Skip to main content

Macam - macam Puasa

Puasa ada 2 macam, puasa Wajib dan puasa sunnah.

1. Puasa Wajib, ada dua :

a. Puasa Bulan Ramadhan

Puasa bulan ramadhan dilakukan sebulan penuh. Karena Allaah mewajibkannya dalam Al Qur'an surat Al- Baqarah ayat 183, yang artinya :

" Wahai orang - orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa "

b. Puasa Nadzar

Puasa yang dilakukan karena seseorang bernadzar kepada Allaah untuk berpuasa.

2. Puasa-puasa Sunnah, ada enam :

a. Puasa Dawud

Sesuai sabda Rasulullaah dalam HR. Bukhari, yang artinya :

" Puasa yang paling dicintai Allaah adalah puasa Daud. Dia sehari berpuasa dan sehari berbuka "

b. Puasa enam hari pada bulan Syawal

Puasa ini boleh dilakukan secara berturut-turut ataupum tidak.

Rasulullaah bersabda, yang artinya :

" Barang siapa yang berpuasa pasa bulan Ramadhan, kemudian di ikuti dengan berpuasa enam hari pada bulan syawwal, maka seolah - olah ia telah berpuasa selama satu tahun penuh." ( HR. Muslim )

c. Puasa hari Senin dan Kamis

Rasulullaah bersabda, yang artinya :

" Semua amal itu di angkat pada setiap hari senin dan kamis, dan menyukai amalanku diangkat sedangkan saya dalam keadaan berpuasa." ( HR. Tirmidzi )

d. Puasa Asyura'

Yaitu puasa sunnah yang dikerjakan pada tanggal sepuluh bulan muharram.

Rasulullaah bersabda, yang artinya :

" Puasa hari 'Asyura' menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu." ( HR. Muslim )

e. Puasa hari 'Arafah

Puasa ini dikerjakan oleh orang yang tidak melaksanakan ibadah haji pasa tanggal sembilan bulan Dzulhijjah pasa setiap tahun. Rasulullaah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau bersabda, yang artinya :

" Puasa hari 'Arafah bagi yang tidak berhaji menghapuskan dosa selama setahun yang lalu dana setahun yang akan datang". ( HR. Muslim )

f. Puasa 3 hari pada pertengahan bulan

Puasa 3 hari yang dikerjakan pada saat pertengahan bulan, yaitu tanggal 13, 14 dan 15 pada setiap bulan Hijriah. 

Abu Dzar berkata, yang artinya :

" Rasulullaah memerintahkan kami untuk berpuasa tiga hari pada setiap bulan, yaitu pada tanggal 13,14, dan 15 Hijriyah. " ( HR. Nasa'i dan Tirmidzi ).

Hari-hari yang diharamkan berpuasa :

a. Puasa pada dua hari raya ( 'Idul Fitri dan 'Idul Adha )

Umar bin Khatab berkata :

" Sesungguhnya kedua hari ini adalah hari yang dilarang oleh Rasulullah berpuasa padanya. Hari Raya 'Idul Fitri dan hari Raya 'Idul Adha." ( HR. Muslim )

b. Puasa pada hari-hari Tasyriq

Yaitu hari - hari tanggal 11, 12 dan 13 bulan Dzulhijjah.

Rasulullaah bersabda, yang artinya :

" Hari-hari Tasyrik  itu adalah hari-hari untuk makan, minum dan mengingat Allaah. " (HR. Muslim )

Hari-hari yang di makruhkan untuk berpuasa

a. Puasa pada hari 'Arafah bagi orang yang melaksanakan ibadah haji. 

Karena Nabi berbuka pada hari itu dan orang-orangpun melihat kepada Beliau. 

b.  Puasa pada hari jum'at saja. 

Puasa pada hari jum'at makruh hukumnya, jika tidak diawali dengan berpuasa pada hari sebelumnya atau diikuti dengan hari setelahnya. 

Sebagaimana hadist Rasulullaah :

" Janganlah seseorang dari kalian berpuasa pada hari jum'at, kecuali ( dia berpuasa ) pasa hari sebelumnya atau setelahnya ( HR. Bukhari dan Muslim )

c. Puasa pada hari sabtu saja.

Puasa pada hari sabtu makruh hukumnya, jika tidak diawali dengan berpuasa pada hari sebelumnya atau diikuti dengan hari setelahnya.

Sebagaimana hadist Rasulullaah :

" Janganlah kalian berpuasa pada hari sabtu, kecuali pada puasa yang diwajibkan atas kalian. Jika seorang dari kalian tidak mendapatkan sesuatu  ( yang bisa ia makan )  kecuali kulit anggur atau ranting sebuah pohon maka hendaklah ia mengunyahnya. " ( HR. Ahmad, Abu Dawud dan yang lainnya )

d. Puasa satu tahun penuh

Yaitu puasa terus menerus selama setahun tanpa henti. Ini di makruhkan oleh Rasulullaah sebagaimana sabda beliau : 

" Tidaklah dianggap berpuasa yang berpuasa selamanya." ( HR. Bukhari dan Muslim )

Semoga bermanfaat

Baca juga kajian islam terbaru kami di sini.


Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك...

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an...

Lailatul Qodar

Pengertian Lailatul qodar adalah malam kemuliaan yang hanya terdapat pada bulan ramadhan. Keutamaan Lailatul qodar , Allaah telah menerangkan dalam QS. Al-Qadr ayat 1-5 yang artinya : "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." Waktu / malam Lailatul Qadr berada diantara sepuluh malam terakhir pada bulan ramadhan, dan lebih khusua lagi pada malam-malam yang ganjil. Rasulullaah bersabda, yang artinya : " Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." ( HR. Bukhari dan Muslim) Oleh sebab itu pada malam-malam itu kita di anjurkan untuk memperbanyak amal soleh. Tanda-tanda Lailatul Qadr : 1. Pada malam lailatul qadr terasa sejuk, tidak panas, dan tidak dingin. Riwayat dari Jabir bi...