Skip to main content

Ujian yang Dihadapi Nabi Yusuf dengan Imra’atul Aziz


Kita akan memasuki kisah Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam berikutnya, yang terdapat di halaman 297, yaitu ujian kedua yang dihadapi oleh Nabi Yusuf dengan Imra’atul Aziz, istri seorang pembesar Mesir.

Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Yusuf ayat 19:

وَجَاءَتْ سَيَّارَةٌ فَأَرْسَلُوا وَارِدَهُمْ فَأَدْلَىٰ دَلْوَهُ ۖ قَالَ يَا بُشْرَىٰ هَٰذَا غُلَامٌ ۚ وَأَسَرُّوهُ بِضَاعَةً ۚ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَعْمَلُونَ

“Kemudian datanglah serombongan musafir, mereka mengutus seorang pengambil air untuk mengambil air, maka dia menurunkan timbanya. Dia berkata, ‘Kabar gembira! Ini ada seorang anak muda!’ Mereka menyembunyikannya sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. Yusuf [12]: 19)

Kisah ini menceritakan bahwa setelah Nabi Yusuf dilemparkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, datanglah sekelompok musafir yang menemukan beliau. Mereka mengutus salah seorang dari mereka untuk mengambil air. Ketika orang tersebut menurunkan timba ke dalam sumur, dia menemukan seorang anak muda, yakni Nabi Yusuf.

Mereka kemudian menyembunyikan Nabi Yusuf sebagai barang dagangan. Di zaman dahulu, menemukan seseorang yang tidak jelas asal-usulnya sering kali berarti memperbudak dan memperjualbelikannya.

وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُودَةٍ وَكَانُوا فِيهِ مِنَ الزَّاهِدِينَ

“Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.” (QS. Yusuf[12]: 20)

Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang tersebut menjual Nabi Yusuf dengan harga yang sangat murah, hanya beberapa dirham saja. Mereka tidak menginginkan Nabi Yusuf karena mereka tahu bahwa ada risiko besar jika ternyata Yusuf memiliki keluarga yang mencarinya. Oleh karena itu, mereka segera menjualnya meskipun dengan harga yang murah.

Setelah Yusuf berada di Mesir, ia menghadapi ujian baru di negeri itu, tepatnya di rumah seorang pembesar Mesir. Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Yusuf ayat 21:

وَقَالَ الَّذِي اشْتَرَاهُ مِنْ مِصْرَ لِامْرَأَتِهِ أَكْرِمِي مَثْوَاهُ عَسَىٰ أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا ۚ وَكَذَٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي الْأَرْضِ وَلِنُعَلِّمَهُ مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ ۚ وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَىٰ أَمْرِهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan orang yang membeli Yusuf di Mesir berkata kepada istrinya, ‘Muliakanlah dia, mungkin dia bermanfaat bagi kita atau kita angkat sebagai anak.’ Demikianlah Kami memberikan kedudukan kepada Yusuf di bumi (Mesir) agar Kami ajarkan kepadanya takbir mimpi. Allah Maha Kuasa atas urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS. Yusuf [12]: 21)

Kisah ini juga mengingatkan kita bahwa saudara-saudara Yusuf yang berjumlah sebelas orang menginginkan hal buruk terjadi pada Yusuf. Mereka iri dan berharap Yusuf mengalami kesulitan dan kehinaan. Namun, Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki rencana yang berbeda. Allah menginginkan sesuatu yang lain bagi Yusuf, dan kehendak-Nya yang pasti akan menang. Karena Allah menguasai segala urusan, sebelum dan sesudahnya. Makanya Allah berfirman dalam Surah Yusuf:

وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَىٰ أَمْرِهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Allah menguasai urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS. Yusuf [12]: 21)

Dalam Surah Yusuf ayat 22, Allah Ta’ala berfirman:

وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

“Dan ketika dia (Yusuf) telah dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf [12]: 22)

Saat Nabi Yusuf mencapai kedewasaan, ia diberikan kekuatan baik secara fisik, mental, maupun spiritual, yang memungkinkannya memikul beban kenabian dan risalah. Allah membalas kebaikan Nabi Yusuf dengan kebaikan, sesuai dengan firman-Nya bahwa tidak ada kebaikan melainkan akan dibalas dengan kebaikan.

Kemudian, dalam ujian yang kedua ini, yang bahkan lebih berat daripada ujian saat menghadapi saudara-saudaranya, Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Yusuf ayat 23:

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

“Dan perempuan yang di rumahnya Yusuf tinggal menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya). Dan dia menutup pintu-pintu seraya berkata, ‘Marilah ke sini.’ Yusuf berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah, sesungguhnya tuanku telah memperlakukanku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung.'” (QS. Yusuf [12]: 23)

Jika kita memaknai kisah ini, ada pelajaran penting yang bisa kita ambil bahwa tidak boleh menzalimi majikan. Salah satu bentuk kezaliman kepada majikan adalah bersikap kurang ajar terhadap keluarganya, terutama istri. Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam menunjukkan adab yang sangat tinggi terhadap keluarga majikannya, menjaga kehormatan mereka dan tidak berani bertindak kurang ajar.

Nabi Yusuf berkata bahwa orang-orang yang berkhianat itu zalim, dan orang yang zalim tidak akan beruntung.

Syaikh rahimahullah menjelaskan bahwa ujian kedua yang dihadapi Nabi Yusuf ini lebih besar daripada ujian pertama bersama saudara-saudaranya. Alasannya, kesabaran yang dipersiapkan oleh Yusuf dalam menghadapi ujian ini lebih besar. Kesabaran yang dimaksud di sini adalah sabr ikhtiyar (kesabaran dengan pilihan), yang berbeda dari sabr idtirar (kesabaran karena terpaksa).

Saat menghadapi ujian pertama bersama saudara-saudaranya, Yusuf diperlakukan dengan sangat buruk: dipukul, dicaci maki, dilempar ke dalam sumur, bahkan hampir dibunuh. Kesabaran yang ditunjukkan dalam situasi itu adalah sabr idtirar, di mana seseorang tidak memiliki pilihan lain selain bersabar. Ini seperti seseorang yang tiba-tiba jatuh sakit, sementara sebelumnya ia sehat, dan ia harus bersabar dengan kondisi yang tidak diinginkan.

Kesabaran terpaksa, atau sabr idtirar, adalah ketika seseorang harus sabar karena tidak ada pilihan lain, seperti ketika diberi penyakit yang tak diinginkan, misalnya kanker. Kita tidak ingin sakit, tetapi ketika penyakit datang, kesabaran itu menjadi kesabaran terpaksa.

Namun, jika seseorang menghadapi ujian yang sebenarnya bisa dihindari, namun memilih untuk bersabar, itu disebut sabr ikhtiyar (kesabaran pilihan). Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam menunjukkan sabr ikhtiyar saat menghadapi ujian kedua. Subhanallah, padahal banyak hal yang sebenarnya bisa dilakukannya dengan mudah, namun ia lebih memilih untuk mendahulukan kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala daripada hawa nafsu.

Ini adalah contoh kisah kesucian yang luar biasa, yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ceritakan dalam Al-Qur’an, tepatnya dalam Surah Yusuf, di mana Nabi Yusuf lebih mendahulukan cinta Allah daripada mengikuti keinginan wanita yang menggoda dirinya.

Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam dimuliakan di rumah pembesar Mesir dan dikaruniai ketampanan yang luar biasa. Ini memudahkan baginya untuk melakukan apa yang diinginkan oleh banyak orang. Nabi Yusuf berada di bawah kekuasaan seorang wanita yang menggoda dan berusaha menundukkannya. Mereka tinggal dalam satu rumah, yang memungkinkan Yusuf untuk melakukan perbuatan tersebut tanpa diketahui oleh siapa pun.

Musibahnya bertambah ketika semua pintu rumah ditutup rapat. Situasinya sangat sunyi, tempatnya sepi. Wanita tersebut sudah merencanakan segala sesuatunya dengan cermat.

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ…

“Dan perempuan yang Yusuf berada di rumahnya, menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya. Dan dia menutup pintu-pintu rapat-rapat.” (QS. Yusuf [12]: 23)

Sumber : https://www.radiorodja.com/54400-ujian-yang-dihadapi-nabi-yusuf-dengan-imraatul-aziz/

Tags : nabi yusuf,kisah nabi yusuf as,nabi yusuf as,kisah nabi yusuf,kisah nabi,ujian,kisah nabi yusuf dan zulaikha,ujian nabi yusuf,kisah nabi yusuf alaihissalam,kisah nabi yusuf yang tampan,kisah nabi yusuf a.s yang dibuang ke sumur,kisah nabi dalam al qur'an,nabi,pengasihan nabi yusuf as,nabi yusuf dan zulaikha,ilmu pengasihan nabi yusuf as,kisah cinta nabi yusuf dan zulaikha,nabi yusuf dibuang ke sumur,kisah cinta nabi yusuf


Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك...

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an...

Lailatul Qodar

Pengertian Lailatul qodar adalah malam kemuliaan yang hanya terdapat pada bulan ramadhan. Keutamaan Lailatul qodar , Allaah telah menerangkan dalam QS. Al-Qadr ayat 1-5 yang artinya : "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." Waktu / malam Lailatul Qadr berada diantara sepuluh malam terakhir pada bulan ramadhan, dan lebih khusua lagi pada malam-malam yang ganjil. Rasulullaah bersabda, yang artinya : " Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." ( HR. Bukhari dan Muslim) Oleh sebab itu pada malam-malam itu kita di anjurkan untuk memperbanyak amal soleh. Tanda-tanda Lailatul Qadr : 1. Pada malam lailatul qadr terasa sejuk, tidak panas, dan tidak dingin. Riwayat dari Jabir bi...