Showing posts with label Islam Terbaru. Show all posts
Showing posts with label Islam Terbaru. Show all posts

Monday, October 11, 2021

Jangan Menerima Tamu Lelaki Ketika Suami tidak di Rumah

Bismillaah

Istri Minta Cerai Karena Pria Lain

Bismillaah

Istri Menolak Ajakan Suami untuk Berhubungan

Bsimillaah

Istri Harus Tinggal Bersama Suami

Bismillaah

Istri Gugat Cerai dan Suami Bilang OK

Bismillaah

Istri Dicerai ketika Suami Sakit Apakah Tetap Dapat Warisan


Bismillaah

Wednesday, September 1, 2021

APAKAH SELAIN SALAFY BERARTI SESAT


Tak jarang, sebagian saudara kita mengajukan pertanya'an bernada sinis, yang entah disebabkan ketidaktahuan atau hanya sekedar untuk menebar syubhat.

"Oooo, jadi semua yang diluar salafi sesat semua??

Masuk neraka semua, hanya salafi aja yang pasti benar dan dijamin masuk surga??"

Saudaraku...

Salafi (pengikut salaf) itu tidak ma'shum, sebagai manusia biasa kita juga pernah khilaf, bisa futur, bahkan bisa jadi juga terkadang berbuat maksiat, bisa terkena penyakit hati, dan lain sebagainya. Dan juga, tidak ada diantara kita yang yakin pasti masuk surga, apalagi dijamin surga.

Justru karena kita semua sangat mengharap surga dan takut masuk neraka, maka kita selalu berusaha tunduk dan patuh, serta berusaha mengajak semua saudara kita yang se-islam dan se-iman agar ta'at terhadap syari'at.

Dan lagi.. Perkata'an-perkata'an semisal "selain Salafi"  atau  "diluar Salafiy" sangatlah salah kaprah, seolah-olah dianggapnya Salafi itu adalah sebuah organisasi atau aliran atau semisalnya. 

Padahal sejatinya, Salafi adalah penisbatan terhadap generasi salaf, jadi siapa saja yang mengikuti Qur'an dan Sunnah menurut pemahaman Salaful Ummah, maka ia Salafi.

Pertanya'an yang benar seharusnya :

"Apakah dibenarkan jika beragama mengikuti selain manhaj salaf??"

Atau..

"Apakah jika tidak mengikuti Qur'an dan Sunnah menurut pemahaman Salaful Ummah bisa dibenarkan??"

Maka jawabannya adalah : 

1. Al Imam Abdurrahman bin 'Amr Al Auza'i berkata :

"Wajib bagimu untuk mengikuti jejak salaf walaupun banyak orang menolakmu, dan hati-hatilah dari pemahaman/pendapat tokoh-tokoh itu walaupun mereka mengemasnya untukmu dengan kata-kata (yang indah)" 

(Asy Syari'ah, karya Al Imam Al Ajurri, hal. 63).

   2. Al Imam Abu Hanifah An Nu'man bin Tsabit berkata :

"Wajib bagimu untuk mengikuti atsar dan jalan yang ditempuh oleh salaf, dan hati-hatilah dari segala yang diada-adakan dalam agama, karena ia adalah bid'ah".

(Shaunul Manthiq, karya As Suyuthi, hal. 322, dinukil dari kitab Al Marqat fii Nahjis Salaf Sabilun Najah, hal. 54).    

3. Al Imam Abul Mudhaffar As Sam'ani berkata :

"Syi'ar Ahlus Sunnah adalah mengikuti manhaj salafush shalih dan meninggalkan segala yang diada-adakan (dalam agama)" 

(Al Intishaar li Ahlil Hadits, karya Muhammad bin Umar Bazmul hal. 88)

4. Al Imam Qawaamus Sunnah Al Ashbahani berkata :

"Barangsiapa menyelisihi sahabat dan tabi'in (salaf) maka ia sesat, walaupun banyak ilmunya" 

(Al Hujjah fii Bayaanil Mahajjah, 2/437-438, dinukil dari kitab Al Intishaar li Ahlil Hadits, hal. 88)    

5. Al-Imam As Syathibi berkata :

"Segala apa yang menyelisihi manhaj salaf, maka ia adalah kesesatan" 

(Al Muwafaqaat, 3/284), dinukil melalui Al Marqat fii Nahjis Salaf Sabilun Najah, hal. 57).     

6. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :

"Tidak tercela bagi siapa saja yang menampakkan manhaj salaf, berintisab dan bersandar kepadanya, bahkan yang demikian itu disepakati wajib diterima, karena manhaj salaf pasti benar" 

(Majmu' Fatawa, 4/149). 

Beliau juga berkata : 

"Bahkan syi'ar Ahlul Bid'ah adalah meninggalkan manhaj salaf" 

(Majmu' Fatawa, 4/155).    

Hal ini sebagaimana firman Allah Ta'ala :

"Dan apa saja yang kalian perselisihkan maka keputusannya kembali kepada Allah" 

(QS. Asy Syuura: 10).

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa sallam :

"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat) kemudian generasi berikutnya (tabi'in) kemudian generasi berikutnya (tabiu't tabi'in)".

(Hadits Bukhari dan Muslim).

"Aku Wasiatkan kepada kalian (untuk mengikuti) para sahabatku, kemudian orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka".

(Shahih Sunan Ibnu Majah).

Dan Rasulullah pun telah menjelaskan bahwa hanya ada satu golongan yang berada diatas kebenaran dan keselamatan. Dalam sebuah riwayat, para sahabat bertanya siapakah yang selamat itu?

Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

"Mereka adalah orang-orang yang memegang ajaranku dan para sahabatku pada hari ini"

(H.R. Ibnu majah dari hadits Anas bin Malik).

Oleh karena itu :

"Bersabarlah dirimu diatas sunnah, tetaplah tegak sebagaimana para sahabat tegak diatasnya. Katakanlah sebagai mana yang mereka katakan, tahanlah dirimu dari apa-apa yang mereka menahan diri darinya. Dan ikutilah jalan salafush shalih karena akan mencukupimu apa saja yang mencukupi mereka".

"Maka segala keputusan yang diambil oleh Al Kitab dan As Sunnah serta dipersaksikan keabsahannya oleh keduanya itulah al haq (kebenaran). Dan tidak ada sesudah kebenaran melainkan kesesatan…". 

(lihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, II/250).

Semoga Allah Ta'ala senantiasa membimbing kita untuk mengikuti manhaj salaf di dalam memahami dienul Islam ini, mengamalkannya dan berteguh diri di atasnya, sehingga bertemu dengan-Nya dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin Yaa Rabbal 'Alamin..

Wallahu a'lamu bish shawaab

Barakallahu fiikum

Tuesday, August 31, 2021

Menafkahi Keluarga itu Berpahala


Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Dari Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ

“Sungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah (pada hari kiamat nanti) kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), sampaipun makanan yang kamu berikan kepada istrimu” (HR. Bukhari 56 dan Muslim 1628).

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan besarnya penghargaan islam kepada suami yang menafkahi anggota keluarganya dengan niat ikhlas karena mengharapkan wajah Allah (Simak Syarh sahih Muslim, an-Nawawi, 6/16).

Bahkan ini termasuk amal infak yang paling utama dan besar pahalanya. Rasulullah bersabda: “Dinar (uang) yang kamu infakkan (untuk kepentingan berjihad) di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk memerdekakan budak, dinar yang kamu sedekahkan untuk orang miskin, dan dinar yang kamu infakkan untuk (kebutuhan) keluargamu, yang paling besar pahalanya adalah dinar yang kamu infakkan untuk keluargamu” (HR. Muslim 2358).

Beberapa faidah penting yang dapat kita petik dari hadits ini:

Amal perbuatan manusia tergantung niatnya, sehingga infak yang dilakukan seorang hamba untuk orang yang dicintainya dengan niat karena melaksanakan perintah Allah dan mencari keridhaannya bernilai pahala di sisinya. (Tuhfatul ahwadzi, 5/398).

Amal perbuatan yang mubah asalnya (boleh dilakukan tanpa ada dosa dan pahala) kalau diniatkan ikhlas karena mengharapkan wajah Allah maka akan bernilai ibadah dan menjadi amal ketaatan yang mendapat pahala di sisi Allah. (Syarh sahih Muslim, 6/16).

Imam Ibnu daqiq al-‘Id berkata: “Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa pahala berinfak (didapatkan) dengan syarat niat yang benar (ikhlas) mengharapkan wajah Allah. Dan ini adalah perkara yang sulit dan tidak butuh perhatian serius, karena jika berlawanan dengan tuntutan syahwat dan watak manusia maka akan menjadikannya tidak menghasilkan pahala yang diharapkan, sampai (dijadikan niatnya ikhlas) mengharapkan wajah Allah.” (Ihkaamul ahkam, 2/460).

Hadits ini tidaklah menunjukkan bahwa seorang muslim hanya mencukupkan diri dengan menafkahkan hartanya bagi keluarganya dan tidak bersedekah di jalan kebaikan lain yang disyariatkan Islam, bahkan sebaliknya, Islam sangat menganjurkan menyedekahkan kelebihan harta di jalan Allah , karena inilah yang menjadi sebab harta akan kekal dan menjadi simpanan kebaikan yang berlipat ganda di sisi Allah (Syarh sahih Muslim, 6/16). Sebagaimana sabda Rasulullah : “Sedekah itu tidaklah mengurangi harta” (HR.Muslim 2588).

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Ditulis oleh Ustadz Abdullah Taslim, M.A. (Pembina situs Manisnyaiman.com)

https://konsultasisyariah.com/23815-menafkahi-keluarga-itu-berpahala.html

MEMAJANG FOTO SI MAYIT DI SOSIAL MEDIA