Monday, May 17, 2021
Monday, May 10, 2021
Satu Kebaikan Minimal Dibalas 10 Kebaikan
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc - June 30, 2012
Setiap kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba bukan hanya dibalas satu kebaikan semisal, namun karena kemurahan Allah dibalas dengan 10 kebaikan bahkan bisa berlipat hingga 700 kalinya. Bahkan jika hanya bertekad untuk melakukan amalan baik namun ada halangan, itu pun bisa dicatat sebagai satu kebaikan.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « يَقُولُ اللَّهُ إِذَا أَرَادَ عَبْدِى أَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً فَلاَ تَكْتُبُوهَا عَلَيْهِ حَتَّى يَعْمَلَهَا ، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا بِمِثْلِهَا وَإِنْ تَرَكَهَا مِنْ أَجْلِى فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْمَلَ حَسَنَةً فَلَمْ يَعْمَلْهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً ، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةٍ »
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Jika hamba-Ku bertekad melakukan kejelekan, janganlah dicatat hingga ia melakukannya. Jika ia melakukan kejelekan tersebut, maka catatlah satu kejelekan yang semisal. Jika ia meninggalkan kejelekan tersebut karena-Ku, maka catatlah satu kebaikan untuknya. Jika ia bertekad melakukan satu kebaikan, maka catatlah untuknya satu kebaikan. Jika ia melakukan kebaikan tersebut, maka catatlah baginya sepuluh kebaikan yang semisal hingga 700 kali lipat.” (HR. Bukhari no. 7062 dan Muslim no. 129).
*Penjelasan:*
Hadits ini adalah hadits qudsi (maknanya dari Allah dan lafazhnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Hadits ini berisi faedah mengenai perbuatan hamba. Hadits ini dikuatkan dengan firman Allah Ta’ala,
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al An’am: 160).
*Beberapa faedah dari hadits di atas:*
1. Penetapan bahwa Allah itu berbicara karena disebutkan dalam hadits: يَقُولُ اللَّهُ (Allah berfirman).
2. Penetapan adanya ubudiyah (peribadatan) khusus yaitu ubudiyah yang dilakukan oleh orang beriman.
3. Hadits di atas merupakan sanggahan bagi Jabariyah yang menyatakan bahwa manusia itu dipaksa oleh Allah dalam berbuat. Dalam hadits ini jelas dinyatakan bahwa manusia itu punya kehendak dan amalan dari dirinya sendiri.
4. Balasan amalan hamba dihitung dengan bilangan.
5. Allah mewakilkan pada malaikat untuk mencatat kebaikan dan kejelekan. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam ayat,
كَلَّا بَلْ تُكَذِّبُونَ بِالدِّينِ (9) وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ (10) كِرَامًا كَاتِبِينَ (11) يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ (12)
“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Infithar: 10-12).
6. Hadits ini menunjukkan bahwa malaikat itu mengetahui setiap amalan hamba sampai pun kehendak (tekad atau niat) mereka di dalam hati.
7. Siapa yang bertekad melakukan kebaikan, namun tidak bisa ia amalkan, maka malaikat akan mencatat satu kebaikan untuknya.
8. Jika seorang hamba melakukan suatu amal kebaikan yang telah ia niatkan, maka dicatat untuknya 10 kebaikan hingga bisa berlipat hingga 700 kali.
9. Jika seorang hamba bertekad melakukan kejelekan lantas tidak jadi dilaksanakan karena Allah, maka dicatat baginya satu kebaikan.
10. Jika meninggalkan kejelekan bukan karena Allah namun karena kurang semangatnya atau karena tidak mampunya dia saat itu, maka tidak dicatat untuknya kebaikan dan tidak pula kejelekan.
11. Jika seorang hamba melaksanakan suatu kejelekan maka dicatat baginya satu kejelekan saja.
12. Balasan Allah bagi yang berbuat kebaikan adalah atas dasar fadhl (pemberian karunia) dan balasan-Nya bagi yang berbuat kejelekan adalah atas dasar ‘adl (keadilan).
13. Malaikat diperintahkan oleh Allah untuk mencatat apa yang hamba lakukan dan apa yang ditinggalkan.
14. Hadits ini menunjukkan dorongan untuk melakukan amalan kebaikan dan meninggalkan kejelekan.
15. Yang dimaksud kebaikan adalah setiap yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan baik dengan perintah wajib maupun sunnah. Sedangkan kejelekan adalah setiap yang Allah dan Rasul-Nya larang baik berupa dosa kecil maupun dosa besar.
16. Sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Semoga Allah memberikan taufik pada kita untuk berilmu dan beramal sholih.
(*) Faedah tauhid di sini adalah kumpulan dari faedah pelajaran tauhid bersama Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir Al Barrok hafizhohullah. Beliau seorang ulama senior yang sangat pakar dalam akidah. Beliau menyampaikan pelajaran ini saat dauroh musim panas di kota Riyadh di Masjid Ibnu Taimiyah Suwaidi (29 Rajab 1433 H). Pembahasan tauhid tersebut diambil dari kitab Shahih Bukhari yang disusun ulan oleh Az Zubaidi dalam Kitab At Tauhid min At Tajriid Ash Shoriih li Ahaadits Al Jaami’ Ash Shohih.
@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 10 Sya’ban 1433 H
https://rumaysho.com/2555-faedah-tauhid-6-satu-kebaikan-minimal-dibalas-10-kebaikan.html
Monday, May 3, 2021
Monday, April 12, 2021
YANG WAJIB DITINGGALKAN OLEH ORANG YANG SEDANG BERPUASA RAMADHĀN
Orang yang berpuasa pada hakikatnya dia sedang melakukan ibadah lillāh (karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla). Bahkan ia sedang melakukan salah satu rukun Islām yang besar.
Dan orang yang berpuasa dengan hakiki adalah orang yang berpuasa dari berbagai macam perbuatan dosa.
Anggota tubuhnya berpuasa dari hal-hal yang sekiranya mendatangkan murka Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Lisannya berpuasa dari dusta, dari perkataan yang keji dan mungkar atau dari perkataan yang mengundang syahwat. Lisannya berpuasa dari ghibah dari namimah.
Bukan hanya berpuasa dari makan dan minum, tetapi lisan dan anggota tubuh lainnya juga berpuasa dari hal-hal yang diharamkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Kemaluannya berpuasa dari rafats dari hal-hal yang sekiranya dapat mendatangkan syahwat yang haram.
Sehingga ketika seseorang berpuasa, dia tidaklah berbicara kecuali dengan ucapan yang baik dan tidak menyakiti orang lain dan kalaupun dia berbuat (berperilaku) maka perilakunya tidak merusak dan membatalkan shaumnya.
Inilah puasa yang hakiki yang masyru', bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dan syahwat jima' antara suami dan istri, tapi puasa yang hakiki yang sesungguhnya (yang sejati) adalah berpuasa dari semua yang tadi disebutkan yaitu menahan diri dari hal-hal yang Allāh haramkan.
Lisannya berpuasa dari dusta, bohong dan banyak bicara, atau menyakiti orang lain dan anggota tubuh lainnya tidak melakukan maksiat. Sehingga puasanya bernilai pahala besar (pahala sempurna) disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Dan orang yang berpuasa hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum saja, sementara dia masih melakukan hal-hal maksiat walaupun bukan pembatal puasa.
Juga tidak menjaga lisannya seperti tetap berbohong, tetap berdusta, ghibah, namimah mencela dan menyakiti orang. Barangkali puasanya sah tetapi sama sekali tidak bernilai pahala disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Oleh karena itu itu Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
"Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa."
(QS. Al Baqarah: 183).
Inilah target dan tujuan akhir kita, kita digembleng oleh Allāh selama bulan Ramadhān agar menjadi orang yang bertaqwa.
Karena selama satu bulan kita melatih diri, bukan hanya (puasa) menahan makan dan minum saja, bukan hanya menahan diri dari syahwat bagi suami atau istri di siang hari saja, tetapi melatih diri agar bisa berakhlaq baik (mulia).
Di dalam hadīts juga disebutkan:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ
"Puasa adalah benteng."
Puasa adalah benteng yang bisa membentengi pelakunya dari perbuatan maksiat.
Itulah harapan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dari puasa kita, sehingga beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
فَلا يَرْفُثْ وَلا يَجْهَلْ.
"Jangan kita berkata-kata rafats (keji, buruk, mungkar, berkata jorok) yang sifatnya bisa membangkitkan syahwat وَلا يَجْهَلْ dan jangan berkata bodoh atau berperilaku bodoh".
Bahkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam shallallāhu 'alayhi wa sallam mengajarkan :
وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ
"Jika ada orang mengajak berselisih, mencaci maki kalian, maka tahanlah diri kalian dan ucapkanlah 'sesunguhnya aku sedang berpuasa.'"
Dan ada dalīl khusus yang menjelaskan kepada kita bahwa orang yang berpuasa wajib meninggalkan perkataan mungkar, perkataan keji dan kotor yang menjurus kepada syahwat di siang hari Ramadhān.
Tadi yang sudah disebutkan salah satu riwayat dalam shahīh Al-Bukhāri dan Muslim, juga ada riwayat lain dalam shahīh Ibnu Khuzaimah dan Mustadraq Al Hakim dari Abū Hurairah.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
لَيْسَ الصِّيَامِ مِنَ الْأَكْلِ الشَّرَابِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ الّغْوِ وَالرَّفَتِ، فَإِنْ شَابَكَ أحَدٌ أَوْ جَهَلَ عَلَيْكَ فَقُلْ : إِنّي صَا ئِمٌ، إِنِّي صَاءِمٌ
"Puasa bukan sekedar menahan diri dari makan dan minum saja, tetapi puasa itu menahan diri dari perkataan yang sia-sia dan perkataan keji (rafats). Apabila salah seorang dari kalian mencaci atau menghinamu maka katakan, 'Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa.'"
(Hadīts shahīh Ibnu Khuzaimah 1996, Al Hakim 1/430-431)
Dan juga ada ancaman yang cukup berat dan keras dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang beliau disitu menyebutkan bahwa betapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya. Barangkali hanya sekedar penggugurkan kewajiban puasa saja tetapi tidak dapat pahala apapun.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالْعَطَشُ
"Berapa banyak orang yang puasa, bagian (yang dipetik) dari puasanya hanyalah lapar dan haus (semata)."
(Hadīts shahīh riwayat Ibnu Majah 1/539, Darimi 2/211, Ahmad 2/441,373, Baihaqi 4/270 dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu)
Lafadz lengkapnya sebagaimana dalam Musnad Imam Ahmad dan hadīts ini dishahīhkan oleh Syaikh Al-Albanīy rahimahullāhu dalam Shahīh At-Targhīb wa At-Tarhīb, dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda :
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ. وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ
"Betapa banyak orang yang berpuasa, dia hanya sekedar mendapatkan dari puasanya lapar dan dahaga dan betapa banyak orang yang melakukan qiyamul lail, dia mendapatkan dari qiyamulailnya itu hanya begadang di malam hari dan bangun di malam hari saja tanpa mendapatkan pahala apapun."
Dalam hadīts lain.
Dari Abū Hurairah, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allāh tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan."
(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 1903).
Artinya Allāh tidak butuh puasanya. Jadi puasa yang sempurna (yang benar) bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum tapi kita wajib meninggalkan hal-hal yang dapat menggugurkan atau menghilangkan nilai dari pahala puasa itu sendiri, seperti yang sudah disebutkan tadi berupa perkataan bohong, menyakiti orang lain, perbuatan keji, ghibah, namimah dan yang sejenisnya.
Semoga bermanfaat.
Baca Juga Artikel Terbaru Kami Disini :
Besarnya Dosa Meninggalkan Sholat
Prinsip Aqidah Ahlussunnah Waljamaah
Belajar Al Qur'an Dengan Metode Ummi (jilid 3 )
Buku-buku Penuh Manfaat dan Hikmah
Kisah Nabi Ismail as dan Telaga Zam-Zam
Wanita Wajib Izin Suami Saat Akan Keluar Rumah
Lunasi Hutang Dengan Kesederhanaan
Tiga Kamus Bahasa Tentang Pekerjaan
Tiga Bahasa Untuk Warna dan Busana
Tiga Bahasa Untuk Perkakas dan Elektronik
Meskipun Sakit, Pahala Tetap Mengalir
Perdebatan Nabi Ibrahim dan Raja Namrud
Bertaubat, Setiap Dosa Akan di Ampuni
Perbanyak Doa Untuk Melunasi Hutang
Tiga Bahasa Tentang Organ Tubuh
Perilaku yang Sesuai Surat Yunus
Tiga Bahasa Tentang Hari dan Bulan
Kandungan Surat Az zumar dan Surat At taubah
Kandungan Surat An nisa dan Al maidah
Hukum memakai Hijab dalam pandangan 4 Mazhab
Meminta Izin dan Mengucapkan Salam
Dikagumi Oleh Allaah, Kok Bisa ya ?
Sakit Adalah Ujian, Cobaan, dan Takdir
Sifat Orang yang Sering Berhutang
Melihat Kebawah Dalam Urusan Dunia
Sakit manghapuskan dosa-dosa kit
Silahkan di share atau simpan link ini, sehingga link bisa dibagikan setiap saat
Jazakallah Khairan.
PRINSIP AQIDAH AHLUSSUNNAH WALJAMAAH SYAIKH SHALIH FAUZAN
Inilah beberapa kalimat ringkas tentang penjelasan 'Aqidah Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah yang pada kenyataan hidup masa kini diperselisihkan oleh umat Islam sehingga mereka terpecah belah. Hal itu terbukti dengan tumbuhnya berbagai kelompok (da'wah) kontemporer dan jama'ah-jama'ah yang berbeda-beda. Masing-masing menyeru manusia (umat Islam) kepada golongannya ; mengklaim bahwa diri dan golongan merekalah yang paling baik dan benar, sampai-sampai seorang muslim yang masih awam menjadi bingung kepada siapakah dia belajar Islam dan kepada jama'ah mana dia harus ikut bergabung. Bahkan seorang kafir yang ingin masuk Islam-pun bingung. Islam apakah yang benar yang harus di dengar dan dibacanya ; yakni ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah yang telah diterapkan dan tergambar dalam kehidupan para sahabat Rasulullah yang mulia dan telah menjadi pedoman hidup sejak berabad-abad yang lalu ; namun justru dia hanya bisa melihat Islam sebagai sebuah nama besar tanpa arti bagi dirinya. Berikut ini Prinsip Aqidah Ahlussunnah Waljamaah Syaikh Shalih Fauzan Silahkan Download Disini
Atau bisa juga Download Disini
Semoga bermanfaat,
Baca Juga Artikel Terbaru Kami Disini :
Besarnya Dosa Meninggalkan Sholat
Prinsip Aqidah Ahlussunnah Waljamaah
Belajar Al Qur'an Dengan Metode Ummi (jilid 3 )
Buku-buku Penuh Manfaat dan Hikmah
Kisah Nabi Ismail as dan Telaga Zam-Zam
Wanita Wajib Izin Suami Saat Akan Keluar Rumah
Lunasi Hutang Dengan Kesederhanaan
Tiga Kamus Bahasa Tentang Pekerjaan
Tiga Bahasa Untuk Warna dan Busana
Tiga Bahasa Untuk Perkakas dan Elektronik
Meskipun Sakit, Pahala Tetap Mengalir
Perdebatan Nabi Ibrahim dan Raja Namrud
Bertaubat, Setiap Dosa Akan di Ampuni
Perbanyak Doa Untuk Melunasi Hutang
Tiga Bahasa Tentang Organ Tubuh
Perilaku yang Sesuai Surat Yunus
Tiga Bahasa Tentang Hari dan Bulan
Kandungan Surat Az zumar dan Surat At taubah
Kandungan Surat An nisa dan Al maidah
Hukum memakai Hijab dalam pandangan 4 Mazhab
Meminta Izin dan Mengucapkan Salam
Dikagumi Oleh Allaah, Kok Bisa ya ?
Sakit Adalah Ujian, Cobaan, dan Takdir
Sifat Orang yang Sering Berhutang
Melihat Kebawah Dalam Urusan Dunia
Sakit manghapuskan dosa-dosa kit
Silahkan di share atau simpan link ini, sehingga link bisa dibagikan setiap saat
Jazakallah Khairan.
Sunday, April 11, 2021
Dua Nikmat Yang Menipu
Dua nikmat ini seringkali dilalaikan oleh manusia –termasuk pula hamba yang faqir ini-. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Ibnu Baththol mengatakan, ”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.”
Ibnul Jauzi mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun ia dalam kondisi tidak sehat. Apabila terkumpul pada manusia waktu luang dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).”
✍🏻 Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal MS,c
Jazakumullahukhairan wa
Barakallahfikum
Semoga bermanfaat,
Baca Juga Artikel Terbaru Kami Disini :
Besarnya Dosa Meninggalkan Sholat
Belajar Al Qur'an Dengan Metode Ummi (jilid 3 )
Buku-buku Penuh Manfaat dan Hikmah
Kisah Nabi Ismail as dan Telaga Zam-Zam
Wanita Wajib Izin Suami Saat Akan Keluar Rumah
Lunasi Hutang Dengan Kesederhanaan
Tiga Kamus Bahasa Tentang Pekerjaan
Tiga Bahasa Untuk Warna dan Busana
Tiga Bahasa Untuk Perkakas dan Elektronik
Meskipun Sakit, Pahala Tetap Mengalir
Perdebatan Nabi Ibrahim dan Raja Namrud
Bertaubat, Setiap Dosa Akan di Ampuni
Perbanyak Doa Untuk Melunasi Hutang
Tiga Bahasa Tentang Organ Tubuh
Perilaku yang Sesuai Surat Yunus
Tiga Bahasa Tentang Hari dan Bulan
Kandungan Surat Az zumar dan Surat At taubah
Kandungan Surat An nisa dan Al maidah
Hukum memakai Hijab dalam pandangan 4 Mazhab
Meminta Izin dan Mengucapkan Salam
Dikagumi Oleh Allaah, Kok Bisa ya ?
Sakit Adalah Ujian, Cobaan, dan Takdir
Sifat Orang yang Sering Berhutang
Melihat Kebawah Dalam Urusan Dunia
Sakit manghapuskan dosa-dosa kit
Silahkan di share atau simpan link ini, sehingga link bisa dibagikan setiap saat
Jazakallah Khairan.
Wednesday, April 7, 2021
Pahala Amalan di Bulan Ramadhan 1000 Kali Lipat di Bulan Lain, Benarkah
Berikut ini kami sajikan buletin tentang Pahala Amalan di Bulan Ramadhan 1000 Kali Lipat di Bulan Lain, Benarkah?
Silahkan di Download, semoga bermanfaat dan jangan lupa untuk di share, sehingga mengalirkan pahala jariyah.
Silahkan berlangganan artikel blog ini dengan mengisikan email di bilah samping blog ini, dapatkan info update kami.
Semoga bermanfaat,
Baca Juga Artikel Terbaru Kami Disini :
Pahala Puasa 1000 kali Lipat ?
Besarnya Dosa Meninggalkan Sholat
Belajar Al Qur'an Dengan Metode Ummi (jilid 3 )
Buku-buku Penuh Manfaat dan Hikmah
Kisah Nabi Ismail as dan Telaga Zam-Zam
Wanita Wajib Izin Suami Saat Akan Keluar Rumah
Lunasi Hutang Dengan Kesederhanaan
Tiga Kamus Bahasa Tentang Pekerjaan
Tiga Bahasa Untuk Warna dan Busana
Tiga Bahasa Untuk Perkakas dan Elektronik
Meskipun Sakit, Pahala Tetap Mengalir
Perdebatan Nabi Ibrahim dan Raja Namrud
Bertaubat, Setiap Dosa Akan di Ampuni
Perbanyak Doa Untuk Melunasi Hutang
Tiga Bahasa Tentang Organ Tubuh
Perilaku yang Sesuai Surat Yunus
Tiga Bahasa Tentang Hari dan Bulan
Kandungan Surat Az zumar dan Surat At taubah
Kandungan Surat An nisa dan Al maidah
Hukum memakai Hijab dalam pandangan 4 Mazhab
Meminta Izin dan Mengucapkan Salam
Dikagumi Oleh Allaah, Kok Bisa ya ?
Sakit Adalah Ujian, Cobaan, dan Takdir
Sifat Orang yang Sering Berhutang
Melihat Kebawah Dalam Urusan Dunia
Sakit manghapuskan dosa-dosa kita
Memupuk Rasa Takut Kepada Allaah
Silahkan di share atau simpan link ini, sehingga link bisa dibagikan setiap saat
Jazakallah Khairan.
-
Semoga Bermanfaat Label : Update kajian Islam, Kajian Sunnah, Sunnah, Info Islam, Islam Terbaru,Update Kajian Sunnah,Kajian Islam,Konsul...
-
Telegram : https://t.me/menebar_cahayasunnah Pertanyaan: Izin bertanya ustadz, sebagian kawan kami membeli rumah dengan car...