Skip to main content

Saat-Saat Abu Hurairah Berpisah Dengan Kehidupan Dunia

UPAN DUNIA

Sekarang, kita menceritakan akhir seorang guru yang telah berusia lanjut mendekati usia delapan puluhan, yang sesaat lagi akan menghadap Allah Ta’ala setelah menunaikan amanah yang ada di pundaknya dan menyebarkan hadits Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam serta mengajarkan kepada manusia.

Ketika berada di atas tempat tidur menghadapi kematian, ia menangis. Maka ditanyakan kepadanya: “Apa yang membuatmu menangis, wahai Abu Hurairah?” Dia menjawab, “Aku sesungguhnya tidak menangisi dunia kalian ini. Namun aku menangis karena jauhnya perjalanan, sedangkan perbekalanku sedikit. Aku sekarang berada dalam tangga yang curam, antara surga dan neraka. Aku tidak tahu berjalan ke arah mana dari keduanya.” Kemudian ia berwasiat, “Jika aku meninggal, janganlah kalian meratapiku, sebab Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ tidak pernah meratapi kematian.”

Lalu Marwan masuk menjenguknya sebelum saat-saat kematian dan berkata, “Mudah-mudahan Allah memberimu kesembuhan, wahai Abu Hurairah,” akan tetapi Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu menghadap ke arah lain dan tidak menjawab apa yang dikatakan oleh Marwan. Dia menoleh untuk bermunajat kepada Allah dengan penuh keyakinan. Dia telah mengisi kehidupannya dengan berbagai macam amal kebaikan, yang menanti rahmat Allah, seraya berdoa: “Ya, Allah. Sesungguhnya aku sangat gembira bertemu dengan-Mu, maka bersenanglah untuk bertemu denganku.” Al Muqbiri berkata, “Belum sampai sahabat Marwan melangkahkan kakinya, Abu Hurairah pun telah meninggal dunia,” namun kenangan baik tentangnya akan tetap tersimpan di hati kaum mukminin hingga hari kiamat.

Terjadi perbedaan pendapat tentang tahun kematiannya. Ada yang menyatakan, wafatnya tahun 57 H dan ada yang menyatakan bahwa wafatnya pada tahun 58 H, serta ada yang menyatakan wafatnya tahun 59 H.

Dia meninggal di Al Aqiq, lembah yang berdampingan dengan Madinah dan dikuburkan di Baqi’ di Madinah, Al Walid bin Utbah bin Abi Sufyan menjadi imam dalam shalat jenazahnya. Saat itu ia menjabat sebagai gubernur wilayah Madinah pada masa pemerintahan Mu’awiyah.
Abu Sa’id Al Khudri radiyallahu ‘anhu dan Marwan bin Al Hakam berjalan di depan jenazah. Begitu juga Ibnu Umar ikut serta mengiringi jenazah Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu berjalan di depan jenazah dengan memperbanyak mengucapkan “Rahimahullah” atas Abu Hurairah, radiyallahu ‘anhu, seraya berkata: “Dia termasuk penjaga hadtis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk kaum muslimin.”

Kemudian Al Walid bin Utbah menulis surat kepada Mu’awiyah radiyallahu ‘anhu, mengabarkan kematian Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, Mu’awiyah pun membalasnya seraya berpesan: “Lihatlah, siapa saja yang ditinggalkan oleh Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu dan serahkan kepada ahli warisnya 10.000 dirham serta perlakukanlah mereka dengan baik, dan berbuat baiklah kepada mereka; sebab, ia juga termasuk orang yang membela Khalifah Utsman dan berada di rumah Utsman.”

Mudah-mudahan Allah merahmati dan meridhainya. Hanya orang-orang dengki dan tidak tahu malu yang terus berusaha mendiskreditkan Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu.

Read more: https://yufidia.com/4411-abu-hurairah-pribadi-yang-mengagumkan.html

@IslamAdalahSunnah

Semoga Allah selalu mudahkan kita istiqomah dijalanNya

بَارَكَ اللّهُ فيكن...

🌙🌃 Alhamdulillah waktunya istirahat..

Semoga apa yang telah disampaikan bisa bermanfaat bagi kita semua. Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla memberkahi dan membimbing kita untuk bisa mengamalkannya.

Kita tutup grup malam ini dengan membaca do'a kafaratul majelis :

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

“Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allailahailla anta astaghfiruka wa’atubu ilaik”

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memujiMu aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau, aku memohon pengampunanMu dan bertaubat kepadaMu.”

[HR. Tirmidzi, Shahih]

“Doa itu sebagai penambal kesalahan yang dilakukan dalam majelis.”

admin cahaya hidayah
🌠🍃🌹

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك...

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an...

Lailatul Qodar

Pengertian Lailatul qodar adalah malam kemuliaan yang hanya terdapat pada bulan ramadhan. Keutamaan Lailatul qodar , Allaah telah menerangkan dalam QS. Al-Qadr ayat 1-5 yang artinya : "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." Waktu / malam Lailatul Qadr berada diantara sepuluh malam terakhir pada bulan ramadhan, dan lebih khusua lagi pada malam-malam yang ganjil. Rasulullaah bersabda, yang artinya : " Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." ( HR. Bukhari dan Muslim) Oleh sebab itu pada malam-malam itu kita di anjurkan untuk memperbanyak amal soleh. Tanda-tanda Lailatul Qadr : 1. Pada malam lailatul qadr terasa sejuk, tidak panas, dan tidak dingin. Riwayat dari Jabir bi...