Skip to main content

IKHLASKAN NIAT DALAM MEMBERIKAN NAFKAH KELUARGAMU


🍃 Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

(( إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ، إِلَّا أُجِرْتَ عَلَيْهَا، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ ))

"Sesungguhnya tidaklah engkau memberikan nafkah (kepada keluargamu) dengan suatu nafkah yang engkau harapkan Wajah Allah, kecuali engkau akan diberikan pahala, hingga sesuatu yang engkau letakkan di mulut istrimu."
HR. Bukhari (56).

▪ Berkata Ibnul 'Utsaimin rahimahullah :

(( تَبْتَـغِي بِهَـا وَجْـهَ اللَّٰهِ )) أي : تَقْصِـد بـه وَجْـهَ اللهِ ﷻ ، يعنـي : تَقْصِـد بـه أن تَـصِلَ إلـىٰ الجَـنَّةِ حَـتَّىٰ تَـرَىٰ وَجْـهَ اللهِ ﷻ .

((Engkau harapkan Wajah Allah)) yaitu engkau maksudkan dengan hal tersebut Wajah Allah, yakni engkau maksudkan dengan hal tersebut bisa menyampaikan engkau ke surga hingga melihat Wajah Allah.

لِأَنَّ أهْـلَ الجَـنَّةِ - جَعَلَـنِي اللهُ وإيَّاكُـم مـنهم - يَـرَوْنَ اللهَ سُبْـحَانَهُ وَتَـعَالَىٰ ، وَيَنْظُـرُونَ إليـه عَـيَـانًا بِأَبْصَارِهِـم ، كمـا يَـرَوْنَ الشَّـمْسَ صَحْـوًا ليـس دُونَـهَا سَـحَابٌ ، وكـما يَـرَوْنَ القـمر ليلة البَــدْرِ ، يعـني : أنَّهُـم يَـرَوْنَ ذلـكَ حَـقًّـا .

Karena penduduk surga -semoga Allah menjadikan kita semua penghuninya- melihat Allah Azza wa Jalla, mereka melihat dengan mata kasat mereka, sebagaimana mereka melihat matahari cerah tanpa terlindungi awan, dan sebagaimana melihat bulan dimalam purnama, yaitu mereka melihat-Nya secara hakiki.

((  حَتَّـىٰ مَـا تَجْعَلُـهُ فِـي فِـي امْـرَأَتِكَ )) أي : حَـتَّىٰ اللُّـقْـمَـة التـي تُـطْـعِـمُـهَـا امْـرَأَتَكَ ؛ تُؤْجَـرُ عـليها إذا قَصـدت بـها وجـهَ اللهِ ، مـع أنَّ الإنـفاق عـلىٰ الـزَّوْجَةِ أمْـرٌ واجِـبٌ ، لـو لـم تـنفق لَـقَالَتْ : أنْـفِقْ أو طَـلِّقْ ، ومـع هـذا إذا أنفـقت علـىٰ زوجـتك تُـرِيدُ بـه وجـهَ اللهِ ؛ آجَـرَكَ اللهُ عـلىٰ ذلـك .

((Hingga sesuatu yang engkau letakkan dimulut istrimu)) yaitu : hingga sebiji nasi yang engkau berikan makan kepada istrimu, akan diberikan pahala jika engkau maksudkan dengan hal tersebut Wajah Allah, bersamaan dengan bahwa memberikan nafkah terhadap istri adalah perkara wajib, seandainya engkau tidak memberikan nafkah maka sang istri tersebut akan berkata; berikan nafkah atau cerai, namun bersamaan dengan itu jika engkau berikan nafkah kepada istrimu dan mengharapkan Wajah Allah dengan hal tersebut maka Allah akan memberikan pahala kepada engkau dengan hal tersebut,

وكـذلك إذَا أنفـقت علـىٰ أولادك ، أو أنـفقت عـلىٰ أمـك ، وعـلىٰ أبيـك ، بـل إذا أنفـقت علـىٰ نفسـك تَبْتَـغِي بـذلك وجـهَ اللهِ ؛ فَـإِنَّ اللهَ يُثِـيبكَ علـىٰ هـذا .

Demikian pula jika engkau memberikan nafkah kepada anak-anakmu, atau ibumu, atau bapakmu, bahkan seandainya terhadap dirimu sendiri dengan mengharap Wajah Allah maka Allah akan memberikan pahala engkau dengan hal tersebut.
____
📚 Syarhu Riyadhis Shalihin (1/45).
==================
✍🏻 *Ustadz Fauzan Abu Muhammad Al Kutawy Hafizhahullah*
┅┅══✿❀🌕❀✿══┅┅

______________
📱Silsilah Durus Linnisa' 📚

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.