Skip to main content

UCAPAN SELAMAT PADA HARI RAYA IED

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله ربّ العالمين والصلاة والسلام على عبد الله و رسوله نبينا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين، اما بعد

Kaum muslimin dan muslimat rahīmani wa rahīmakumullāh.

Di hari Iedul Fithri yang mulia seluruh kaum muslimin tentunya berbahagia, mereka mendapatkan karunia dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang begitu besar dengan diizinkannya untuk bisa kembali menikmati makanan dan minuman di siang hari.

Dan dengan adanya ibadah-ibadah agung yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla syari'atkan di malam atau di hari Iedul Fithri tersebut, maka ungkapan kebahagiaan yang diucapkan oleh seorang muslim ketika bertemu dengan muslim yang lain di hari Iedul Fithri, selepas mereka menunaikan shalat Iedul Fithri adalah diantaranya ucapan satu dengan yang lain:

 تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَ مِنْكُم

“Semoga Allāh menerima dari kami dan dari kalian."

Hal ini merupakan suatu ungkapan yang biasa diucapkan oleh sebagian salaf kepada saudaranya ketika bertemu (berjumpa) di hari Iedul Fithri.

Sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Syaikhul Ibnu Taimiyyah rahimahullāhu ta'āla, beliau mengatakan:

أَمَّا التَّهْنِئَةُ يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ إذَا لَقِيَهُ بَعْدَ صَلاةِ الْعِيدِ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ , وَأَحَالَهُ اللَّهُ عَلَيْك , وَنَحْوُ ذَلِكَ , فَهَذَا قَدْ رُوِيَ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْ الصَّحَابَةِ أَنَّهُمْ كَانُوا يَفْعَلُونَهُ وَرَخَّصَ فِيهِ , الأَئِمَّةُ , كَأَحْمَدَ وَغَيْرِهِ

"Bahwasannya tahniah yaitu saling memberikan selamat di hari Iedul Fithri dengan mengatakan: تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَ مِنْكُم atau وَأَحَالَهُ اللَّهُ عَلَيْك , atau ucapan-ucapan lain yang biasa dikemukakan di hari Iedul Fithri, yang seperti ini kata beliau telah diriwayatkan dari sebagian shahabat. Di mana para shahabat melakukan hal itu dan para 'aimah yaitu para ulama juga memberikan ķepada kita rukhshah di dalam bolehnya mengucapkan ucapan-ucapan selamat di hari Iedul Fithri, contohnya seperti Imam Ahmad dan yang lainnya."

لَكِنْ قَالَ أَحْمَدُ : أَنَا لا أَبْتَدِئُ أَحَدًا , فَإِنْ ابْتَدَأَنِي أَحَدٌ أَجَبْته

"Adapun saya, maka saya tidak akan memulai memberikan ucapan namun apabila ada orang yang memberikan ucapan kepada saya maka saya akan ikut menjawabnya."

 

وَذَلِكَ لأَنَّ جَوَابَ التَّحِيَّةِ وَاجِبٌ , وَأَمَّا الابْتِدَاءُ بِالتَّهْنِئَةِ فَلَيْسَ سُنَّةً مَأْمُورًا بِهَا

Yang demikian itu dikarenakan, kalau dalam rangka menjawab, menjawab ucapan doa maka itu hukumnya wajib. Adapun memulai untuk mengucapkan selamat maka ini bukan termasuk sebuah sunnah yang kita diperintahkan, yaitu tidak ada perintah dalam masalah tersebut."

Namun saja memang itu yang biasa dilakukan oleh sebagian salaf dan tidak mengapa dilakukan.

وَلا هُوَ أَيْضًا مَا نُهِيَ عَنْهُ

Dan tidak juga dilarang. Tidak diperintah, tidak dilarang, dalam artian kita diberikan kebebasan di dalam melakukannya atau tidak melakukannya.

فَمَنْ فَعَلَهُ فَلَهُ قُدْوَةٌ

Maka barangsiapa melakukannya, dia memiliki qudwah dalam hal itu.

وَمَنْ تَرَكَهُ فَلَهُ قُدْوَةٌ . وَاَللَّهُ أَعْلَمُ

 Dan barangsiapa tidak melakukan dia memiliki qudwah, di dalam hal tersebut. Wallāhu Ta'āla A'lam.

Oleh karena itu, kaum muslimin dan muslimat rahīmani wa rahīmakumullāh.

Tidaklah mengapa untuk saling memberikan ucapan selamat di hari Iedul Fithri dan lebih baiknya mereka saling mengucapkan di antara sesama mereka:

تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَ مِنْكُم

"Semoga Allāh menerima amalan ibadah dari saya dan juga dari kamu."

Ini merupakan sebuah do'a, sebuah do'a dari seorang muslim kepada saudaranya, juga kepada dirinya sendiri, berharap agar amalan-amalan ibadah yang mereka lakukan di bulan Ramadhān dan di hari Iedul Fithri diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ucapan selamat ini lebih baik dibandingkan ucapan selamat yang lain, seperti sekedar mengucapkan: كل عام وانتم بخير , atau yang semisal, yang seperti itu tentunya yang lebih baik adalah ucapan: تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَ مِنْكُم.

Demikian pembahasan pada halaqah kita kali ini.

Semoga bermanfaat.

Baca Juga Artikel Kami Lainnya Disini : 

Rasulullooh Juga Berdagang

Cara Mengatasi Pandemi 

Cara Membayar/Memberikan Fidyah

Mengatasi Susah Buang Besar

Mengatasi Batu Empedu

Mengatasi Cacing Kremi

Extra Food ( Suplemen Buah dan Sayur )

Sabun Herbal Kolagen 

Sabun Herbal Propolos 

Sabun Madu ( Honey ) 

Pasta Gigi Herbal

Jumlah Rakaat Shalat Tarawih

Habbatussauda

Andrographis Centella Untuk Imunitas

Deep Squa 

Bilberry Untuk Kesehatan Mata

Carnocap 

Biosir Efektif Untuk Wasir / Ambeien

Pembalut Herbal HIBIS

Haid di Bulan Ramadhan

Pengobatan Cacar Air Bernanah

Besarnya Dosa Meninggalkan Sholat

Kunci Bahagia dan Sukses

Prinsip Aqidah Ahlussunnah Waljamaah

Belajar Al Qur'an Dengan Metode Ummi (jilid 3 )

Gara-gara Menyiksa Kucing

Buku-buku Penuh Manfaat dan Hikmah

Kisah Nabi Ismail as dan Telaga Zam-Zam

Manusia - Manusia Lemah

Carilah Sahabat Seperti ini

Hukum Riya'

Sebab Sempit Hati

Wanita Wajib Izin Suami Saat Akan Keluar Rumah

Kisah Nabi Luth as.

Balasan Penyebar Aib

Bejat jadi Bisa Lebih Baik

Istighfar/Doa Anak 

Pejuang Sunnah

Pendidikan Agama Anak

Lunasi Hutang Dengan Kesederhanaan

Tiga Kamus Bahasa Tentang Pekerjaan

Perhiasan dalam Tiga Bahasa

Tiga Bahasa Untuk Warna dan Busana

Tiga Bahasa Untuk Perkakas dan Elektronik

Tiga Bahasa Bab Sekolahan

Meskipun Sakit, Pahala Tetap Mengalir

Hak Istri Dalam Rumah Tangga

Perdebatan Nabi Ibrahim dan Raja Namrud

Mendo'akan Orang Tua

Utusan Setan

Bertaubat, Setiap Dosa Akan di Ampuni

Perbanyak Doa Untuk Melunasi Hutang

Ciri Suami Pembawa Rejeki

Tiga Bahasa Tentang Organ Tubuh

Perilaku yang Sesuai Surat Yunus

Tiga Bahasa Tentang Hari dan Bulan

Cara Melindungi Akun Whatsapp

Menghidupkan Sunnah

Infak dan Sedekah

Tanda - tanda Orang yang Bersukur

Kandungan Surat Az zumar dan Surat At taubah

Kandungan Surat An nisa dan Al maidah

Lailatul Qadar

Hukum Jual Beli

Mengatasi Malas Menuntut Ilmu

Sholat Taubat

Sunnah yang Terlupakan

Menyembunyikan Kebaikan

Hakikat Dunia

Hukum memakai Hijab dalam pandangan 4 Mazhab

Panduan Shalat Tahajud

Adab Berbuka Puasa yang Benar

Meminta Izin dan Mengucapkan Salam

Seputar Syirik

Mata Cerminan Hati

Dikagumi Oleh Allaah, Kok Bisa ya ?

Sakit Adalah Ujian, Cobaan, dan Takdir

Islam Telah Sempurna 

Sifat Orang yang Sering Berhutang

Beriman Kepada Nabi Muhammad

Melihat Kebawah Dalam Urusan Dunia

Doa Memohon Anak Yang Shalih

Sakit manghapuskan dosa-dosa kit

Ganti Kulit Di Neraka

Ibu, Ibu, Ibu, Bapak

#griyakajiansunnah


Silahkan di share atau simpan link ini, sehingga  link bisa dibagikan setiap saat

Jazakallah Khairan.

Comments

Popular posts from this blog

Islam Bukan Agama Prasmanan

Bismillah Islam Bukan Agama Prasmanan Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA Prasmanan, adalah sebuah istilah yang tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.  Mana yang ia suka, ia ambil. Sebaliknya yang tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal. Prasmanan dalam pandangan Islam boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang halal, serta tidak berlebih-lebihan. Lantas mengapa artikel ini berjudulkan, “Islam bukan agama prasmanan ?" Jawabannya karena sebagian kaum muslimin menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan. Pola prasmanan dalam beragama seperti ini tidak bisa diterima dalam Islam. Allah Ta’ala menegaskan : أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْك

TINGGINYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bismillah Gambaran betapa tingginya rasa takut kepada Allah ta’ala.. padahal keadaan agamanya sangat istimewa. Diceritakan oleh Imam Bukhari rahimahullah : “Suatu ketika Hammad bin Salamah menjenguk Sufyan Ats-Tsauri (seorang ulama besar ahli hadits dari generasi tabi’ut tabi’in, wafat 97 H) saat beliau sakit.. Maka Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : “Wahai Abu Salamah (kun-yah Hammad), apakah Allah MAU MENGAMPUNI orang sepertiku..?” Maka Hammad mengatakan : “Demi Allah, jika aku diminta memilih antara dihisab oleh Allah dengan dihisab oleh kedua orangtuaku, tentu aku memilih dihisab oleh Allah daripada dihisab oleh kedua orang tuaku, karena Allah ta’ala lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku..!” [Hilyatul Auliya’ 6/251] Pelajaran berharga dari kisah ini : 1. Sebaik apapun agama kita, kita harus tetap takut kepada Allah. 2. Takut kepada Allah adalah tanda baiknya seseorang. 3. Pentingnya teman yang shalih dan manfaatnya yang sangat besar bagi kita. 4. Pentingnya menyeimbangkan an

Biografi Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah

BIOGRAFI ASATIDZAH SUNNAH INDONESIA🇲🇨 Ustadz Riyadh bin badr Bajrey, Lc Hafizhahullah Beliau hafizhahullah adalah Ustadz bermanhaj salaf asal Jogyakarta... Lulusan Fakultas Ushuluddin jurusan hadits Universitas Al Azhar Cairo Mesir Beliau mengisi kajian sunnah rutin kitab aqidah, manhaj, akhlak, hadits di beberapa masjid , tv dan radio sunnah, di beberapa wilayah diindonesia. Materi dakwahnya yg tegas menyampaikan aqidah, tentang bahaya  syirik, bid'ah, khurafat yg menjamur di tanah air, tentu banyak sekali para penentang yg memfitnah , membuli beliau sebagaimana kepada asatidz sunnah lainnya. Karena hanya dakwah salaf yang konsisten menyerukan umat kepada kemurnian islam, kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah yang difahami salafush sholih.