orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka)” (QS. Al A’laa: 9-12).” (Majmu’ Al Fatawa, 7: 24)

Sumber https://rumaysho.com/2930-rasa-takut-berbuah-taat.html

Wednesday, December 1, 2021

Rasa Cinta, Takut dan Berharap Kepada Allaah Ta'ala

 

Ⓜ️edia Sunnah Nabi

Oleh :
Ustadz dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.

*Kewajiban Menggabungkan Al-Mahabbah, Al-Khauf dan Ar-Raja’*
Termasuk di antara pokok akidah Islam yang paling agung adalah al-khauf (rasa takut) dan ar-raja’ (rasa penuh harap). Seorang mukmin, dia takut (khauf) terhadap ancaman, azab dan hukuman dari Allah ta’ala. Namun di sisi lain, dia juga mengharapkan (raja’) kemurahan rahmat, kasih sayang dan ampunan Allah ta’ala. Dua hal ini haruslah digabungkan secara seimbang dan tidak boleh hanya menonjolkan salah satunya. Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala ketika menceritakan para nabi-Nya,

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami.” *(QS. Al-Anbiya’ [21]: 90)*

Yang dimaksud dengan رغبا adalah rasa penuh harap (ar-raja’).

Sedangkan yang dimaksud dengan رهبا adalah rasa takut (al-khauf).

Allah ta’ala juga berfirman,

أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا

Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapakah di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” *(QS. Al-Isra’ [17]: 57)*

Allah ta’ala berfirman,

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ

(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?” *(QS. Az-Zumar [39]: 9)*

Kedua hal ini (al-khauf dan ar-raja’) haruslah disertai dengan rasa cinta kepada Allah ta’ala (al-mahabbah). Oleh karena itu, seorang mukmin harus menggabungkan tiga hal ini: mencintai Allah ta’ala, takut terhadap azab dan siksaan Allah ta’ala dan mengharapkan kasih sayang, rahmat, pahala dan ampunan Allah ta’ala.

*Pemahaman dan Akidah yang Menyimpang*
Seseorang tidak boleh beribadah kepada Allah ta’ala hanya semata-mata karena rasa cinta, karena ini adalah ibadah kaum sufi. Mereka tidak beribadah kepada Allah ta’ala karena rasa takut dan berharap pahala. Mereka berkata, “Aku tidaklah beribadah kepada Allah ta’ala karena mengharapkan surga, bukan pula karena takut neraka. Akan tetapi, aku beribadah karena semata-mata mencintai Allah.”

Ini adalah keyakinan yang tidak benar.

Bagaimana mungkin sikap semacam ini kita benarkan, sedangkan manusia yang paling bertakwa kepada Allah ta’ala, yaitu Rasulullah shallallahualaihiwasallam berdoa,

اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Allah Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jauhkan kami dari siksa neraka.” *(HR. Bukhari no. 4522)*

Adapun orang-orang yang beribadah kepada Allah ta’ala hanya karena rasa takut, mereka adalah orang-orang khawarij. Orang-orang khawarij hanya menonjolkan sisi al-khauf saja. Oleh karena itu, mereka memvonis kafir orang-orang yang berbuat dosa atau maksiat, meskipun perbuatan tersebut tidak termasuk dalam perbuatan kekafiran atau kemusyrikan (syirik akbar). Padahal, orang-orang yang berbuat dosa dan belum bertaubat sebelum meninggal dunia, ada kemungkinan diampuni oleh Allah ta’ala, selama dosa tersebut masih berada di bawah level kekafiran.

Adapun orang-orang yang beribadah kepada Allah ta’ala hanya karena rasa harap (ar-raja’) saja, mereka adalah kaum murji’ah. Mereka meremehkan dan menghilangkan rasa takut kepada Allah ta’ala. Oleh karena itu, orang-orang murji’ah menganggap sama saja antara orang-orang mukmin dengan pelaku dosa besar. Bagi mereka, dosa besar tidaklah membahayakan atau mengurangi keimanan mereka, karena hanya menonjolkan rasa harap akan ampunan dari Allah ta’ala dan tidak memiliki rasa takut terhadap siksa dan ancaman-Nya.

Ibadah Ahli Tauhid
Adapun ahli tauhid yang berpegang teguh dengan akidah ahlus sunnah, mereka menggabungkan ketiga hal ini: al-mahabbah, al-khauf dan ar-raja’.

Namun, rasa takut (al-khauf) tidak boleh menyebabkan seseorang berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah ta’ala. Selama dia bertaubat dengan benar dari dosa-dosanya, maka dia yakin bahwa Allah ta’ala akan mengampuni dosa-dosanya.

Hal ini karena berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah ta’ala termasuk dalam perbuatan kekafiran. Allah ta’ala berfirman,

إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” *(QS. Yusuf [12]: 87)*

Ibrahim ‘alaihissalam berkata,

وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ

Tidak ada yang orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat.” *(QS. Al-Hijr [15]: 56)*

Demikian pula, seseorang yang berharap kepada Allah ta’ala, tidak boleh disertai dengan merasa aman dari makar Allah ta’ala dan menghilangkan rasa takut. Allah ta’ala berfirman,

أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ

Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” *(QS. Al-A’raf [7]: 99)*

Oleh karena itu, para ulama berkata, ”Merupakan kewajiban bagi seorang hamba untuk berada di antara al-khauf dan ar-raja’. Mereka menyeimbangkan keduanya, bagaikan sayap seekor burung. Sayap seekor burung itu seimbang (antara kanan dan kiri, pen.), jika hilang salah satunya, dia akan jatuh. Demikian pula keadaan orang-orang yang beriman yang berada di antara al-khauf dan ar-raja’, sebagaimana sepasang sayap seekor burung.

Wallahu a’lam.

***

Penulis:Ustadz  Muhammad Saifudin Hakim
Artikel: Muslim.or.id

*Catatan kaki:*
Disarikan dari kitab At-Ta’liqat Al-Mukhtasharah ‘ala Matni Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah hal. 141-143, karya Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan hafidzahullahu Ta’ala.


Tuesday, December 15, 2020

Cara Memupuk Rasa Takut Kepada Allaah

Bagaimana Cara kita memupuk rasa takut kepada Allah Ta’ala?

Berikut ini adalah cara-caranya :

1. Mengingat betapa lemahnya kita, dan betapa Allah Maha Perkasa

Sadarlah betapa kita ini kecil, lemah, hina di hadapan Allah. Sedangkan Allah adalah Al Aziz (Maha Perkasa), Al Qawiy (Maha Besar Kekuatannya), Al Matiin (Maha Perkasa), Al Khaliq (Maha Pencipta), Al Ghaniy (Maha Kaya dan tidak butuh kepada hamba).

Betapa lemahnya hamba sehingga ketika hamba tertimpa keburukan tidak ada yang bisa menghilangkannya kecuali Allah. Ia berfirman (yang artinya) : “Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri” (QS. Al An’am: 17)

Betapa Maha Besarnya Allah, hingga andai kita durhaka kepada Allah, sama sekali tidak berkurang kemuliaan Allah. “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir, maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (QS. An Nisa: 131)

Dengan semua kenyataan ini masihkah kita tidak takut kepada Allah?

2. Memupuk rasa cinta kepada Allah

Dua orang yang saling mencintai, bersamaan dengan itu akan timbul rasa takut dan khawatir. Yaitu takut akan sirnanya cinta tersebut. Demikian pula rasa cinta hamba kepada Allah. Hamba yang mencintai Allah dengan tulus, berharap Allah pun mencintainya dan ridha kepadanya. Bersamaan dengan itu ia akan senantiasa berhati-hati untuk tidak melakukan hal yang dapat membuat Allah tidak ridha dan tidak cinta kepadanya.

3. Adzab Allah sangatlah pedih

Jika kedua hal di atas belum menyadarkan anda untuk takut kepada Allah, cukup ingat satu hal, bahwa adzab Allah itu sangatlah pedih yang disiapkan bagi orang-orang yang melanggar aturan agama Allah. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih” (QS. An Nuur: 63)

Pedihnya adzab Allah sampai-sampai dikabarkan dalam Al Qur’an bahwa setan berkata: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah. Dan Allah sangat keras siksa-Nya” (QS. Al Anfal: 48)

Dan hendaknya kita takut pada neraka Allah yang tidak bisa terbayangkan kengeriannya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya) : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At Tahrim: 6)

Semoga Bermanfaat

Baca Juga : Kajian Terbaru Kami Disini

 

 

Hikmah Berqurban