Saturday, June 11, 2022

LIVE Prinsip 4 | Memprioritaskan Mempelajari Al Qur'an dan Hadits - Ustadz Abdullah Zaen


Semoga Bermanfaat, Silahkan Share jika dirasa bermanfaat dan semoga mendapatkan pahala jariyahnya.

Masukan dan Saran Serta Kritik Membangun sangat diharapkan ke email : tujuanmucom@gmail.com

Simak Juga Artikel Kami Lainnya di Channel Youtube :

https://www.youtube.com/c/TopChannelOne

Play List Kajian Sunnah di Youtube :

https://www.youtube.com/playlist?list=PLIJQYJ-Cz_XkX6L_nhAGqOAX9FX9MDKQQ

Twitter     :  tujuanmucom

Tag / Label :

Kajian Islam, Tauhid, Kajian Islam Terbaru,Update Kajian,Update sunnah, info Islam,Info Kajian Islam, Manhaj Salaf, Tauhid,Al Qur’an, Allah di atas Arsy',Dakwah salaf

Supported By : www.tujuanmu.com

Sebab Penting Doa Terkabul - Syaikh Muhammad al-Ma'yuf #NasehatUlama


Semoga Bermanfaat, Silahkan Share jika dirasa bermanfaat dan semoga mendapatkan pahala jariyahnya.

Masukan dan Saran Serta Kritik Membangun sangat diharapkan ke email : tujuanmucom@gmail.com

Simak Juga Artikel Kami Lainnya di Channel Youtube :

https://www.youtube.com/c/TopChannelOne

Play List Kajian Sunnah di Youtube :

https://www.youtube.com/playlist?list=PLIJQYJ-Cz_XkX6L_nhAGqOAX9FX9MDKQQ

Twitter     :  tujuanmucom

Tag / Label :

Kajian Islam, Tauhid, Kajian Islam Terbaru,Update Kajian,Update sunnah, info Islam,Info Kajian Islam, Manhaj Salaf, Tauhid,Al Qur’an, Allah di atas Arsy',Dakwah salaf

Supported By : www.tujuanmu.com

KEUTAMAAN MENGASUH DAN MENDIDIK ANAK PEREMPUAN DENGAN BAIK

 

Oleh :

Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni MA

Dari Ummul Mu’minin ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma ,beliau berkata, (Suatu hari) seorang perempuan miskin datang ke rumahku dengan membawa dua anak perempuannya, maka aku memberikan makanan kepadanya tiga buah kurma. Lalu dia memberikan sebuah kurma kepada masing-masing dari kedua putrinya tersebut, dan mengangkat satu buah kurma (yang tersisa) ke mulutnya untuk dimakan, tapi kedua putrinya meminta kurma tersebut. Maka perempuan itu membagi dua kurma yang tadi hendak dimakannya untuk kedua putrinya. Perbuatan perempuan itu sangat membuatku kagum, lalu aku menceritakannya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّاللَّهَأَوْجَبَلَهَابِهَاالْجَنَّةَوَأَعْتَقَهَابِهَامِنَالنَّارِ

Sesungguhnya Allâh telah mewajibkan perempuan itu (masuk) surga dengan sebab perbuatannya itu, atau membebaskannya dari (adzab) neraka dengan sebab perbuatannya itu[1]

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan mengasuh dan berbuat baik kepada anak-anak perempuan, bahkan perbuatan ini termasuk amal kebaikan yang menjadi sebab kuat untuk masuk surga dan selamat dari siksa neraka. Imam an-Nawawi rahimahullah mencantumkan hadits ini dalam bab: Keutamaan berbuat baik kepada anak-anak perempuan[2].

Dalam riwayat lain yang semakna dengan hadits di atas, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya,“Barangsiapa diuji (oleh Allâh Azza wa Jalla) dengan anak-anak perempuan, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang atau pelindung baginya dari (siksa) neraka”[3].

Juga dalam hadits lain, dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, (yang artinya), Barangsiapa mengasuh atau mendidik dua anak perempuan dengan baik sampai mereka dewasa (mandiri), maka dia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan aku dan dia seperti dua jari ini (dekat dengan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam)”. Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghimpun jari-jarinya."[4].

Beberapa Mutiara Faidah Dari Hadits Ini

1. Hadits ini adalah satu di antara banyak dalil dalam al-Qur’an dan sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai dan memuliakan kaum perempuan, tidak seperti perlakuan orang-orang Arab Jahiliyah yang sangat merendahkan dan menghinakan perempuan, sampai-sampai mereka merasa sangat malu dan rendah jika memiliki anak perempuan. Bahkan di antara mereka sampai ada yang menguburkan hidup-hidup anak perempuan yang baru lahir untuk menghilangkan rasa malu, na’ûdzu billâhi min dzâlik. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ ﴿٥٨﴾ يَتَوَارَىٰ مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ ۚ أَيُمْسِكُهُ عَلَىٰ هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ ۗ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

Dan apabila seseorang dari mereka (orang-orang Jahiliyah) diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya, apakah dia akan mengasuh (anak perempuan itu) dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup). Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu” [An-Nahl/16:58-59]

2. Perhatian orang tua terhadap pendidikan dan pembinaan anak perempuannya menjadi penyebab masuk surga dan memproleh derajat tinggi di sisi Allâh Azza wa Jalla [5]

3. Ada orang yang mungkin tidak menyukai kehadiran anak-anak perempuan, padahal bisa jadi kehadiran mereka menjadi sebab Allâh Azza wa Jalla menganugerahkan kebaikan besar dan menurunkan rahmat-Nya kepada orang tersebut[6]. Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, Maka bisa jadi kamu membenci sesuatu padahal Allâh menjadikan banyak kebaikan padanya” [An-Nisâ’/4:19]"

4. Hadits ini juga menunjukkan keutamaan Ummul Mu’minin, ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, karena beliau Radhiyallahu anhuma memiliki sifat yang mulia, yaitu selalu bersedekah dan memberi makan orang miskin padahal beliau Radhiyallahu anhuma sendiri hanya memiliki persediaan makanan yang sedikit.[7]

5. Keutamaan bersedekah meskipun dengan sesuatu yang terlihat sedikit tapi dibutuhkan oleh orang lain, karena ini bisa menjadi penyebab terselamatkan dari adzabneraka[8]. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

Takutlah kamu (selamatkanlah dirimu) dari (adzab) neraka walaupun dengan setengah buah kurma (untuk disedekahkan), kalau kamu tidak mendapati (setengah buah kurma) maka (bersedekahlah) dengan (mengucapkan)kalimat yang baik[9]

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XX/1437H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo.

Footnote

[1] HSR. Muslim, no. 2630

[2] Kitab Shahîh Muslim, 4/2027

[3] HSR. Muslim, no. 2629

[4] HSR. Muslim, no. 2631

[5] Lihat kitab Bahjatun Nâzhirîn, 1/353

[6] Lihat kitab Bahjatun Nâzhirîn, 1/353

[7] Lihat kitab Bahjatun Nâzhirîn, 1/353

[8] LIhat kitab Faidhul Qadîr, 1/138

[9] HSR. Al-Bukhâri, 5/2241 dan Muslim, no. 1016"


Kasih Sayang Allah = Harta ?

Allah Ta'ala berfirman:

 وقالوا نحن أكثر أموالا وأولادا وما نحن بمعذبين 

 "Mereka berkata, "kami lebih banyak harta dan anak-anak (dari kamu), dan kami tidak akan diazab." (Saba : 35)

Inilah pandangan kaum jahiliyah..

Memandang bahwa tanda kasih sayang Allah adalah harta..

Padahal..

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengabarkan..

Apabila kamu melihat Allah memberi kepada hambaNya..

Apa yang ia inginkan dari dunia..

Sementara ia terus menerus berbuat dosa..

Maka itu adalah istidraj..

HR Ahmad dan Thabrani..

Istidraj adalah penguluran agar ia semakin sesat..

Sebagai tanda Allah menginginkan keburukan untuknya..

Sebagaimana dalam hadits..

Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi hamba..

Allah percepat siksa-Nya di dunia..

Dan bila Allah menginginkan keburukan bagi hamba..

Maka Allah biarkan ia dengan maksiatnya..

Hingga diberikan balasannya di hari kiamat..

HR At Tirmidzi.. 

Sumber Artikel : http://www.salamdakwah.com/artikel/934-kasih-sayang-allah-harta

Masya Allah Banyak Diremehkan Kunci Agar Bersama Dengan Yg Dicintai di Yaumil Qiyamah


Jazaakallahu Khairan Ustadz Muhammad Tim Humble

Kata Allah dalam Alquranul Karim 

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ

"Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka (disurga)." [Qs. Atthur: 21]

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ. اِلَّا مَنۡ اَتَى اللّٰهَ بِقَلۡبٍ سَلِيۡمٍؕ‏

"(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." [Qs. Assyuara: 88-89]

 Aku tak pernah melihat seorg pun yg mencintai seseorg seperti kecintaan para sahabat kepada Nabi ﷺ." [Abu Sufyan rahimahullah]

Kata Nabi ﷺ 

إِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ الْحُبُّ فِى اللَّهِ وَالْبُغْضُ فِى اللَّهِ

"Sesungguhnya amalan yang lebih dicintai Allah ‘azza wa jalla adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah." [Hr. Ahmad; Hasan]

.الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

."Seseorang itu bersama orang yang dicintainya." [Hr. Bukhari; Shahih]

."Makna bersama adlh bahwa engkau akan didekatkan dgn mereka." [Ibnu Hajar rahimahullah]

Mari Kita mencintai yang layak dicintai 

.Semoga Bermanfaat 

ONE DAY ONE HADITS || PUASA DAN SHOLAT TAHAJUD NABI

 ONE DAY ONE HADITS

Sabtu, 11 Juni 2022 / 11 Zulkai'dah1443

Amalan-Amalan Sunnah

 وَعَنْ أَنَسٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يُفْطِرُ مِنَ الشَّهْرِ حَتَّى نَظُنَّ أَنْ لاَ يَصُومَ مِنْهُ ، وَيَصُومُ حَتَّى نَظُنَّ أنْ لاَ يُفْطِرَ مِنْهُ شَيْئاً ، وَكَانَ لاَ تَشَاءُ أَنْ تَرَاهُ مِنَ اللَّيلِ مُصَلِّياً إِلاَّ رَأيْتَهُ ، وَلاَ نَائِماً إِلاَّ رَأيْتَهُ . رَوَاهُ البُخَارِي .

Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak puasa dalam sebulan sehingga kami mengira beliau tidak puasa pada bulan tersebut. Dan beliau juga kadang melakukan puasa sampai kami mengira beliau tidak berbuka sehari pun pada bulan tersebut. Dan ketika engkau ingin melihatnya shalat pada malam hari, engkau pasti melihatnya. Dan beliau tidak tidur kecuali engkau pasti melihatnya.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 1141 dan Muslim, no. 1158 menyebutkan bagian awal hadits].

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:

1- Keadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam melakukan amalan sunnah dengan puasa dan shalat malam itu berbeda-beda.

2- Beliau kadang melakukan shalat malam pada awal malam, kadang pada pertengahan, kadang pada akhir.

3- Begitu juga beliau kadang berpuasa pada awal bulan, kadang pada pertengahan, kadang pada akhir bulan. Jadi waktu untuk puasa sunnah dan shalat malam bisa menyesuaikan masing-masing orang.

4- Disunnahkan berpuasa setiap bulannya.

5- Puasa sunnah mutlak boleh dilakukan pada waktu kapan pun selama bukan waktu yang dilarang.

6- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah melakukan puasa setiap hari, dan tidaklah melakukan shalat malam semalam penuh.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al qur'an :

- Disyari’atkannya Shalat Sunnah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensyari’atkan shalat sunnah untuk meningkatkan amal manusia dan menutupi segala kekurangan dan kelalaian yang ada, sebagaimana hal itu diperintahkan oleh Allah dalam Kitab-Nya yang agung, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ

 “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” [Huud/11: 114].Lr

HUKUM MEMAKAI BEHEL GIGI

Alhamdulillah wa shalatu wa salamu ‘ala rasulillah wa ‘ala alihi wa shahbihi, amma ba’du.

Hukum asalnya merubah sesuatu yang Allah ciptakan pada diri seseorang adalah dilarang, berdasarkan firman Allah,

وَلأَمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللهِ

"Dan akan aku (setan) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya.” (QS. An-Nisa: 119).

Ayat ini menjelaskan bahwa merubah ciptaan Allah termasuk sesuatu yang haram dan merupakan bujuk rayu setan kepada anak Adam yang melakukan kemaksiatan.

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Mas’ud, ia mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam melaknat perempuan yang mencabut (alisnya), menata giginya agar terlihat lebih indah yang mereka itu merubah ciptaan Allah.

Hadis ini merupakan laknat (dari rasulullah .pen) kepada wanita-wanita yang mencabut alisnya dan menata giginya dikarenakan mereka telah merubah ciptaan Allah. Dalam riwayat yang lain dikatakan, orang-orang yang merubah ciptaan Allah.

Namun, dalam beberapa hal ada pengecualian yang dibolehkan oleh syariat.

Seperti dalam keadaan darurat dan mendesaknya kebutuhan, maka tidak mengapa merapikan gigi karena suatu hal yang darurat dan kebutuhan. Darurat dalam kategori syariat yaitu gigi yang ompong atau gingsul, yang perlu diubah karena sulit mengunyah makanan atau agar berbicara dengan fasih dll. Dalil mengenai hal ini adalah ‘Arjafah bin As’ad radhiallahu’anhu, ia mengatakan, “Hidungku terpotong pada Perang Kullab di masa jahiliyah. Aku pun menggantikannya dengan daun, tetapi daun itu bau sehingga menggangguku. Lal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhku menggantinya dengan emas.” (HR. Tirmidzi, An-Nasai, dan Abu Dawud).

Perintah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada ‘Arjafah untuk memperbaiki hidungnya dengan emas merupakan dalil bolehnya memperbaiki gigi. Adapun memperbaiki gigi yang cacat, maka tidak ada larangan untuk menatanya agar hilang cacatnya.

Syaikh Ibnu Utsaimin pernah ditanya, “Apa hukumnya memperbaiki gigi?” Syaikh menjawab, “Memperbaiki gigi ini dibagi menjadi dua kategori:

Pertama, jika tujuannya supaya bertambah cantik atu indah, maka ini hukumnya haram. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang menata giginya agar terlihat lebih indah yang merubah ciptaan Allah. Padahal seorang wanita membutuhkan hal yang demikian untuk estetika (keindahan), dengan demikian seorang laki-laki lebih layak dilarang daripada wanita.

Kedua, jika seseorang memperbaikinya karena ada cacat, tidak mengapa ia melakukannya. Sebagian orang ada suatu cacat pada giginya, mungkin pada gigi serinya atau gigi yang lain. Cacat tersebut membuat orang merasa jijik untuk melihatnya. Keadaan yang demikian ini dimaklumi untuk membenarkannya. Hal ini dikategorikan sebagai menghilangkan aib atau cacat bukan termasuk menambah kecantikan. Dasar argumentasinya (dalil), Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seorang laki-laki yang hidungnya terpotong agar menggantinya dengan hidung palsu dari emas, yang demikian ini termasuk menghilangkan cacat bukan dimaksudkan untuk mempercantik diri.”

Allahu a’lam.

Referensi: https://konsultasisyariah.com/8824-memakai-behel-gigi.html

editor: 

https://t.me/DaunMint

Lisan Salah Satu Pintu Setan