Skip to main content

Darah Haid di Bulan Ramadhan

MELIHAT DARAH HAID SETELAH TERBENAMNYA MATAHARI, YAITU SETELAH BERBUKA PUASA (DI BULAN RAMADHAN) ATAU SETELAH SELESAI SHALAT

Adapun wanita yang melihat darah haid ketika berpuasa dibulan Ramadhan - misalnya -, maka ada 3 kondisi :

1- Ia melihat atau mengetahui dengan jelas akan darah haid tersebut sebelum terbenamnya matahari yaitu sesaat atau menjelang berbuka puasa.

Pertanyaan :

لقد صمت يومًا من أيام رمضان، ولم يبقَ من ذلك اليوم إلا خمس دقائق عن موعد الإفطار، ثم جاءتني الدورة الشهرية، فهل يجب عليَّ أن أصلي صلاة المغرب قضاءً بعد أن أطهر أم لا

“Sungguh aku pernah berpuasa pada suatu hari diantara hari-hari bulan Ramadhan, dan tidak tersisa dari hari tersebut kecuali 5 menit dari waktu berbuka puasa, kemudian haid-ku datang. Apakah wajib bagiku untuk mengqadha’ (mengganti dihari lain -pent) shalat maghrib tersebut setelah aku bersih (dari haid) atau tidak (wajib diganti) ?”

Jawaban :

ما دامت الدورة جاءتها قبل غروب الشمس فليس عليها صلاة المغرب ولا غيرها، والصوم لا يصح ذلك اليوم الذي جاءها فيه الحيض قبل أن تغيب الشمس، فإن الصوم يبطل وعليها قضاؤُه، هذا إذا كانت تعلم أنها جاءتها قبل غروب الشمس ولو بخمس دقائق.

“Selama haid tersebut mendatanginya sebelum tenggelamnya matahari, maka tidak ada kewajiban baginya mengerjakan shalat maghrib dan shalat yang lainnya. Adapun puasa di hari itu maka tidak sah yang haid mendatanginya sebelum tenggelamnya matahari, maka puasanya tersebut batal dan wajib di qadha’ (diganti pada hari lain -pent), dan ini apabila ia mengetahui bahwa haid mendatanginya walaupun 5 menit sebelum tenggelamnya matahari”.

(Fatawa Nur ‘Alad Darb (فتاوى نور على الدرب) : 16/264-265 oleh Syaikh Abdul Aziz Bin Baz رحمه الله).

2- Ia merasakan gejala keluarnya darah haid tetapi belum melihat darah haidnya.

Pertanyaan :

 إذا حاضت المرأة بعد غروب الشمس بقليل فما حكم صومها ؟

“Apabila wanita haid sesaat setelah tenggelamnya matahri, bagaimana hukum puasanya ?

Jawaban :

جوابنا عليه أن صيامها صحيح حتى لو أحست بأعراض الحيض قبل الغروب، من الوجع والتألم، ولكنها لم تره خارجا إلا بعد غروب الشمس فإن صومها صحيح؛ لأن الذي يفسد الصوم إنما هو خروج دم الحيض وليس الإحساس به

“Jawaban kami atas pertanyaan tersebut bahwa puasanya sah walaupun ia sempat merasakan gejala-gejala keluarnya haid sebelum tenggelamnya matahari, yaitu dengan adanya rasa sakit, akan tetapi ia belum melihat darah haid tersebut keluar kecuali setelah tenggelamnya matahari maka puasanya sah, sebab yang membatalkan puasa adalah jika keluarnya darah haid dan bukan karena adanya perasaan keluarnya (darah haid tersebut)”.

(Majmu’ Fatawa : 15/195 oleh Syaikh Abdul Aziz Bin Baz dan Majmu’ Fatawa Wa Rosail : 19/269-270 oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin رحمهما الله).

3- Ia melihat atau mengetahui keluarnya darah haid setelah matahari tenggelam atau setelah berbuka puasa.

Pertanyaan :

امرأة صامت في رمضان، ولما جاء يوم من أيام رمضان، وجاء المغرب وأذن المؤذن أفطرت وبعد ذلك ذهبت للوضوء للصلاة، ولكنها وجدت العادة الشهرية قد جاءتها، فهل صيامها صحيح أم لا

“Seorang wanita berpuasa di bulan Ramadhan, ketika pada suatu hari di bulan Ramadhan dan telah masuk waktu maghrib dan adzan pun telah dikumandangkan lalu ia berbuka puasa, setelah itu ia pergi berwudhu’ untuk mengerjakan shalat, akan tetapi ia mendapatkan (darah haid). Apakah puasanya (dihari itu) sah atau tidak ?”

Jawaban :

إذا حصل الدم بعد غروب الشمس فإن الصوم صحيح، إذا لم تعلم وجود الدم إلا بعد غروب الشمس فإن الصوم صحيح ذلك اليوم

“Apabila darah haid datang setelah tenggelamnya matahri maka puasanya sah, dan jika ia tidak mengetahui akan adanya darah haid kecuali setelah tenggelamnya matahri, maka puasanya sah pada hari itu”.

(Fatawa Nur ‘Alad Darb (فتاوى نور على الدرب) : 16/266-267 oleh Syaikh Abdul Aziz Bin Baz رحمه الله).

* ADAPUN WANITA YANG MELIHAT DARAH HAID SETELAH SHALAT :

Pertanyaan :

صليت المغرب وقد توضأت وضوءا كاملا وأتيت أصلي العشاء ولم ينتقض وضوئي، ولم أشعر بأنه نزل مني شيء، وقد أتممت صلاة الفرض من العشاء، وقبل أن أبدأ في صلاة السنة ذهبت إلى الحمام وقد وجدت الدم وتبين أنه حيض. ما حكم صلاتي للفرض وماذا يجب علي أن أفعل ؟

“Aku pernah selesai mengerjakan shalat maghrib, dan aku telah berwudhu’ secara sempurna dan hendak mengerjakan shalat isya’ sedangkan wudhu’ku belum batal, dan aku tidak merasakan keluarnya sesuatu (yaitu darah haid) dariku dan aku telah selesai mengerjakan shalat fardhu isya’. Sebelum aku mengerjakan shalat sunnah (ba’diyah isya’), aku pergi ke WC dan mendapati darah dan itu adalah darah haid. Bagaimana hukum 2 shalat fardhu yang aku kerjakan (maghrib dan isya’), dan apa yang wajib aku lakukan ?”

Jawaban :

فلا جناح عليك إن شاء الله فيما حدث، فإنك لم تتعمدي الصلاة مع وجود الحيض، فإذا كنت جاهلة بوجود الحيض ثم صليت فالإثم مرفوع عنك، لقوله تعالى:  وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُم بِهِ وَلَكِن مَّا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ. {الأحزاب: 5}. ولقوله تعالى:  رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا. {البقرة: 286}...

“Insya Allah tidak mengapa atas apa yang terjadi kepadamu, karena engkau tidak sengaja mengerjakan shalat dengan keberadaan darah haid tersebut. Maka apabila engkau tidak mengetahui akan keberadaan darah haid tersebut kemudian engkau selesai mengerjakan shalat, maka tidak dicatat dosa bagimu berdasarkan Firman Allah Ta’ala : (Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf (tidak sengaja) padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu”. (QS. Al-Ahzab : 5). Begitu pula dengan Firman Allah Ta’ala : (Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan (yang tidak disengaja)). (QS. Al-Baqarah : 286)...

هذا إن كنت قد صليت مع وجود الحيض جاهلة بوجوده، أما إن كنت تشكين هل طرأ الحيض خلال الصلاة أو بعده فصلاتك صحيحة لأن الأصل تقدير وجود الحيض بعد الصلاة ما دمت تشكين في طروئه خلال الصلاة أو بعدها.

“Ini apabila engkau telah selesai mengerjakan shalat dalam keadaan tidak mengetahui adanya darah haid. Adapun jika engkau ragu-ragu apakah haid tersebut datang ketika sedang mengerjakan shalat atau setelah shalat, maka shalat anda sah karena pada asalnya ditetapkan (dihukumi) adanya haid tersebut setelah shalat, selama engkau ragu-ragu tentang datangnya haid tersebut baik ketika sedang mengerjakan shalat atau setelah shalat”.

(Fatawa Asy-Syabakah Al-Islamiyah no. 127810).


Semoga Bermanfaat


Baca Juga Artikel Terbaru Kami Disini : 

Rasulullooh Juga Berdagang

Cara Mengatasi Pandemi 

Cara Membayar/Memberikan Fidyah

Mengatasi Susah Buang Besar

Mengatasi Batu Empedu

Mengatasi Cacing Kremi

Extra Food ( Suplemen Buah dan Sayur )

Sabun Herbal Kolagen 

Sabun Herbal Propolos 

Sabun Madu ( Honey ) 

Pasta Gigi Herbal

Habbatussauda

Andrographis Centella Untuk Imunitas

Deep Squa 

Bilberry Untuk Kesehatan Mata

Carnocap 

Biosir Efektif Untuk Wasir / Ambeien

Pembalut Herbal HIBIS

Haid di Bulan Ramadhan

Pengobatan Cacar Air Bernanah

Besarnya Dosa Meninggalkan Sholat

Kunci Bahagia dan Sukses

Prinsip Aqidah Ahlussunnah Waljamaah

Belajar Al Qur'an Dengan Metode Ummi (jilid 3 )

Gara-gara Menyiksa Kucing

Buku-buku Penuh Manfaat dan Hikmah

Kisah Nabi Ismail as dan Telaga Zam-Zam

Manusia - Manusia Lemah

Carilah Sahabat Seperti ini

Hukum Riya'

Sebab Sempit Hati

Wanita Wajib Izin Suami Saat Akan Keluar Rumah

Kisah Nabi Luth as.

Balasan Penyebar Aib

Istighfar/Doa Anak 

Pejuang Sunnah

Pendidikan Agama Anak

Lunasi Hutang Dengan Kesederhanaan

Tiga Kamus Bahasa Tentang Pekerjaan

Perhiasan dalam Tiga Bahasa

Tiga Bahasa Untuk Warna dan Busana

Tiga Bahasa Untuk Perkakas dan Elektronik

Tiga Bahasa Bab Sekolahan

Meskipun Sakit, Pahala Tetap Mengalir

Hak Istri Dalam Rumah Tangga

Perdebatan Nabi Ibrahim dan Raja Namrud

Mendo'akan Orang Tua

Utusan Setan

Bertaubat, Setiap Dosa Akan di Ampuni

Perbanyak Doa Untuk Melunasi Hutang

Ciri Suami Pembawa Rejeki

Tiga Bahasa Tentang Organ Tubuh

Perilaku yang Sesuai Surat Yunus

Tiga Bahasa Tentang Hari dan Bulan

Cara Melindungi Akun Whatsapp

Menghidupkan Sunnah

Infak dan Sedekah

Kandungan Surat Az zumar dan Surat At taubah

Kandungan Surat An nisa dan Al maidah

Lailatul Qadar

Hukum Jual Beli

Mengatasi Malas Menuntut Ilmu

Sholat Taubat

Sunnah yang Terlupakan

Menyembunyikan Kebaikan

Hakikat Dunia

Hukum memakai Hijab dalam pandangan 4 Mazhab

Panduan Shalat Tahajud

Adab Berbuka Puasa yang Benar

Meminta Izin dan Mengucapkan Salam

Seputar Syirik

Mata Cerminan Hati

Dikagumi Oleh Allaah, Kok Bisa ya ?

Sakit Adalah Ujian, Cobaan, dan Takdir

Islam Telah Sempurna 

Sifat Orang yang Sering Berhutang

Beriman Kepada Nabi Muhammad

Melihat Kebawah Dalam Urusan Dunia

Doa Memohon Anak Yang Shalih

Sakit manghapuskan dosa-dosa kit

Ganti Kulit Di Neraka

Ibu, Ibu, Ibu, Bapak

#griyakajiansunnah


Silahkan di share atau simpan link ini, sehingga  link bisa dibagikan setiap saat

Jazakallah Khairan.

 
 

 




Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك...

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an...

Lailatul Qodar

Pengertian Lailatul qodar adalah malam kemuliaan yang hanya terdapat pada bulan ramadhan. Keutamaan Lailatul qodar , Allaah telah menerangkan dalam QS. Al-Qadr ayat 1-5 yang artinya : "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." Waktu / malam Lailatul Qadr berada diantara sepuluh malam terakhir pada bulan ramadhan, dan lebih khusua lagi pada malam-malam yang ganjil. Rasulullaah bersabda, yang artinya : " Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan." ( HR. Bukhari dan Muslim) Oleh sebab itu pada malam-malam itu kita di anjurkan untuk memperbanyak amal soleh. Tanda-tanda Lailatul Qadr : 1. Pada malam lailatul qadr terasa sejuk, tidak panas, dan tidak dingin. Riwayat dari Jabir bi...