Tuesday, May 31, 2022
Musium Panglima Besar Jendral Sudirman Purwokerto
KEUTAMAAN BERSEGERA MENUNAIKAN SHALAT
Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya. Amma Ba’du:
Sesungguhnya di antara karunia yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada para hamba -Nya adalah Dia memudahkan bagi mereka ketaatan dan ibadah sebagai sarana taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara bentuk ketaatan dan taqarrub tersebut adalah bersegera berangkat menunaikan shalat lima waktu, di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikannya lima dalam praktek, namun lima puluh dalam pahala dan balasan.
Bersegara menunaikan shalat adalah ketaatan yang telah banyak dilalaikan oleh masyarakat pada zaman sekarang ini, mereka tidak menghadiri shalat kecuali pada saat iqomah dikumandangkan atau shalat telah mulai.
Para shalafus shaleh menjadi tauladan yang utama dalam masalah ini, dan mereka sebagai contoh yang paling utama dalam urusan bersegera menuju shalat. Adi bin Hatim Radhiyallahu anhu berkata: Tidak ada waktu yang aku rindukan kecuali masuk waktu shalat dan aku rindu kepadanya dan tidaklah iqomah dikumandangkan sejak diriku masuk Islam kecuali aku dalam keadaan telah berwudhu”. Sa’id bin Musayyab berkata, Tidaklah seorang mu’adzin mengumandangkan azannya kecuali aku telah berada di masjid, dan aku tidak pernah teringgal shalat jama’ah satu waktupun sejak empat puluh tahun dan aku tidak pernah melihat tengkuk seorang lelakipun pada waktu shalat. Adzhaby berakta: Demikianlah perhatian ulama salaf pada kebaikan.
KEUTAMAAN BERSEGERA DALAM MENUNAIKAN SHALAT ADALAH
Pertama : Istigfar malaikat, bagi orang yang menunggu shalat, maka dia dianggap berada dalam keadaan shalat. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari hadits Abi Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
الْمَلاَئِكَةُ تُصَلِّي عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي مُصَلاَّهُ مَا لَمْ يُحْدِثْ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ. لاَ يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلاَةٍ مَا دَامَتِ الصَّلاَةُ تَحْبِسُهُ، لاَ يَمْنَعُهُ أَنْ يَنْقَلِبَ إِلَى أَهْلِهِ إِلاَّ الصَّلاَةُ
Sesungguhnya malaikat mengucapkan shalawat atas salah seorang di antara kalian selama dirinya berada di tempat shalatnya selama dia tidak berhadats. Malaikat berdo’a: Ampunilah dia, ya Allah berikanlah curahan rahmat Mu kepadaku, salah seorang di antara kalian senantiasa berada di dalam shalatnya selama shalat itulah yang menahan dirinya, tidak ada yang menghalanginya kembali kepada keluarganya kecuali shalat."[1]
Kedua : Mendapatkan shaf yang pertama yang memilki keutamaan yang sangat agung dan pahala yang besar. Dari Abi Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي الْعَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
Seandainya manusia mengetahui keutamaan apa yang terdapat pada azan dan shaf yang pertama, kemudian mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan cara saling undi untuk memperebutkannya niscaya mereka pasti mengadakan undian, seandainya mereka mengetahui keutamaan yang terdapat padanya niscaya mereka berlomba-lomba untuk mendapatkannya, dan seandainya mereka mengetahui kelebihan yang terdapat dalam shalat isya’ dan subuh niscaya mereka pasti mendatanginya sekalipun dengan cara merangkak”.[2]
Ketiga : Mendapatkan takbiratul Ihrom (bersama imam), dan itu adalah takbir yang pertama yang paling utama, sebagai kunci shalat. Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi dari hadits Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الْأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنْ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنْ النِّفَاقِ
Barangsiapa yang mendirikan shalat selama empat puluh hari karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dia mendapatkan takbir yang pertama, maka akan ditulis baginya kebebasan, kebebasan dari neraka dan kebebasan dari nifaq”.[3]
Keempat : Do’a yang dipanjatkan pada saat antara azan dan iqomah adalah do’a yang mustajab. Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya dari hadits riwayat Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الدعاءَ لا يُرَدُّ بيْن الأذانِ والإقامةِ
Do’a antara azan dan iqomah tidak tertolak”.[4]
Kelima : Posisi shalat dekat dengan imam. Ini adalah keutamaan yang sangat besar. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
احْضُرُوا الذِّكْرَ وَادْنُوا مِنَ الإِمَامِ فَإِنَّ الرَّجُلَ لاَ يَزَالُ يَتَبَاعَدُ حَتَّى يُؤَخَّرَ فِي الْجَنَّةِ وَإِنْ دَخَلَهَا
Hadirilah majlis zikir dan dekatlah dengan imam, dan seseorang senantiasa menjauh dari imam sehingga dia ditempatkan pada posisi yang terakhir dari surga sekalipun memasukinya”.[5]
Keenam : Bisa melaksanakan sunnah-sunnah qobliyah, seperti qobliyah fajar. Diriwayatkan oleh imam Muslim dari Aisyah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
Dua rakaat shalat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya”.[6]
Dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat sunnah empat rakaat sebelum zuhur dan dua rakaat setelahnya."[7]
Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya dari Ummu Habibah bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرُمَ عَلَى النَّارِ
Barangsiapa yang selalu mengerjakan empat rakaat sebelum zuhur dan empat rakaat sesudahnya maka Allah akan mengharamkan dirinya atas api neraka."[8]
Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi dari hadits riwayt Ali Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
رَحِمَ اللهُ امْرَأً صَلَّى اَرْبَعًا قَبْلَ الْعَصْرِ
Semoga Allah memberikan rahmat kepada seorang yang shalat sunnah empat rakaat sebelum asar”.[9]
Ketujuh : Hadir ke masjid dengan tenang dan penuh wibawa, sebab berlari menuju masjid seperti yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat akan menghilangkan rasa tenang dan wibawa itu. Disebutkan di dalam Ashahihaini dari Abi Hurairah bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ الإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلاَةِ، وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ وَالْوَقَارِ وَلاَ تُسْرِعُوا، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا
Apabila kalian telah mendengar iqomah dikumandangkan maka hendaklah kalian berjalan ke masjid, dan hendaklah berjalan dengan tenang dan penuh wibawa, janganlah tergesa-gesa, maka rekaat yang kalian dapatkan mulailah padanya sementara rekaat yang terlewatkan sempurnakanlah”.[10]
Kedelapan : Membaca zikir dan istighfar dan berzikir kepada Allah Azza Wa Jalla di antara azan dan iqomah. Dan seandainya seorang muslim datang ke masjid dengan segera maka paling tidak dia bisa membaca enampuluh ayat, maka berarti dalam satu hari dia bisa membaca seratus ayat, dan di dalam satu minggu tujuh ratus ayat, dan dalam satu bulan tiga ribu ayat, dan ini adalah kebaikan yang cukup besar dan pahala kebaikan membaca Al-Qur’an itu dilipatkan gandakan menjadi sepuluh pahala, bahkan sampai tujuh ratus lipat. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala melipat gandakan pahala bagi siapapun yang dikehendakinya dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki karunia yang agung.
Semestinya bagi seorang yang beriman untuk membiasakan dirinya agar selalu bersegera berangkat menuju masjid sehingga hal itu menjadi mudah baginya dan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Sa’id bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمُ اللَّهُ
Suatu kaum akan senantiasa terlambat sehingga Allah melambatkan mereka”.[11]
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
**********
[Disalin dari فضل التبكير إلى الصلاة Penulis Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, Penerjemah Muzaffar Sahidu, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2010 – 1431]
Footnote
[1] Shahih Bukhari: 1/219 no: 659 dan shahih Muslim: 1/459 no: 649
[2] Shahih Bukhari: 1/208 no: 615 dan shahih Muslim: 1/325 no: 437
[3] Al-Turmudzi, halaman: 60 no: 241
[4] Abu Dawud di dalam sunannya, halaman: 81 no: 521
[5] AbuDawud: no: 1108
[6] Shahih Muslim: 725
[7] Shahih Muslim: no: 424
[8] Abu Dawud: no: 1269
[9] Al-Tirmidzi: 430
[10] Shahih Bukhari: no: 615 dan shahih Muslim: no: 602
[11] Shahih Muslim: no: 438"
Dipublikasikan ulang oleh
𝑨𝒅𝒎𝒊𝒏
Ⓜ️𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐒𝐮𝐧𝐧𝐚𝐡 𝐍𝐚𝐛𝐢
Monday, May 30, 2022
Pondok Pesantren
Sebuah Ekosistem Sosial pembentukan Imunitas Sosial untuk daya tahan dan mental anak hidup dalam masyarakat sosial yg lebih kompleks
Gunawan Trianto, M.Pd.
Guru di lembaga pendidikan Islam
Pembaca yang berbahagia...
Kami tulis ini sebagai hadiah bagi para orang tua yang akan menitipkan putra dan putrinya di pondok pesantren, dengan sebuah harapan yang mulia kelak sang buah hati menjadi anak yang Sholeh atau Sholehah penerus garis keturunan keluarga yang di ridhoi oleh Allah dan sukses dunia akherat
Pondok Pesantren adalah lingkungan yang dipenuhi oleh kebahagiaan, orang-orang yang pernah hidup dalam lingkungan ini InsyaaAllah akan menyatakan hal ini, bahkan tak jarang para alumni yang sudah lama hengkang terkadang muncul rasa rindu ingin kembali ke lembaran cerita di ruang-ruang kelas dan bilik-bilik asrama yang ada.
Sungguh indah hidup di lingkungan pondok. Namun kondisi ini juga tidak lantas membuat kita terbang di awan awan dan lupa kepada daratan, Bahwa lingkungan pondok tetaplah lingkungan kehidupan yang di isi oleh manusia dan bukan para malaikat.
Membangun kesadaran dini tentang hal ini adalah penting bagi para orang tua dan pihak pengelola, karena dari titik inilah semua cerita akan menjadi indah
Dari titik inilah kita mulai memandu derap langkah buah hati tercinta, bahwa kehidupan pondok adalah miniatur kehidupan sosial masyarakat nantinya.
Kelak sang buah hati akan tumbuh besar, dan akan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang lebih luas, lebih kompleks dan kadang-kadang lebih rumit.
Namun, sebelum kaki-kaki kecil itu berdiri dalam barisan Masyaarakat luas maka adalah hal yang baik jika mereka melewati terlebih dahulu hidup dalam ruang sosial yang lebih kecil dari itu namun karakter lingkungannya mirip atau hampir mendekati.
Tepuklah pundaknya dan kirimkan terus pesan optimisme
Bagi kita para orang yang akan menitipkan putra dan putrinya atau bahkan telah menitipkan putra dan putrinya di lingkungan pesantren.
Maka teruslah mengirim pesan optimisme dalam ruang hati mereka bahwa;
Tak kan lahir pelaut yang tangguh tanpa terjangan badai dan ombak
Sekali lagi lingkungan pondok adalah miniatur kecil dari lingkungan kehidupan masyarakat nantinya.
Hidup di pondok tentu tak mungkin bisa sama dengan hidup di rumah sendiri. makannya, minumnya, belanjanya, mandinya, belajarnya, dan bahkan istirahatnya
Dalam ekosistem ini berkumpullah semua anak-anak dari segala penjuru, membawa karakter, kebiasaan, sikap dan pola perilaku yang sesuai dengan latar belakang tempat asalnya masing-masing.
Membaur menjadi satu dalam lingkungan sekolah dan asrama, hidup bersama, berdampingan dan melalui hari demi hari dengan penuh suka cita.
Di dalamnya ada si ceria yang suka menyapa, si penolong yang suka membantu, si penyabar yang baik hati, si taat yang patut di tiru, bahkan sampai kepada si pemilik empati yang penuh perhatian terhadap semua teman dan kawan.
Namun sekali lagi pesantren bukanlah lingkungan dalam cerita 1001 malam. Tak hanya cerita tentang lingkungan dengan anak-anak baik namun harus di akui di dalamnya ada juga si usil yang suka menjahil, si biang kerok yang menyakitkan hati, serta si pengganggu yang sering iseng.
Sejatinya tak ada yang menginginkan kehadiran mereka, Namun jika kita renungi dengan hati Sepertinya dari mereka inilah Allah jadikan salah satu sumber imunitas untuk daya tahan dan kekuatan buah hati kita nantinya.
Bapak ibu keluarga muslim...
Sejatinya tak ada satu nelayanpun yang ingin berlayar bersama terjangan ombak dan badai. Namun ini bukanlah pilihan karena jika direnungi ini adalah salah satu cara Allah membuat mereka kuat di tengah samudra yang lebih luas nantinya
Oleh karenanya jangan cepat memberikan reaksi, jika kelak datang berita tak enak dari sang buah hati, atau jika sangat buah hati mengaduh sedih tentang keadaan teman-temannya, lingkungan pesantrennya dan gangguan yang mungkin datang kepadanya, atau bahkan kelak di hari pertama, atau pekan pertama atau mungkin bulan pertama sang buah hati minta pamit undur diri karena tak tahan lagi berpisah jauh dari ayah, ibu, adik dan saudara-saudaranya.
Untuk sebuah daya tahan dan kekuatan jangka panjang
Bapak ibu orang tua muslim...
Sekiranya kita datang membawa gunting untuk menolong kupu-kupu kecil agar mudah keluar dari kepompongnya maka InsyaaAllah si kupu-kupu kecil akan keluar namun ternyata hal tersebut tak cukup membuat sayapnya kuat untuk terbang dan bertahan hidup "ba'dallahu Subhanahu Wata'ala"
Karena ternyata usaha susah payah yang dia lakukan untuk bisa keluar dari kepompong dengan penuh kesusahan adalah salah satu cara Allah menguatkan kepakan sayapnya si kupu-kupu kecil agar kuat terbang mengitari indahnya dunia dan alam raya.
Jika suatu hari nanti...
Jika sekiranya suatu waktu nanti sang buah hati datang mengadu karena digangu temannya maka hadirlah untuk menguatkannya. Jangan terlalu cepat membela dan mencari alibi. Namun sebaiknya ajak dia mengevaluasi diri kenapa hal itu bisa terjadi, apakah betul murni gangguan tanpa ada sebab, ajaklah dia terus menceritakan keadaan yang terjadi sampai nanti menemukan titik solusi dan memberikan beberapa cara kepadanya agar bisa terhindar dari masalah ini. Jangan lupa berikan dia penguatan bahwa dia akan bisa melewati hal ini InsyaaAllah dengan dibarengi doa dan menjaga ketaqwaan kepada Allah
Inilah proses penambahan imunitas bagi sang buah hati, biidznillahi ta'ala. Sejatinya setiap gangguan yang datang adalah salah satu cara Allah memberikan kepada kita daya tahan dan kekuatan mental. Dan InsyaaAllah ini akan bagi kehidupan masa depannya kelak.
Apalah jadinya Nabi Yusuf jika dia tetap dalam dekapan ayah tercinta
Relakanlah buah hati di pesantren, bersabarlah dan titpkanlah dia kepada Allah
Sejarah Kesyirikan
https://bekalislam.firanda.com/5996-sejarah-kesyirikan.html
Asal kesyirikan disebabkan pengkultusan terhadap orang-orang saleh
Untuk membuktikan bahwasanya asal kesyirikan adalah karena pengkultusan terhadap orang-orang saleh, maka kita bisa melihat perbandingan antara kesyirikan terdahulu dan di zaman sekarang.
1. Kesyirikan terdahulu
Ada beberapa contoh penyembahan terhadap orang-orang saleh terdahulu di antaranya:
1.1. Sidharta Gautama
Jika kita membaca literatur-literatur yang ada, maka kita tentu tidak akan menemukan bahwasanya Sidharta Gautama mengaku sebagai Tuhan, tidak! Sidharta Gautama hanyalah seorang yang tidak setuju dengan kasta-kasta yang tersebar di agama Hindu. Sebab ketidaksepakatannya tersebut, akhirnya Sidharta Gautama meninggalkan perkara dunia dan mengasingkan diri, hingga akhirnya ia menyucikan dirinya hingga pada akhirnya ia sampai pada derajat yang orang-orang menyebutnya derajat nirwana.
Ketika ia masih hidup, ia tidak pernah menciptakan makhluk. Ia hanyalah orang bijak yang menyampaikan pendapat-pendapatnya, dan ia juga orang baik lagi berakhlak. Akan tetapi, ketika dia telah meninggal dunia, orang-orang kemudian mulai mengkultuskannya hingga menyembahnya sampai saat ini (dalam bentuk patung).
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_agama_Buddha
1.2. Konghucu
Konghucu atau Konfusius juga asalnya hanyalah manusia biasa yang bijak dan terkenal sebagai filsuf Tiongkok. Namun, karena orang-orang bersikap berlebihan kepadanya, hingga akhirnya mereka pun menyembah konghucu (dalam bentuk patung).
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_agama_dan_Kepercayaan_Tionghoa
1.3. Uzair
Uzair dikultuskan secara berlebihan oleh kaum Yahudi.
Allah ﷻ berfirman,
﴿وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ﴾
“Orang-orang Yahudi berkata, ‘Uzair itu putra Allah’.” (QS. At-Taubah: 30)
Disembah atau tidaknya Uzair oleh orang-orang Yahudi, tetap saja mereka telah berlebih-lebihan terhadap Uzair, karena perkataan mereka tersebut sudah seperti mengangkat Uzair kepada derajat Tuhan, padahal kita sama-sama paham bahwasanya hal tersebut tidaklah diperbolehkan.
https://almanhaj.or.id/5807-siapakah-uzair-yang-dijuluki-anak-allah.html
https://bekalislam.firanda.com/3740-khutbah-jumat-anak-tuhan.html
1.4. Nabi Isa ‘alaihissalam dan Maryam
Nabi Isa ‘alaihissalam beserta ibunya Maryam dikultuskan berlebih-lebihan oleh orang-orang Nasrani. Oleh karenanya, ketika pada hari kiamat kelak, Allah ﷻ akan kumpulkan Nabi Isa ‘alaihissalam bersama pengikutnya dan berfirman kepada mereka,
﴿وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَاعِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِن دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِن كُنتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ﴾
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, ‘Wahai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?’ Isa menjawab, ‘Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib’.” (QS. Al-Maidah: 116)
Nabi Isa ‘alaihissalam dan Maryam hanyalah manusia biasa. Bahkan, Allah ﷻ memberikan bantahan telak bagi orang-orang Nasrani hanya dengan memberikan perumpamaan,
﴿مَّا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ انظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْآيَاتِ ثُمَّ انظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُونَ﴾
“Isa putra Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan.” (QS. Al-Maidah: 75)
Ayat ini jelas menggambarkan bahwasanya Nabi Isa ‘alaihissalam dan Maryam makan, sedangkan kita tahu bahwa makan karena lapar adalah sifat manusia. Adapun Tuhan tidak makan, sebagaimana firman Allah ﷻ dalam ayat yang lain,
﴿قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يُطْعَمُ﴾
“Katakanlah, ‘Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?’.” (QS. Al-An’am: 14)
Intinya, Nabi Isa ‘alaihissalam dikultuskan oleh orang-orang Nasrani sampai pada derajat Tuhan ketika ia telah diangkat oleh Allah ﷻ, dan Maryam pun juga dikultuskan oleh sebagian orang-orang Nasrani sepeninggalnya.
1.5. Rahib-rahib dan para pendeta
Allah ﷻ telah berfirman,
﴿اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَّا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ﴾
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka sekutukan.” (QS. At-Taubah: 31)
Di antara sikap berlebihan orang-orang Nasrani terhadap para pendeta dan rahib-rahib adalah dalam masalah penghalalan dan pengharaman suatu perkara. Mereka mungkin tidak menganggap rahib-rahib dan pendeta sebagai anak Tuhan, akan tetapi mereka tunduk pada apa yang dikatakan oleh para rahib-rahib dan pendeta mereka. Oleh karenanya, ketika ayat ini turun, Adi bin Hatim berkata kepada Nabi Muhammad ﷺ bahwasanya mereka tidak menyembah rahib-rahib dan pendeta. Maka Rasulullah ﷺ mengatakan,
أَلَيْسَ يُحَرِّمُوْنَ مَا أَحَلَّ اللهُ فَتُحَرِّمُوْنَهُ، وَيحِلُّونَ مَا حَرَّمَ اللهُ فَتُحِلُّونَهُ؟ قال: قُلْتُ: بَلَى، قَالَ: فَتِلْكَ عِبَادَتُهُمْ
“Bukankah mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan lalu kalian ikut mengharamkannya? Dan bukankah mereka menghalalkan apa yang Allah haramkan lalu kalian menghalalkannya?” Adi bin Hatim menjawab: ‘Benar’. Maka Rasulullah bersabda, ‘Yang demikian itulah kalian beribadah kepadanya’." ([7])
1.6. Latta, Uzza
Allah ﷻ berfirman tentang Latta,
﴿أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّى، وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى﴾
“Maka apakah patut kamu (wahai orang-orang musyrik) menganggap Latta dan Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?” (QS. An-Najm: 19-20)
Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata tentang Latta,
كَانَ رَجُلًا يَلِتُّ السَّوِيْقَ لِلْحَاجِّ; فَلَمَّا مَاتَ عَكْفُوْا عَلَى قَبْرِهِ فَعْبُدُوهُ
“Latta adalah seseorang yang suka membagi makanan kepada jemaah haji. Ketika ia telah meninggal dunia, maka orang-orang membangun patung di atas kuburannya, hingga orang-orang menyembahnya." ([8])
2. Kesyirikan di zaman sekarang
Kesyirikan dan sebab-sebab munculnya di zaman sekarang pun tidak jauh berbeda dari kesyirikan dan sebab-sebab terjadinya di zaman dahulu, yaitu sama-sama disebabkan karena pengkultusan terhadap orang-orang saleh. Di antara contohnya sebagai berikut:
2.1. Pengkultusan Ali bin Abi Thalib dan Husain radhiallahu ‘anhuma
pengkultusan Ali bin Abi Thalib dan Husain radhiallahu ‘anhuma dilakukan oleh orang-orang Syiah rafidhah. Telah sering didapati orang-orang Syiah ketika di Ka’bah, mereka mengatakan “Labbaik ya Husain”.
Demikian pula digambarkan tatkala seorang Syiah sedang dalam kondisi sulit di dalam pesawat, ia pun berdoa dengan mengatakan “Ya Ali ya Ali”, ia tidak berdoa kepada Allah ﷻ.
2.2. Pengkultusan terhadap wali-wali yang sudah meninggal dunia
Di antara kaidah yang disebutkan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam kitabnya Qawa’id al-Arba’ adalah sebagian orang musyrikin zaman sekarang lebih parah daripada kaum musyrikin di zaman Nabi Muhammad ﷺ. ([9]) Mengapa demikian? Karena orang-orang musyrikin dahulu ketika dalam kondisi genting, mereka meminta kepada Allah ﷻ, sebagaimana firman Allah ﷻ,
﴿فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ﴾
“Maka apabila mereka naik kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” (QS. Al-‘Ankabut: 65)
Lihat pula Abu Jahal, dia berdoa kepada Allah ﷻ di saat genting, yaitu ketika perang Badar, dia berdoa,
اللَّهُمَّ أَيُّنَا كَانَ أَقْطَعَ لِلرَّحِمِ، وَآتَانَا بِمَا لَا نَعْرِفُ، فَاحْنِهِ الْغَدَاةَ
“Ya Allah, siapa di antara kami (Muhammad atau saya) yang memutuskan silaturahmi, dan membawa sesuatu yang kami tidak ketahui, binasakanlah dia hari ini." ([10])
Adapun orang-orang di zaman sekarang, mereka justru melakukan kesyirikan dalam kondisi genting.
Ada empat ulama berbeda dan dari negeri yang berbeda-beda pula menyebutkan hal ini.
Pertama: Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, dari Najd (1703-1792M).
Jika kita melihat bagaimana sejarah beliau berdakwah, beliau dahulu mendakwahi orang-orang yang mengagungkan kuburan yang mereka sangka adalah kuburan Zaid bin Khattab, saudara dari Umar bin Khattab. Mereka membangun kubah di sana dan berdoa kepadanya. Berbulan-bulan beliau berdakwah kepada mereka dengan datang ke kuburan tersebut dan berkata bahwa Allah ﷻ jauh lebih baik daripada Zaid, agar mereka kembali hanya meminta kepada Allah ﷻ. Namun, mereka sama sekali tidak menghiraukan seruan beliau. ([11])
Kedua: Mahmud Al-Alusi, (1802-1854M), seorang ulama Tafsir yang memiliki buku berjudul Ruh al-Ma’ani, dari Irak.
Dalam kitabnya tersebut, al-Alusi menceritakan bagaimana masa kecilnya, di mana ia bertemu dengan seorang syekh yang mengajarkannya untuk tidak berdoa kepada Allah, melainkan berdoa kepada wali-wali. Syekh tersebut beralasan bahwa berdoa kepada Allah ﷻ tidak akan langsung dikabulkan dan Allah ﷻ tidak peduli padanya. Adapun jika ia berdoa kepada wali-walilah, maka ia akan ditolong dan diperhatikan. Al-Alusi dalam tafsirnya mengatakan bahwasanya wasiat yang dia dengar tersebut merupakan perkara yang mengerikan lagi sangat menyedihkan, dan sungguh banyak dai-dai dan syekh-syekh di zamannya memiliki pemikiran seperti itu. ([12])
Subhanallah, bagaimana mungkin ada seorang syekh yang menyuruh untuk tidak meminta kepada Allah dan menyuruh untuk meminta kepada wali-wali? Bukankah ini bentuk suuzhan kepada Allah ﷻ yang sampai pada derajat syirik?
Ketiga: Muhammad Asy-Syaukani Ash-Shan’ani, (1759–1834 M), ahli tafsir dari Yaman, penulis kitab Fath al-Qadir, Nailul Authar, Al-Qaulul Mufid dan Ad-Durarul Bahiyyah
Dalam kitabnya Fath al-Qadir, beliau juga menyebutkan tentang bagaimana orang-orang musyrikin saat itu malah bergantung kepada mayat-mayat dalam kondisi genting, dan tidak memurnikan doa hanya kepada Allah ﷻ sebagaimana orang musyrikin terdahulu. Beliau bahkan mengatakan bahwa telah sampai kepadanya kabar secara mutawatir tentang orang-orang di Yaman yang bergantung kepada mayat-mayat. ([13])
Keempat: Muhammad al-Amin asy-Syinqithi, pengarang bukut tafsir Adwa’ al-Bayan, dari Mauritania. Beliau pun dalam tafsirnya mengatakan hal yang sama, bahwasanya ada sebagian orang yang ketika mereka ditimpa suatu kondisi yang genting, mereka ternyata bersandar kepada selain Allah ﷻ, sementara orang-orang musyrikin dahulu dalam kondisi seperti itu bergantung hanya kepada Allah ﷻ. ([14])
Keempat ulama ini berasal dari daerah yang berbeda-beda, namun mereka semuanya sepakat bahwasanya telah ada sebagian orang yang bahkan dalam kondisi genting tetap meminta kepada orang-orang saleh yang sudah meninggal dunia, dan menganggap mereka adalah tempat pertolongan mereka. Oleh karenanya, orang-orang yang kemudian mengkultuskan wali-wali yang sudah meninggal dengan meminta-minta kepadanya, maka mereka telah melakukan kesyirikan. Ini juga menunjukkan bahwasanya sebab terjadinya kesyirikan adalah karena pengkultusan terhadap orang-orang saleh.
2.3. Penyembahan yang dilakukan oleh orang-orang non muslim terhadap tokoh-tokoh populer di zaman sekarang
Telah beredar sebuah video yang menunjukkan bagaimana sebagian orang kemudian menyembah tokoh-tokoh populer di zaman sekarang. Di antaranya adalah Mahatma Gandhi, bunda Teresa, Jose Rizal, Donald Trump, Diego Maradona, sampai Amitabh Bachchan. Mereka-mereka ini disembah oleh sebagian orang, di mana kebanyakan mereka asalnya hanyalah penggemar biasa. Akan tetapi, karena terlalu fanatik dan terlalu mengkultuskan idola mereka, akhirnya mereka pun kemudian menyembah idola-idola mereka, sampai-sampai mereka membuat patung dan kuil-kuil ibadah.
Meskipun mereka adalah orang-orang muslim, namun asal mereka menyembah idola-idola dari kalangan mereka tersebut karena tentu sikap berlebihan dan menganggap bahwa idola mereka tersebut memiliki kelebihan yang menurut mereka tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya.
Ini semua membuktikan bahwasanya asal dari kesyirikan yang banyak terjadi dari dulu hingga sekarang adalah sikap berlebihan terhadap seseorang. Adapun orang-orang muslim, sebagian mereka ghuluw terhadap orang-orang saleh dan ulama-ulama terdahulu mereka.
([7]) Tafsir ath-Thabari (14/210).
([8]) Tafsir ath-Thabari (22/523).
([9]) Qawa’id al-Arba’ (hlm. 202).
([10]) HR. Al-Hakim No. 3264 dalam al-Mustadrak (2/357), dia mengatakan bahwa hadis ini sahih berdasarkan syarat Imam Bukhari dan Imam Muslim. Lalu kemudian Allah ﷻ mengabulkan doanya, sehingga Allah ﷻ membinasakannya pada saat perang Badar, karena dialah pemutus silaturahmi yang sebenarnya.
([11]) Ad-Durar as-Saniyyah Fi al-Ajwibah an-Najdiyah (2/221).
([12]) Ruh al-Ma’ani (7/4050.
([13]) Fath al-Qadir (2/493)
([14]) Adhwa’ al-Bayan (3/174).
DOSA KECIL YANG AKHIRNYA MEMBINASAKAN
Jika seorang muslim meremehkan dosa-dosa kecilnya, tidak menghitungnya sebagai hal berbahaya dan tidak timbul keinginan untuk bertaubat dan lepas darinya, niscaya dosa-dosanya yang dianggap kecil ini akan terkumpul kian menggunung. Sikap meremehkan ini dapat menyebabkan kehancuran bagi pelakunya. Dalam sebuah hadis disebutkan,
“Jauhilah oleh kalian sikap meremehkan dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil akan terkumpul pada seseorang hingga ia membinasakannya…” (HR. Ahmad)
Narasumber:
Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc., M.A
JANGAN MENILAI SEORANG ITU HANYA DARI KEPANDAIAN BERBICARA SEMATA
Telegram:
➢ https://t.me/joinchat/SPFGWMuhLqwMxy99
(1). Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلىٰ أُمَّتِي، كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيْمُ اللِّسَانِ
"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas umatku adalah setiap munafik yang pandai lisannya"
(HR. Ahmad no. 143, hadits dari Umar bin al-Khaththab, ash-Shahiihah no. 1013)
(2). Umar bin al-Khaththab رضي الله عنه berkata:
لا يعجبنكم من الرجل طَنْطَنَتُه، ولكن من أدى الأمانة وكف عن أعراض الناس فهو الرجل
"Jangan sekali-kali kalian terkagum dengan bagusnya seseorang dalam menyampaikan ucapannya (retorika), akan tetapi seseorang yang telah menunaikan amanah & menahan lisan dari membicarakan kehormatan orang lain, maka dialah orang (yang benar-benar mulia)"
(As-Sunan al-Kubra VI/288)
(3). Imam Ibnu Rajab رحمه الله berkata:
❝ Sungguh amat banyak manusia dari generasi akhir yang terfitnah dengan hal ini, yaitu bahwa siapa saja yang banyak bicara, pandai berjidal dan berdebat dalam berbagai urusan agama, berarti lebih berilmu daripada orang yang karakternya tidak demikian. Ini tiada lain merupakan suatu kebodohan.
Lihatlah kepada pembesar para sahabat dan ulamanya mereka seperti Abu Bakar, Umar, Ali, Mu'adz, Ibnu Mas’ud dan Zaid bin Tsabit, bagaimana kondisi mereka ? Ucapan mereka itu lebih sedikit daripada Ibnu Abbas namun mereka lebih berilmu daripada beliau.
Begitu pula ucapan para tabi'in lebih banyak daripada ucapannya para sahabat, namun para sahabat itu lebih berilmu daripada mereka. Demikian halnya para tabi’ut tabi'in, ucapan mereka itu lebih banyak daripada ulama tabi’in, namun demikian para tabi’in itu lebih berilmu daripada mereka. Ilmu itu tidaklah ditimbang dengan banyaknya riwayat dan ucapan. Akan tetapi ilmu itu adalah cahaya yang telah diberikan kepada hati seorang hamba. Dengannya hamba tersebut bisa memahami dan membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Ia mampu mengutarakan kebenaran tersebut dengan berbagai ungkapan yang ringkas namun bisa
menghasilkan tujuan yang telah diinginkan".❞
(Fadhlu Ilmis Salaf 'alal Khalaf hal 5)
(4). Imam al-Utsaimin رحمه الله berkata:
كم من إنسان طليق اللسان ، فصيح البيان ، إذا رأيته يعجبك جسمه ، وإن يقول تسمع لقوله ، ولكنه لا خير فيه
"Berapa banyak manusia yg pandai bicara lisannya, fasih penjelasannya, jika engkau melihatnya, tubuhnya akan menjadikanmu terkagum dan apabila dia berkata niscaya engkau akan mendengarkan perkataannya, tetapi (ternyata) dia tidak ada kebaikan pada (diri)nya"
(Syarah Riyadhus Shalihin VI/138)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar حفظه الله
Sumber: @najmiumar
Barakallahu fiikum __🍃🌹
🔰 @IslamAdalahSunnah
ANTARA DOSA YANG DIAMPUNI DAN TIDAK DIAMPUNI
Oleh :
Ustadz Said Abu
Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du.
Dalam surah An-Nisa ayat 48 dan 116, Allah Ta’ala berfirman,
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa di bawah tingkatan syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (QS. An-Nisa: 48, 116).
Dalam ayat tersebut, dosa terbagi menjadi dua, yaitu:
Pertama, dosa yang tidak diampuni oleh Allah Ta’ala, jika pelakunya tidak bertaubat.
Kedua, dosa yang diampuni oleh Allah Ta’ala, namun hanya bagi orang yang dikehendaki-Nya, meskipun pelakunya meninggal dalam keadaan tidak bertaubat dari dosa tersebut.
Dan yang dimaksud dengan dosa yang tidak diampuni” dalam ayat ini adalah apabila pelakunya mati dalam keadaan tidak bertaubat darinya. Hal ini karena dosa apa pun itu, apabila seseorang bertaubat darinya dengan memenuhi syarat-syarat diterimanya taubat, maka akan diampuni oleh Allah Ta’ala.
Karena Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Katakanlah, Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang” (QS. Az-Zumar: 53).
Dan ampunan Allah atas seluruh dosa hamba-Nya dalam ayat ini dimaksudkan untuk orang yang bertaubat dari dosanya. Allah Ta’ala berfirman,
وَتُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung” (QS. An-Nur: 31).
Allah Ta’ala juga berfirman,
قُلْ لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ يَّنْتَهُوْا يُغْفَرْ لَهُمْ مَّا قَدْ سَلَفَ
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu (Abu Sufyan dan kawan-kawannya), “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu” (QS. Al-Anfal: 38).
Sedangkan syarat diterimanya taubat ada tujuh, yaitu:
Pertama, Islam.
Kedua, ikhlas.
Ketiga, menyesal.
Keempat, berhenti dari dosa saat itu juga.
Bertaubat dari dosa terkait dengan hak Allah, dengan cara melakukan kewajiban yang ditinggalkan atau meninggalkan keharaman yang terlanjur dilakukan.
Bertaubat dari dosa terkait dengan hak makhluk, dengan cara menunaikan hak mereka atau meminta kehalalan/maaf kepadanya.
Kelima, bertekad untuk tidak mengulangi.
Keenam, sebelum sakaratul maut (sebelum nyawa sampai tenggorokan).
Ketujuh, sebelum matahari terbit dari barat.
Dosa yang tidak diampuni (jika pelakunya mati dalam keadaan tidak bertaubat)
Ulama rahimahumullah berbeda pendapat dalam menafsirkan dosa yang tidak diampuni dalam ayat ini.
Untuk membaca selengkapnya klik link dibawah ini
Sumber: https://muslim.or.id/69776-antara-dosa-yang-diampuni-dan-tidak-diampuni.html
-
Semoga Bermanfaat Label : Update kajian Islam, Kajian Sunnah, Sunnah, Info Islam, Islam Terbaru,Update Kajian Sunnah,Kajian Islam,Konsul...
-
Telegram : https://t.me/menebar_cahayasunnah Pertanyaan: Izin bertanya ustadz, sebagian kawan kami membeli rumah dengan car...