Oleh Ustadz Badrusalam Lc
https://cintasunnah.com/
Pujian itu banyak disenangi orang. Bahkan demi pujian banyak orang yang melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri.
Namun bila kita renungkan, sebetulnya pujian itu membahayakan keikhlasan dan keistiqomahan.
Pujian membuka pintu riya sehingga dapat membatalkan amalan.
Pujian juga membuka pintu ujub sehingga merasa memiliki kelebihan.
Pujian membuat seseorang puas dengan pujian tersebut walaupun mungkin sebetulnya ia tak berhak mendapat pujian, sehingga ia merasa puas dengan apa yang tidak ia miliki, dan itu bagaikan memakai dua pakaian kedustaan kata Nabi.
Bahkan keseringan dipuji menjadikan kita lupa untuk intopeksi diri dan mengingat dosa dan kesalahan. Oleh karena itu Nabi shallallahu alaihi wasallam menamai pujian sebagai sembelihan.
Dari Abu Bakrah, ia menceritakan bahwa ada seorang pria yang disebutkan di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang hadirin memuji orang tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda,
ويحك قطعت عنق صاحبك، (يقوله مراراً)، إن كان أحدكم مادحاً لا محالة، فليقل: أحسِبَ كذا وكذا- إن كان يرى أنه كذلك – وحسيبه الله، ولا يزكي على الله أحداً
“Celaka engkau, engkau telah memotong leher temanmu (berulang kali beliau mengucapkan perkataan itu). Jika salah seorang di antara kalian terpaksa/harus memuji, maka ucapkanlah, ”’Saya kira si fulan demikian kondisinya.” -Jika dia menganggapnya demikian-. Adapun yang mengetahui kondisi sebenarnya adalah Allah dan janganlah mensucikan seorang di hadapan Allah.” [HR. Bukhari: 52-Kitab Asy Syahadat, 16-Bab Idza Dzakaro Rojulun Rojulan]
Lihatlah, Nabi menganggap pujian itu sama dengan memotong leher orang yang dipuji.
Al Munawi rahimahullah berkata, “Disebut memotong leher karena itu dapat mematikan hati.. membuatnya tertipu dengan keadaannya bahkan membuatnya ujub dan sombong.. dan itu membinasakan. Oleh karena itu Nabi menamainya sebagai sembelihan.” (Faidhul Qadiir 3/129)
Bila kita dipuji maka jangan lupa memuji Allah dan ingatlah bahwa itu adalah pintu setan untuk merusak keikhlasannya.
Ibnu ‘Ajibah mengatakan, “Janganlah engkau tertipu dengan pujian orang lain yang menghampirimu.
Sesungguhnya mereka yang memuji tidaklah mengetahui dirimu sendiri kecuali yang nampak saja bagi mereka.
Sedangkan engkau sendiri yang mengetahui isi hatimu.
Ada ulama yang mengatakan, “Barangsiapa yang begitu girang dengan pujian manusia, syaithon pun akan merasuk dalam hatinya.”
(Lihat Iqozhul Himam Syarh Matn Al Hikam, Ibnu ‘Ajibah, hal. 159, Mawqi’ Al Qaroq, Asy Syamilah).
Abu Bakr Ash Shidiq tatkala beliau dipuji oleh orang lain. Beliau–radhiyallahu ‘anhu- pun berdo’a,
اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ
Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.
[Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku.
Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka] ( Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4/228, no.4876. Lihat Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25/145, Asy Syamilah).
Sumber::
https://cintasunnah.com/waspadai-pujian/
Comments
Post a Comment
Selalu Berkomentar yang Baik sebab Semua akan dimintai Pertanggung Jawaban di Akhirat Kelak.