Showing posts with label makmum. Show all posts
Showing posts with label makmum. Show all posts

Friday, January 28, 2022

Makmum Sendirian Sejajar dengan Imam


Oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)

https://t.me/KonsultasiSyariah

Dimanakah posisi makmum yang sendirian, dan hanya berdua dengan imam?

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Makmum yang sendirian, posisinya sejajar dengan imam. Jika sama-sama laki-laki. Seperti inilah yang menjadi fikihnya Bukhari. Dalam shahihnya, Bukhari membuat judul bab:

بَابٌ: يَقُومُ عَنْ يَمِينِ الإِمَامِ، بِحِذَائِهِ سَوَاءً إِذَا كَانَا اثْنَيْنِ

“Bab: makmum berdiri di sebelah kanan imam, sejajar lurus, jika hanya berdua (imam & makmum)” (Shahih Bukhari, 1/141).

Di bawah judul bab ini, Bukhari membawakan hadis Ibnu Abbas,

بِتُّ فِي بَيْتِ خَالَتِي مَيْمُونَةَ فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ العِشَاءَ، ثُمَّ جَاءَ، فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، ثُمَّ نَامَ، ثُمَّ قَامَ، فَجِئْتُ، فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ فَجَعَلَنِي عَنْ يَمِينِهِ، فَصَلَّى خَمْسَ رَكَعَاتٍ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ نَامَ

“Saya menginap di rumah bibiku Maimunah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat isya, kemudian beliau pulang, dan shalat 4 rakaat. Lalu beliau tidur. Kemudian bangun malam. Akupun datang dan berdiri di sebelah kiri beliau. Lalu beliau memindahkanku ke sebelah kanannya. Beliau shalat 5 rakaat, kemudian shalat dua rakaat, lalu tidur lagi.” (HR. Bukhari 697)

Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan,

أتيتُ رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – من آخر الليل فصلّيتُ خلفه، فأخَذ بيدي فجرّني فجعلني حذاءه

Saya mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sedang shalat di akhir malam, lalu saya shalat di belakangnya. Lalu beliau mengambil tanganku dan menarikku sejajar beliau. (HR. Ahmad 3060 dan sanadnya dishahihkan oleh Syuaib Al-Arnauth).

Keterangan ini juga dikuatkan oleh riwayat dari Nafi (menantu Ibnu Umar). Beliau menceritakan,

قُمْتُ وَرَاءَ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ فِي صَلاَةٍ مِنَ الصَّلَوَاتِ، وَلَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ غَيْرِي. فَخَالَفَ عَبْدُ اللهِ بِيَدِهِ، فَجَعَلَنِي حِذَاءَهُ عَنْ يَمِينِهِ

Saya berdiri di belakang Abdullah bin Umar ketika melaksanakan satu shalat tertentu. Dan tidak ada seorang pun bersama Ibnu Umar selain aku. Kemudian tangan Abdullah bin Umar menggayuh ke belakang, dan menarikku sejajar beliau di sebelah kanan beliau. (HR. Malik dalam Al-Muwatha’, 443)

Allahu a’lam

Sumber:

https://konsultasisyariah.com/18193-posisi-makmum-sendirian-dengan-imam-sholat-berjamaah.html

Sunday, October 11, 2020

Shalat Jamaah

Pengertian shalat jamaah adalah shalat yang dikerjakan secara bersama, sekurang kurangnya terdiri dari 2 orang, yaitu seorang imam dan seorang makmum. Shalat berjamaah walaupun hukumnya sunnah tetapi sangat di anjurkan. Caranya adalah imam berdiri didepan dan makmum dibelakangnya. Makmum harus mengikuti perbuatan/gerakan imam dan tidak boleh mendahuluinya dalam setiap gerakannya.

Adapun shalat yang disunnahkan untuk dikerjakan berjamaah adalah : 

1. Shalat fardhu lima waktu

2. Shalat dua hari raya

3. Shalat tarawih dan witir dalam bulan ramadhan

4. Shalat minta hujan

5. Shalat jenazah

6. Shalat gerhana bulan dan matahari

Adapaun syarat-syarat shalat berjamaah :

1. Sengaja berniat mengikuti imam

2. Makmum mengetahui segala yang dikerjakan imam

3. Tidak boleh ada dinding yang menghalangi antara imam dan makmum, kecuali bagi perempuan di masjid, hendaknya dilindungi dengan kain, asal ada sebagian atau salah seorang mengetahui gerak gerik imam atau makmum yang dapat di ikuti makmum perempuan tersebut.

4. Jangan mendahului imam dalam takbir, dan jangan mendahului atau melambatkan  diri dua rukun fi'li

5. Makmum Jangan terdepan atau lebih kedepan dari imam.

6. Jarak antara imam dan makmum atau antara makmum dan baris makmum yang terakhir  tidak lebih dari 300 hasta.

7. Shalat makmum harus berkesesuaian dengan shalatnya imam, misalnya sama -sama shalat zhuhur,qashar,jama' dan shalat lainnya.

Yang boleh menjadi imam :

1. Laki-laki makmum kepada laki-laki

2. Perempuan makmum kepada laki-laki

3. Perempuan makmum kepada perempuan

4. "Maaf ", banci makmum kepada laki-laki

5. Perempuan makmum kepada banci

Yang tidak boleh dijadikan imam :

1. Laki-laki makmum kepada banci

2. Laki-laki makmum kepada perempua 

3. Banci makmum kepada perempuan

4. Banci makmum kepada banci

5. Orang yang fasih dalam membaca al qur'an makmum kepada orang yang tidak tahu membaca Al qur'an atau yg tidak fasih atau yang banyak salah bacaannya.

Makmum yang terlambat

Apabila seorang makmum mendapatkan imamnya sedang rukuk dan terus mengikutinya, maka sempurnalah rakaat itu baginya meskipun ia tidak sempat membaca Al-Fatihah. 

Jika dia mengikuti imam sesudah rukuk, maka ia harus mengulangi rakaat nanti, karena rakaat ini tidak sempurna dan tidak termasuk hitungan baginya. 

Apabila makmum yang mengikuti imam tasyahud akhir dari salah satu shalat, maka tasyahud yang dikerjakan oleh makmum itu tidak termasuk bilangan baginya dan dia harus menyempurnakan shalatnya sebagaimana biasa sesudah imam memberi salam

Semoga bermanfaat.


Hikmah Berqurban