Skip to main content

APAKAH SELAIN SALAFY BERARTI SESAT


Tak jarang, sebagian saudara kita mengajukan pertanya'an bernada sinis, yang entah disebabkan ketidaktahuan atau hanya sekedar untuk menebar syubhat.

"Oooo, jadi semua yang diluar salafi sesat semua??

Masuk neraka semua, hanya salafi aja yang pasti benar dan dijamin masuk surga??"

Saudaraku...

Salafi (pengikut salaf) itu tidak ma'shum, sebagai manusia biasa kita juga pernah khilaf, bisa futur, bahkan bisa jadi juga terkadang berbuat maksiat, bisa terkena penyakit hati, dan lain sebagainya. Dan juga, tidak ada diantara kita yang yakin pasti masuk surga, apalagi dijamin surga.

Justru karena kita semua sangat mengharap surga dan takut masuk neraka, maka kita selalu berusaha tunduk dan patuh, serta berusaha mengajak semua saudara kita yang se-islam dan se-iman agar ta'at terhadap syari'at.

Dan lagi.. Perkata'an-perkata'an semisal "selain Salafi"  atau  "diluar Salafiy" sangatlah salah kaprah, seolah-olah dianggapnya Salafi itu adalah sebuah organisasi atau aliran atau semisalnya. 

Padahal sejatinya, Salafi adalah penisbatan terhadap generasi salaf, jadi siapa saja yang mengikuti Qur'an dan Sunnah menurut pemahaman Salaful Ummah, maka ia Salafi.

Pertanya'an yang benar seharusnya :

"Apakah dibenarkan jika beragama mengikuti selain manhaj salaf??"

Atau..

"Apakah jika tidak mengikuti Qur'an dan Sunnah menurut pemahaman Salaful Ummah bisa dibenarkan??"

Maka jawabannya adalah : 

1. Al Imam Abdurrahman bin 'Amr Al Auza'i berkata :

"Wajib bagimu untuk mengikuti jejak salaf walaupun banyak orang menolakmu, dan hati-hatilah dari pemahaman/pendapat tokoh-tokoh itu walaupun mereka mengemasnya untukmu dengan kata-kata (yang indah)" 

(Asy Syari'ah, karya Al Imam Al Ajurri, hal. 63).

   2. Al Imam Abu Hanifah An Nu'man bin Tsabit berkata :

"Wajib bagimu untuk mengikuti atsar dan jalan yang ditempuh oleh salaf, dan hati-hatilah dari segala yang diada-adakan dalam agama, karena ia adalah bid'ah".

(Shaunul Manthiq, karya As Suyuthi, hal. 322, dinukil dari kitab Al Marqat fii Nahjis Salaf Sabilun Najah, hal. 54).    

3. Al Imam Abul Mudhaffar As Sam'ani berkata :

"Syi'ar Ahlus Sunnah adalah mengikuti manhaj salafush shalih dan meninggalkan segala yang diada-adakan (dalam agama)" 

(Al Intishaar li Ahlil Hadits, karya Muhammad bin Umar Bazmul hal. 88)

4. Al Imam Qawaamus Sunnah Al Ashbahani berkata :

"Barangsiapa menyelisihi sahabat dan tabi'in (salaf) maka ia sesat, walaupun banyak ilmunya" 

(Al Hujjah fii Bayaanil Mahajjah, 2/437-438, dinukil dari kitab Al Intishaar li Ahlil Hadits, hal. 88)    

5. Al-Imam As Syathibi berkata :

"Segala apa yang menyelisihi manhaj salaf, maka ia adalah kesesatan" 

(Al Muwafaqaat, 3/284), dinukil melalui Al Marqat fii Nahjis Salaf Sabilun Najah, hal. 57).     

6. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :

"Tidak tercela bagi siapa saja yang menampakkan manhaj salaf, berintisab dan bersandar kepadanya, bahkan yang demikian itu disepakati wajib diterima, karena manhaj salaf pasti benar" 

(Majmu' Fatawa, 4/149). 

Beliau juga berkata : 

"Bahkan syi'ar Ahlul Bid'ah adalah meninggalkan manhaj salaf" 

(Majmu' Fatawa, 4/155).    

Hal ini sebagaimana firman Allah Ta'ala :

"Dan apa saja yang kalian perselisihkan maka keputusannya kembali kepada Allah" 

(QS. Asy Syuura: 10).

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa sallam :

"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat) kemudian generasi berikutnya (tabi'in) kemudian generasi berikutnya (tabiu't tabi'in)".

(Hadits Bukhari dan Muslim).

"Aku Wasiatkan kepada kalian (untuk mengikuti) para sahabatku, kemudian orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka".

(Shahih Sunan Ibnu Majah).

Dan Rasulullah pun telah menjelaskan bahwa hanya ada satu golongan yang berada diatas kebenaran dan keselamatan. Dalam sebuah riwayat, para sahabat bertanya siapakah yang selamat itu?

Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

"Mereka adalah orang-orang yang memegang ajaranku dan para sahabatku pada hari ini"

(H.R. Ibnu majah dari hadits Anas bin Malik).

Oleh karena itu :

"Bersabarlah dirimu diatas sunnah, tetaplah tegak sebagaimana para sahabat tegak diatasnya. Katakanlah sebagai mana yang mereka katakan, tahanlah dirimu dari apa-apa yang mereka menahan diri darinya. Dan ikutilah jalan salafush shalih karena akan mencukupimu apa saja yang mencukupi mereka".

"Maka segala keputusan yang diambil oleh Al Kitab dan As Sunnah serta dipersaksikan keabsahannya oleh keduanya itulah al haq (kebenaran). Dan tidak ada sesudah kebenaran melainkan kesesatan…". 

(lihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, II/250).

Semoga Allah Ta'ala senantiasa membimbing kita untuk mengikuti manhaj salaf di dalam memahami dienul Islam ini, mengamalkannya dan berteguh diri di atasnya, sehingga bertemu dengan-Nya dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin Yaa Rabbal 'Alamin..

Wallahu a'lamu bish shawaab

Barakallahu fiikum

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك...

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an...

Lailatul Qodar

Pengertian Lailatul qodar adalah malam kemuliaan yang hanya terdapat pada bulan ramadhan. Keutamaan Lailatul qodar , Allaah telah menerangkan dalam QS. Al-Qadr ayat 1-5 yang artinya : "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." Waktu / malam Lailatul Qadr berada diantara sepuluh malam terakhir pada bulan ramadhan, dan lebih khusua lagi pada malam-malam yang ganjil. Rasulullaah bersabda, yang artinya : " Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." ( HR. Bukhari dan Muslim) Oleh sebab itu pada malam-malam itu kita di anjurkan untuk memperbanyak amal soleh. Tanda-tanda Lailatul Qadr : 1. Pada malam lailatul qadr terasa sejuk, tidak panas, dan tidak dingin. Riwayat dari Jabir bi...