Showing posts with label rajab. Show all posts
Showing posts with label rajab. Show all posts

Monday, January 31, 2022

Anjuran Puasa Tujuh Hari di Awal Rajab?


*Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc*  

Seseorang boleh saja berpuasa di bulan Rajab sebagaimana berpuasa pada bulan lainnya, seperti melakukan puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh (13, 14, 15 Hijriyah), puasa Daud (sehari berpuasa, sehari tidak).

Namun bagaimana dengan motivasi puasa di bulan Rajab secara khusus? Adakah tuntunannya? Di antaranya, ada anjuran puasa tujuh hari di awal Rajab.

Hadits Puasa Rajab

Ada beberapa hadits yang menganjurkan beberapa puasa di bulan Rajab, contohnya:

Pertama:

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إن في الجنة نهرا يقال له رجب أشد بياضا من اللبن و أحلى من العسل من صام من رجب يوما سقاه الله من ذلك النهر

“Sesungguhnya di surga ada sebuah sungai, namanya sungai Rajab. Airnya lebih putih dari pada salju, lebih manis dari pada madu. Siapa yang puasa sehari di bulan Rajab, maka Allah akan memberinya minum dengan air sungai tersebut.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman,  no. 3800, 3: 367. Ibnul Jauzi dalam Al-‘Ilal Al-Muntanahiyah, no. 912 menyatakan bahwa hadits ini tidak shahih, di dalamnya ada perawi majhul yang tidak jelas siapa mereka)

Kedua:

رجب شهر عظيم يضاعف الله فيه الحسنات فمن صام يوما من رجب فكأنما صام سنة ومن صام منه سبعة أيام غلقت عنه سبعة أبواب جهنم ومن صام منه ثمانية أيام فتح له ثمانية أبواب الجنة ومن صام منه عشر أيام لم يسأل الله إلا أعطاه ومن صام منه خمسة عشر يوما نادى مناد في السماء قد غفر لك ما مضى فاستأنف العمل ومن زاد زاده الله

“Bulan Rajab adalah bulan yang agung, Allah akan melipatkan kebaikan pada bulan itu. Barang siapa yang berpuasa satu hari pada bulan Rajab, maka seakan-akan ia berpuasa selama satu tahun. Barang siapa yang berpuasa tujuh hari pada bulan Rajab, maka akan ditutup tujuh pintu api neraka jahanam darinya. Barang siapa yang berpuasa delapan hari pada bulan itu, maka akan dibukakan delapan pintu surga baginya. Barang siapa yang berpuasa sepuluh hari dari bulan Rajab, maka tidaklah Allah dimintai apa pun kecuali Allah akan memberinya. Barang siapa berpuasa lima belas hari pada bulan Rajab, maka ada yang memanggil dari langit, ‘Engkau telah diampuni dosamu yang telah lampau.’ Mulailah amal, siapa yang terus menambah, maka akan terus diberi pahala.”  (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 5538 dari jalur ‘Utsman Ibnu Mathor Asy-Syaibani, dari ‘Abdul Ghafur yaitu Ibnu Sa’id, dari ‘Abdul ‘Aziz bin Sa’id dari bapaknya. Hadits ini dikatakan oleh Syaikh Al-Albani sebagai hadits maudhu’ atau palsu karena adanya ‘Utsman bin Mathar. Ibnu Hibban menyatakan bahwa ia meriwayatkan hadits-hadits palsu. Syaikh Al-Albani memasukkan hadits ini dalam kumpulan hadits lemah, dalam Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah, no. 5413, 11: 692)

Penilaian Ulama

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Setiap hadits yang membicarakan puasa Rajab dan shalat pada sebagian malam (seperti shalat setelah Maghrib pada malam-malam pertama bulan Rajab, pen), itu berdasarkan hadits dusta.” (Al-Manar Al-Munif, hlm. 49).

Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits yang menunjukkan keutamaan puasa Rajab secara khusus tidaklah shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.” (Latha’if Al- Ma’arif, hlm. 213)

Penulis Fiqh Sunnah, Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah berkata, “Adapun puasa Rajab, maka ia tidak memiliki keutamaan dari bulan haram yang lain. Tidak ada hadits shahih yang menyebutkan keutamaan puasa Rajab secara khusus. Jika pun ada, maka hadits tersebut tidak bisa dijadikan dalil pendukung.” (Fiqh Sunnah, 1: 401).

Sebagaimana dinukil oleh Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah (1: 401), Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, “Tidak ada dalil yang menunjukkan keutamaan puasa di bulan Rajab atau menjelaskan puasa tertentu di bulan tersebut. Begitu pula tidak ada dalil yang menganjurkan shalat malam secara khusus pada bulan Rajab. Artinya, tidak ada dalil shahih yang bisa jadi pendukung.”

Syaikh Shalih Al-Munajjid hafizhahullah berkata, “Adapun mengkhususkan puasa pada bulan Rajab, maka tidak ada hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya atau menunjukkan anjuran puasa saat bulan Rajab. Yang dikerjakan oleh sebagian orang dengan mengkhususkan sebagian hari di bulan Rajab untuk puasa dengan keyakinan bahwa puasa saat itu memiliki keutamaan dari yang lainnya, maka tidak ada dalil yang mendukung hal tersebut.” (Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab no. 75394)

Kalau kita lihat hadits-hadits di atas dan masih banyak hadits lainnya, sungguh betapa besar keutamaan puasa pada bulan Rajab. Akan tetapi kalau kita lihat lebih teliti lagi, kita dapati hadits-hadits itu berkisar antara hadits lemah dan hadits palsu. Silakan timbang-timbang, apa dengan hadits lemah atau hadits palsu untuk kita beramal?

Semoga Allah memberi taufik dan hidayah untuk menerima amalan sesuai tuntunan.

@ Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 29 Jumadats Tsaniyyah 1437 H

Oleh Al-Faqir Ila Maghfirati Rabbihi:

*✍️ Muhammad Abduh Tuasikal*

Friday, February 12, 2021

MARHABAN YAA RAJAB

Allah ta'ala berfirman,

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram (Dzulqo'dah, Dzulhijjah, Al Muharrom, Rajab). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu."

📖 QS. At-Taubah: 36

Semoga bermanfaat.

Baca Juga : Artikel Terbaru Kami Disini : 

Rasulullooh Juga Berdagang

Bulan Rajab

Buku-buku Penuh Manfaat dan Hikmah

Kisah Nabi Ismail as dan Telaga Zam-Zam

Manusia - Manusia Lemah

Carilah Sahabat Seperti ini

Kisah Nabi Luth as.

Lunasi Hutang Dengan Kesederhanaan

Tiga Kamus Bahasa Tentang Pekerjaan

Perhiasan dalam Tiga Bahasa

Tiga Bahasa Untuk Warna dan Busana

Tiga Bahasa Untuk Perkakas dan Elektronik

Tiga Bahasa Bab Sekolahan

Meskipun Sakit, Pahala Tetap Mengalir

Hak Istri Dalam Rumah Tangga

Perdebatan Nabi Ibrahim dan Raja Namrud

Mendo'akan Orang Tua

Bertaubat, Setiap Dosa Akan di Ampuni

Perbanyak Doa Untuk Melunasi Hutang

Ciri Suami Pembawa Rejeki

Tiga Bahasa Tentang Organ Tubuh

Perilaku yang Sesuai Surat Yunus

Tiga Bahasa Tentang Hari dan Bulan

Cara Melindungi Akun Whatsapp

Menghidupkan Sunnah

Infak dan Sedekah

Kandungan Surat Az zumar dan Surat At taubah

Kandungan Surat An nisa dan Al maidah

Lailatul Qadar

Mengatasi Malas Menuntut Ilmu

Sholat Taubat

Sunnah yang Terlupakan

Menyembunyikan Kebaikan

Hakikat Dunia

Panduan Shalat Tahajud

Seputar Syirik

Sakit Adalah Ujian, Cobaan, dan Takdir

Islam Telah Sempurna 

Beriman Kepada Nabi Muhammad

Melihat Kebawah Dalam Urusan Dunia

Doa Memohon Anak Yang Shalih

Sakit manghapuskan dosa-dosa kita




Tuesday, February 25, 2020

MENGISI BULAN RAJAB DENGAN AMAL SHALEH BUKAN AMAL SALAH

Sesungguhnya bulan Rajab, bulan yang saat ini sedang kita jalani, adalah termasuk salah satu dari empat bulan haram. 
Bulan haram adalah bulan Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharam, dan Rajab.

Jadi ada bulan haram dalam kalender Islam. 
Dinamakan bulan haram karena bulan-bulan ini memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki bulan-bulan lainnya. Allah ﷻ berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.” 

(QS: At-Taubah | Ayat: 36).

Wajib bagi setiap Muslim mengisi bulan-bulan ini dengan amalan yang dituntunkan oleh syariat. Dan amalan yang yang jelas sumbernya dari as-sunnah. Tidak boleh melebihi batasan itu. 

Tidak boleh seseorang mengkhususkan ibadah tertentu pada bulan-bulan ini kecuali memiliki dasar syariatnya.

Orang-orang musyrik pada masa jahiliyah juga mengagungkan bulan Rajab. Mereka mengistimewakannya dengan berpuasa di dalamnya. 

Ibnu Taimiyah mengatakan, 

“Tentang puasa di bulan Rajab dan keistimewaannya, hadits-haditsnya lemah bahkan palsu. Tidak bersumber dari para ulama…” 

kemudian beliau melanjutkan 

“Terdapat riwayat shahih dari Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu bahwasanya beliau memukul tangan orang agar mereka meletakkan tangan-tangan mereka pada makanan di bulan Rajab (agar tidak berpuasa penuh). 

Ia berkata, ‘Jangan kalian serupakan bulan ini dengan Ramadhan’. Ia juga berkata, ‘Dulu bulan Rajab diagungkan orang-orang jahiliyah. Ketika Islam datang, kebiasaan itu ditinggalkan’.

▪Di bulan Rajab, sebagian orang melakukan amalan shalat tertentu. 

Dengan tata cara yang berbeda dengan shalat biasa. 
Mereka namakan shalat itu dengan shalat Ragha'ib.

Mereka melaksanakannya pada awal malam Jumat. Antara Maghrib dan Isya. 
Ini adalah amalan yang diada-adakan. 
Para ulama sepakan akan kebid’ahannya. 

Amalan ini tidak dikenal kecuali pada abad keempat hijriyah. 
Tidak ada sebelumnya bahkan tidak ada yang berbicara tentangnya sebelum itu.

Imam an-Nawawi rahimahullah pernah ditanya tentang shalat Ragha'ib. Apakah Sunnah ataukah bid’ah. 
Beliau mengatakan, 

“Itu adalah amalan bid’ah yang perlu dikritisi. Perlu disikapi dengan meninggalkannya, menjelaskan kekeliruannya, dan memperingatkan orang yang mengerjakannya.

Janganlah kita terpedaya karena amalan ini banyak dilakukan di negeri-negeri (umat Islam). Jangan juga terpedaya karena amalan ini disebutkan dalam kita Quwwatil Qulub, Ihya Ulumuddin, dan selainnya.  Karena sesungguhnya shalat ini adalah bid’ah yang tercela. Nabi ﷺ bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ دِيننا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat suatu yang baru dalam agama kami sesuatu yang bukan berasal darinya, maka ia tertolak.”

Di dalam ash-Shahih beliau ﷺ bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.”

Dalam Shahih Muslim dan selainnya, Nabi ﷺ bersabda,

كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ

“Setiap bid’ah adalah kesesatan.”

Kita telah diperintahkan oleh Allah ﷻ, ketika kita berselisih tentang suatu permasalahan, hendaknya kita mengembalikan kepada Al-qur'an dan sunnah Rasulullah ﷺ. 
Dia ﷻ berfirman,

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.” (QS: An-Nisaa | Ayat: 59).

Allah ﷻ tidak memerintahkan kita mengikuti kebiasaan jahiliyah dan tidak juga bersama orang-orang yang keliru”. 

Demikian kata Imam an-Nawawi rahimahullah.

Dan dapat kita jumpai banyak perkataan para ulama tentang permasalahan ini.

▪ Di bulan Rajab juga, ada sebagian kaum Muslimin yang mengkhususkannya dengan datang ke kota Madinah.

Mereka namakan amalan ini dengan Rajabiyah. 
Mereka berpendapat ini bagian dari sunnah Nabi ﷺ. 
Ziarah yang dinamakan dengan ziarah Rajabiyah ini, sama sekali tidak memiliki dasar.

Tidak diragukan lagi, memang Masjid Nabawi termasuk masjid yang sangat dianjurkan untuk dikunjungi. 
Setiap waktu dan masa. 
Namun pengkhususan bulan tertentu atau hari tertentu untuk melakukan suatu amalan, ini juga butuh dalil yang khusus pula. 

Dan tidak ada dalil shahih yang mengkhususkan bulan Rajab untuk melakukan amalan tersebut. 

Dengan demikian, menjadikan aktivitas ini sebagai ibadah kepada Allah di bulan Rajab adalah sesuatu yang diada-adakan dalam agama. Tidak ada dalilnya dari syariat.

▪ Pada malan 27 Rajab, sebagian orang merayakan suatu peristiwa. 
Mereka yakin hari itu adalah hari Isra’ dan Mi’raj Nabi ﷺ. 
Mereka mengisinya dengan dendangan nasyid dan kasidah yang dibacakan puji-pujian kepada Nabi ﷺ. 

Aktivitas ini tidaklah dikenal pada tiga generasi utama umat ini.

Ibnu Taimiyah mengatakan, 

“Tidak diketahui dari seorang pun umat Islam yang menjadikan malam Isra’ lebih utama dari malam-malam selainnya. Para sahabat tidak mengenalnya, demikian juga orang-orang yang mengikut mereka dengan baik.

Mereka meniatkan dan mengkhususkan malam Isra’ karena suatu alasan yang tidak mereka sebutkan. Hari Isra’ Mi’raj sendiri tidak diketahui kapan pastinya. Tidak ada dalil yang tegas yang menyebutkan bulannya dan rinciannya. Tidak pula disyariatkan di malam itu bagi kaum Muslimin untuk melakukan amalan tertentu”.

Ketahuilah, hakikat mengikuti Nabi ﷺ adalah dengan berpegang teguh pada sunnahnya. Mengamalkan apa yang beliau amalkan. 
Dan tidak mengamalkan yang tidak beliau amalkan. 

Barangsiapa yang menambahi atau menguranginya, sebatas itu pulalah ia meneladani Nabi ﷺ. 

Namun menambahkan sesuatu amalan yang tidak beliau lakukan lebih rusak daripada mengurangi. Karena ia telah melampaui atau mendahului Allah dan Rasul-Nya ﷺ. 
Allah ﷻ berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS: Al-Hujuraat | Ayat: 1).



🖊  Tim KtobahJumat.com

Oleh : Mutiara Risalah Islam

Wednesday, March 20, 2019

BERPUASA KHUSUS DI BULAN RAJAB ???


APA YANG DILAKUKAN ABU BAKAR DAN UMAR KETIKA MELIHAT ORANG YANG BERPUASA KHUSUS DI BULAN RAJAB 


✍Al Allamah Al Faqih Muhammad Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkisah,

هناك من يخص رجب بالصيام فيصوم رجب كله ، وهذا بدعة وليس بسنة ، حتى إن أبا بكر الصديق – رضي الله عنه – دخل على أهله فوجدهم قد جمعوا كيزاناً للماء مستعدين للصيام في رجب فكسر الكيزان وقال : أتريدون أن تشبهوا رجب برمضان ، وكان عمر بن الخطاب – رضي الله عنه – يضرب الناس إذا رآهم صائمين حتى يضع أيديهم في الطعام في رجب ، فليس للصوم في رجب فضيلة بل هو كسائر الشهور ، من كان يعتاد أن يصوم الاثنين والخميس استمر ، ومن كان يعتاد أن يصوم الأيام البيض استمر ، وليس له صيام مخصوص .

👇Disini, ada orang yang mengkhususkan bulan Rajab dengan puasa. 
Iapun berpuasa sebulan penuh. 
Perbuatan ini termasuk bid’ah bukan sunnah.

✅Sampai-sampai suatu ketika Abu Bakar As Shiddiq rahiyallahu’anhu masuk menemui keluarganya. Beliau mendapati mereka mengumpulkan cangkir-cangkir besar untuk menyimpan air. 
Mereka melakukan hal ini untuk persiapan puasa di bulan Rajab lalu Abu Bakar radhiyallahu’anhu
👉memecahkan cangkir-cangkir itu. 
Lantas berkata,
⛔“Apakah kalian ingin menyerupakan Rajab dengan Ramadhan?”

❗Suatu ketika Umar Ibnul Khaththab radhiyallahu’anhu memukul orang yang beliau dapati sedang berpuasa (puasa khusus bulan Rajab) sampai mereka meletakkan tangan-tangan mereka di atas makanan di bulan Rajab.

🔴Kesimpulannya : tidak ada keistimewaan puasa di bulan Rajab bahkan Rajab sama seperti bulan-bulan (haram) lainnya.
Barangsiapa yang terbiasa puasa Senin Kamis silahkan lanjutkan. 
Barangsiapa yang terbiasa puasa 3 hari setiap bulan silahkan lanjutkan. 
Tidak ada puasa khusus bulan Rajab. 
(Silsilah liqa Asy Syahri No.190 Menit ke: 03:42)


Sumber : Tathbiq Fatawa Ibn Ustaimin Li Anduruwid
Diterjemahkan Oleh Tim Penerjemah wanitasalihah.com

🗃  Artikel wanitasalihah.com

Hikmah Berqurban