Skip to main content

Tathayyur

Pengertian tathayyur / thiyaroh adalah : mempercayai adanya kejadian tertentu yang dapat menyebabkan sial/celaka.

Contoh :

1. Jika seseorang mendengar suara burung hantu, kemudian meyakini akan ada malapetaka/bahaya dikeluarganya.

2. Seseorang dalam perjalanan keluar kota, tiba tiba kopyahnya terjatuh atau melihat ular besar lewat jalan atau melihat mayat sedang disusung kekuburan. Lalu dia meyakini bahwa kejadian tersebut menyebabkan kepergiannya keluar kota akan mendatangkan kesialan, akhirnya ia membatalkan kepergiannya.

Rasulullaah melarang tathayyur, beliau bersabda :

" Tidak ada penularan penyakit ( dengan sendirinya), bertathayyur , menganggap sial burung malam, dan bulan shafar."(HR.Al-Bukhari dan Muslim).

Sedangkan hukum bertathayyur adalah syirik, Rasulullaah bersabda : 

" Thiyaroh adalah syirik, thiyaroh adalah syirik, dan tiada seorangpun diantara kita kecuali (telah terjadi dalam hatinya sesuatu dari hal ini ), hanya saja Allaah menghilangkannya dengan tawakkal kepada-Nya."(HR. Abu Dawud)

Bahaya bertathayyur bahwa menunjukkan telah bertawakal (berserah diri) kepada selain Allaah, yaitu kepada sesuatu yang dianggap mbuat sial. Hati dan jiwa seseorang tersebut lemah, putus harapan, dan mudah menyerah, bahkan bisa berputus asa. Hati dan jiwa seperti itu jelas dilarang dalam agama Islam. Orang islam harusnlah kuat hati dan jiwanya, ia bertawakal kepasa Allaah, ia akan tetap mengerjakan pebuatan baik dengan teguh. Ia akan bersukur jika pekerjaannya berhasil,karena Allaah yang memberi kekuatan dan kemampuan kepadanya. Jika pekerjaannya kurang berhasil, maka ia akan mengoreksi diri.  Apakah dia telah bekerja dengan sungguh-sungguh? Apakah ada kesalahan yang lainnya, lalu ia akan bersabar dan mohon ampun kepada Allaah serta berdoa agar pekerjaannya selanjutnya menjadi lebih baik. Ia sama sekali tidak akan menyalahkan hewan maupun peristiwa lainnya.

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.