Skip to main content

Tujuan Al Qur'an di turunkan


QS 38 : 29

Hampir bisa dipastikan setiap muslim memiliki al-Qur’an di rumahnya. Pertanyaannya kenapa Allah menurunkan al Qur'an? 

Dalam QS 38 : 29 Allah akan menurunkan keberkahan pada setiap rumah yang selalu penghuninya membaca al-Qur’an, apalagi mengamalkannya. Al-Qur’an diturunkan untuk dipelajari, dipahami, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Berkah orang yang membaca dan mengamalkan al-Qur’an hidupnya akan terasa nyaman, terlebih lagi bagi orang yang sedang dilanda kegalauan dan terlena dengan hiruk-pikuk kehidupan dunia.

Dalam kehidupan sehari-hari, ada kalanya kita merasa khawatir, tidak tenang, gelisah dan lain sejenisnya. Itu pertanda ada yang salah dalam diri kita, salah satunya mungkin karena hati merasa jauh dari Allah SWT.

Saat diliput kegalauan, coba saja membaca Alquran karena ayat-ayat Allah bisa membuat hati kita tenang, sebagaimana di ayat QS 3 : 139 menjelaskan bahwa orang-orang yang senantiasa beriman kepada Allah merupakan orang yang paling tinggi di sisi Allah, dirangkul pula dengan perintah Allah agar kita tidak merasa takut dan lemah ketika berperang menghadapi orang kafir. Dan tidak lupa, kita dianjurkan agar tidak bersedih hati apabila dalam peperangan ada yang gugur.

Dan QS 2 : 276 merupakan ungkapan doa sebagai wujud kepasrahan manusia kepada Allah dan tuntutan keyakinan bahwa Allah tidak akan memberikan beban yang memberatkan kepada siapapun terkecuali sesuai dengan kemampuannya, serta manusia memiliki keyakinan bahwa Allah akan memberikan pertolongan.

MaasyaAllah mari kita rasakan dan renungkan saat kita membaca al Qur'an hati yang awalnya resah tiba-tiba tenang padahal yang kita baca arabnya hehehe ga tau artinya apa. apalagi jika kita memahami isi yang kita baca ....inilah keberkahan al Qur'an. Biidznillah ujian yang kita hadapi adalah ayat kauniyah yang Allah berikan kepada kita agar kita lebih memahami lagi dan semakin mendekat kepada Allah SWT.

Semoga bermanfaat.

Baca Juga : Artikel Terbaru Kami Disini : 

Rasulullooh Juga Berdagang

Kisah Nabi Ismail as dan Telaga Zam-Zam

Kisah Nabi Luth as.

Lunasi Hutang Dengan Kesederhanaan

Tiga Kamus Bahasa Tentang Pekerjaan

Perhiasan dalam Tiga Bahasa

Tiga Bahasa Untuk Warna dan Busana

Tiga Bahasa Untuk Perkakas dan Elektronik

Tiga Bahasa Bab Sekolahan

Hak Istri Dalam Rumah Tangga

Perdebatan Nabi Ibrahim dan Raja Namrud

Mendo'akan Orang Tua

Bertaubat, Setiap Dosa Akan di Ampuni

Perbanyak Doa Untuk Melunasi Hutang

Ciri Suami Pembawa Rejeki

Tiga Bahasa Tentang Organ Tubuh

Perilaku yang Sesuai Surat Yunus

Tiga Bahasa Tentang Hari dan Bulan

Cara Melindungi Akun Whatsapp

Menghidupkan Sunnah

Infak dan Sedekah

Kandungan Surat Az zumar dan Surat At taubah

Kandungan Surat An nisa dan Al maidah

Lailatul Qadar

Mengatasi Malas Menuntut Ilmu

Sholat Taubat

Menyembunyikan Kebaikan

Seputar Syirik

Beriman Kepada Nabi Muhammad

Melihat Kebawah Dalam Urusan Dunia

#griyakajiansunnah




Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.