https://ilmiyyah.com/archives/6864
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
〰〰〰
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
Di antara hal yang bertentangan dengan tawakal -yang ini sudah pernah kita bahas- adalah ‘ujub. ‘Ujub adalah bentuk hal yang bertentangan dengan tawakal. Karena ‘ujub -sebagaimana pernah kita jelaskan- adalah bentuk bertawakal kepada diri sendiri, PD (percaya diri) dengan kemampuannya, lupa untuk bersandar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ
“Tiga perkara yang membinasakan,” di antaranya:
إِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Seseorang ‘ujub dengan dirinya.”
Ini menimpa sebagian orang. Ketika dia bangga dengan dirinya, bangga dengan kemampuannya, bangga dengan kepintarannya, bangga dengan pasukannya, dia lupa bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal yang menentukan keberhasilan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Betapa banyak sebab yang sedikit ternyata bisa berhasil. contoh firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ
“Betapa banyak kelompok yang sedikit mengalahkan kelompok yang besar dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Baqarah[2]: 249)
Maka seseorang melakukan sebab, dia berusaha belajar, dia berusaha bekerja, dia berikhtiar, tapi tawakalnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan tawakal kepada dirinya, ‘ujub dengan dirinya, ‘ujub dengan kecerdasannya, ‘ujub dengan kemampuannya. Karena barangsiapa yang ‘ujub (merasa PD) dengan apa yang dia miliki, dengan usaha yang telah dilakukan, ketika itu dia tidak lagi bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dia terjerumus dalam salah satu bentuk kesyirikan. Menyandarkan hati bukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tetapi kepada diri sendiri.
Makanya di antara doa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ ، وَ أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ ، وَ لاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْن
“Ya Allah, dengan rahmatMu aku mohon pertolongan, maka perbaikilah segala urusanku, dan jangan Kau biarkan aku bersandar kepada diriku meskipun hanya sekejap mata.” (HR. An Nasa’i No. 10330)
Kalau seseorang bersandar kepada dirinya, dia bersandar kepada sesuatu yang sangat lemah. Kita ini siapa? Kita ini manusia yang tahu banyak kelemahan diri sendiri. Meksipun kita memiliki kecerdasan, kita memiliki keterampilan, meskipun kita memiliki pengalaman, kita ini (hakikatnya) lemah.
Lihatlah betapa lemahnya manusia. Sekarang Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi pandemi, tidak berkutik semuanya, lumpuh. Kegiatan ekonomi dunia lumpuh, negara-negara adidaya lumpuh, mana kesombongan dan keangkuhan? Manusia sangat lemah, tidak berkutik dengan kondisi di sekitarnya, tunduk kepada kondisi di sekitarnya.
Oleh karenanya seseorang yang menyadarkan keberhasilannya kepada dirinya sendiri, ini adalah suatu bentuk ‘ujub. Jadi tidak boleh seseorang demikian. Seseorang bersandar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berikhtiar, itu yang benar. Sebagaimana sudah kita jelaskan tentang definisi tawakal, menyandarkan hatinya kepada Allah dan berikhtiar.
Adapun kemudian lupa kepada Allah, PD pada kemampuan, ‘ujub dengan diri sendiri, maka inilah sumber kegagalan cepat atau lambat. Karena seorang ketika ‘ujub dia bersandar kepada dirinya yang penuh dengan kelemahan. Masing-masing kita sadar akan kekurangan dan kelemahan diri kita. Maka biasakan selalu bersandar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam melaksanakan segala aktivitas.
Comments
Post a Comment
Selalu Berkomentar yang Baik sebab Semua akan dimintai Pertanggung Jawaban di Akhirat Kelak.