Showing posts with label Penyakit hati. Show all posts
Showing posts with label Penyakit hati. Show all posts

Friday, August 26, 2022

Induk Daripada Penyakit Hati

 

عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ مِمَّا أَخْشَى عَلَيْكُمْ شَهَوَاتِ الْغَيِّ في - بُطُونَكُمْ وَفُرُوجَكُمْ وَمُضِلَّاتِ الْأَهْوَاءِ 

Dari abu Barzata Al Aslamy berkata, bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam :

“Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kalian adalah syahwat menyimpang pada nafsu perut dan kemaluan kalian, serta hawa nafsu yang menyesatkan” (HR. Ahmad dan yang lainnya. Dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani di shahih At-Targhib 52).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:

1- Sesungguhnya di antara yang rasulullah takutkan atas umatnya yang perlu untuk diwaspadai adalah syahwat menyimpang pada nafsu perut dan kemaluan, serta hawa nafsu yang menyesatkan.

2- Pada kalimat “syahwat menyimpang pada nafsu perut dan kemaluan kalian” menunjukkan kepada fitnah syahwat (kedudukan, jabatan, harta, popularitas, wanita dan yang lainnya).

3- Sedangkan pada kalimat “hawa nafsu yang menyesatkan” menunjukkan kepada fitnah syubhat (pemikiran rancu, aliran menyimpang, keyakinan sesat, dan yang lainnya).

Tema hadist yang berkaitan dengan Al qur'an:

1- Ibnu Qayyim menjelaskan kedua macam penyakit tersebut adalah induk penyakit hati, 

جِمَاع أمراض القلب هى أمراض الشبهات والشهوات

“Induk yang mengumpulkan seluruh penyakit hati itu ada dua syubhat dan syahwat” (Ighatsatul Lahfan).

Allah Ta’ala melarang kita mengikuti orang yang mengekor hawa nafsu lagi lalai,

وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” (Al-Kahfi: 28).

Tuesday, April 19, 2022

Jangan Sampai Kena Penyakit Hati


Muhammad Abduh Tuasikal, MSch

ttps://chat.whatsapp.com/FMmfNDQhch48pfa0qkphDE ikhwan

Ada dua penyakit pada diri kita, yaitu penyakit hati dan penyakit badan. Oleh karenanya, kalau kita meminta sehat, mintalah kesehatan badan dan hati sekaligus.

Penyakit hati itu penyakit maknawi yang tidak terlihat, beda dengan penyakit badan itu tampak. Ada yang terlihat sehat, berotot kuat, terlihat segar, namun hatinya itu sakit. Bisa saja seperti itu.

Tiga macam hati

Perlu kita tahu bahwa hati itu ada tiga macam. Ada hati yang sehat (selamat dari penyakit), hati yang sakit dan hati yang mati. Ketiga jenis hati ini disebutkan dalam ayat berikut ini,

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنْسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آَيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (52) لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ (53) وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آَمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (54)

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit (hati yang sakit) dan yang mati hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat, dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu (yang punya hati yang sehat), meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Rabb-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (QS. Al Hajj: 52-54). Dalam ayat ini, disebutkan tiga macam hati, yaitu dua hati yang terkena fitnah dan satu hati yang selamat. Hati yang terkena fitnah adalah hati yang sakit dan yang mati. Sedangkan hati yang selamat adalah hati orang beriman yang selalu tunduk dan patuh pada Rabb-Nya, serta selalu merasakan ketenangan.

Bagaimana keadaan hati yang sehat.?

Hati yang sehat, itulah yang akan selamat pada kegentingan hari kiamat kelak. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)

“(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy Syu’araa’: 88-89).

Hati yang sehat adalah hati yang selamat dari syahwat yang menyelisihi perintah dan larangan Allah dan selamat dari syubhat yang bertentangan dengan kabar dari Allah, selamat dari penghambaan pada selain Allah, selamat dari berhukum pada selain hukum Rasulullah. Hati yang sehat juga selamat dari cinta ibadah yang menduakan Allah, dari takut ibadah yang menduakan Allah, begitu pula dari rasa harap yang menduakan Allah. Intinya, segala ubudiyah (penghambaan) hanyalah ditujukan pada Allah, itulah hati yang selamat. Demikian kalimat yang jaami’ ketika mendefinisikan hati yang sehat sebagaimana diuraikan oleh Ibnul Qayyim.

Hati yang sehat, selamat dari syirik (penghambaan ibadah pada selain Allah) dan hati tersebut tunduk pada syari’at yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dua unsur penting ini dimiliki oleh orang yang memiliki hati yang sehat. Demikian kesimpulan dari Ibnul Qayyim rahimahullah.

Tanya: Mengapa dan Bagaimana

Dalam ibadah ditanyakan dua hal, yaitu: (1) Mengapa? (2) Bagaimana?

Sebagian salaf berkata,

ما من فعلة وإن صغرت إلا ينشر لها ديوانان : لم وكيف أى لم فعلت وكيف فعلت

“Setiap amalan tidak lepas dari dua pertanyaan yaitu mengapa dan bagaimana, maksudnya (1) mengapa dilakukan? (2) bagaimana dilakukan?” (Ighatsah Al-Lahfan, 1: 42).

Pertanyaan pertama dimaksudkan apakah motivasi yang mendorong melakukan amalan tersebut, apakah dilakukan untuk meraup keuntungan dunia, suka akan pujian manusia, takut pada celaan mereka, ataukah ingin mendekatkan diri pada Allah.

Pertanyaan kedua dimaksudkan bagaimana amalan tersebut dilakukan, apakah sesuai yang disyari’atkan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– ataukah tidak.

Intinya, pertanyaan pertama tentang ikhlas dalam amalan, sedangkan pertanyaan kedua tentang ittiba’ (mengikuti ajaran Rasul – shallallahu ‘alaihi wa sallam-). Amalan tidaklah diterima melainkan dengan memenuhi dua syarat ini. Sehingga hati yang selamat dan meraih kebahagiaan adalah hati yang ikhlas dan hati yang berusaha mengikuti setiap petunjuk Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam amalan ibadah. Sehingga Ibnul Qayyim pun mengatakan,

فهذا حقيقة سلامة القلب الذي ضمنت له النجاة والسعادة

“Inilah (hati yang ikhlas dan ittiba’) itulah hakikat hati yang salim, yang akan meraih keselamatan dan kebahagiaan.” (Ighatsah Al-Lahfan, 1: 43).

*Hati yang Mati*

Hati yang mati adalah lawan dari hati yang hidup. Hati yang mati adalah hati yang tidak ada kehidupan di dalamnya. Hati seperti ini tidak mengenal Rabbnya, tidak menyembah-Nya dengan menjalankan perintah-Nya sesuai ia cintai dan ridhoi. Bahkan hati seperti ini hanya mau menuruti syahwat dan keinginannya walau sampai membuat Allah murka dan marah. Ia tidak ambil pusing apakah Rabbnya peduli ataukah tidak. Hakikatnya ia beribadah pada selain Allah dalam hal cinta, takut, harap, ridho, murka, pengagungan dan penghinaan diri. Jika ia mau mencinta, maka ia mencintai karena hawa nafsunya (bukan karena Allah). Begitu pula ketika ia membenci, maka ia membenci karena hawa nafsunya (bukan karena Allah). Sama halnya ketika ia memberi atau menolak, itu pun dengan hawa nafsunya. Hawa nafsunya lebih ia cintai daripada ridho Allah. Hawa nafsu, syahwat dan kebodohan adalah imamnya. Kendaraannya adalah kendaraannya.

Hati yang mati ini adalah hati yang tidak mau menerima kebenaran dan juga tidak mau patuh. Berbeda halnya dengan hati yang sehat yang mengetahui kebenaran, patuh dan menerimanya.

Demikian penjelasan Ibnul Qayyim yang kami sarikan dari kitab Ighatsah Al-Lahfan, 1: 44, 46.

Kalau kita perhatikan, orang yang punya penyakit dalam hati lebih berbahaya dari penyakit badan. Karena penyakit badan hanya membuat sengsara dan sulit di dunia. Sedangkan penyakit hati mengakibatkan sengsara dunia dan akhirat.

Moga Allah memberi taufik pada hati agar terus sehat dan dihindarkan dari penyakit yang membahayakan.

@ DS, Panggang, Gunungkidul, 6 Rabi’ul Awwal 1438 H

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Sunday, November 7, 2021

Menyembunyikan Amal Shaleh Agar Terhindar dari Riya’

Silsilah Amalan Hati dan Penyakit Hati

http://ilmiyyah.com/archives/5028

🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله

والصلاة والسلام على رسول الله

Di antara tips berikutnya, tips ketiga agar kita terhindar dari riya’, yaitu usahakan kita menyembunyikan amal shalih kita. Dan ini adalah wasiat dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

مَنْ اِسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَكُونَ لَهُ خَبِيءٌ مِنْ عَمَلٍ صَالِحٍ فَلْيَفْعَلْ

“Barangsiapa yang mampu untuk memiliki amalan shalih yang tersembunyi, maka lakukanlah.” (HR Ahmad dalam Az Zuhdu, Ash-Shahihah 2313)

Diriwayatkan oleh Hanad bin as-Sâri rahimahullah dari Zubair bin Awwam Radhiyallahu anhu, dia mengatakan “Siapa diantara kalian yang bisa memiliki amal shaleh yang dikerjakan secara sembunyi-sembunyi, maka hendaklah dia lakukan" (Az-Zuhd, 2/444. Juga diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhd, 1/392)

Karena kalau amalan shalih tersembunyi itu pahalanya lebih besar dan lebih terjauhkan daripada riya‘. Seorang yang beramal shalih tatkala sendirian, ini menunjukkan dia bukan orang munafik. Karena dia sedang tidak mencari muka kepada manusia, dia tahu tidak ada yang melihat keculai Allah, menunjukkan dia orang beriman.

Maka ketika Hudzaifah ditanya: “Apakah aku termasuk orang munafik?” Maka Hudzaifah bertanya kepada orang tersebut: “Apakah engkau shalat tatkala sendirian?” Orang itu berkata: “Iya,” Kata Hudzaifah: “Berarti engkau bukan orang munafik.” Karena di antara tanda orang yang imannya benar-benar beriman, tidak ada kemunafikan pada dirinya, ketika dia semangat dari beribadah ketika tidak ada yang melihatnya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini menunjukkan dia tidak berharap sedikitpun sanjungan dari manusia.

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Siapa yang mampu untuk memiliki amalan shalih yang tersembunyi, maka lakukanlah.”

📑 *Wasiat para salaf*

Ini juga wasiat para salaf. Sebagaimana perkataan Abu Hazim Salamah bin Dinar:

اكتم حسناتك كما تكتم سيئاتك

“Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana engkau sembunyikan keburukan-keburukanmu.”

Bukankah kita kalau punya keburukan atau aib maka kita sembunyikan? Kita malu menceritakannya. Kata Abu Hazim Salamah bin Dinar: “Demikianlah dengan kebaikanmu sembunyikanlah,” jangan suka obral, cerita sana-sini. Meskipun setan menggelitiki hati kita untuk cerita, jangan cerita! Kita sembunyikan amalan shalih kita. Ketahuilah amalan shalih yang tersembunyi meskipun kelihatannya sedikit namun besar di sisi Allah. Kenapa? Karena ini tanda orang beriman yang jauh daripada riya’.

Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, di antaranya dua yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebutkan, Nabi berkata:

رَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ

“Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya kemudian dia sembunyikan sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari, Muslim dan yang lainnya)

Begitu gamblang Nabi jelaskan, sampai-sampai Nabi mengatakan: “Tangan kiri tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanan.” Padahal kita tahu tangan kiri selalu bersama tangan kanan. Apa yang dikerjakan tangan kanan maka tangan kiri tahu. Dan bahkan tangan kiri adalah bagian dari tubuh seorang manusia. Tapi sebagian tubuhnya tidak tahu apa yang dikerjakan oleh tangan kanannya. Ini menunjukkan semangatnya dia untuk menyembunyikan amal shalihnya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak sebutkan berapa sedekahnya, bisa jadi banyak, bisa jadi sedikit. Tapi yang menakjubkan di sini, yang membuat dia hebat pada hari kiamat kelak dan dinaungi oleh Allah dalam naungan ‘Arsy Allah adalah karena dia ikhlas menyembunyikan amal shalihnya.

Kemudian di antara tujuh golongan tersebut juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

رَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

“Orang yang dia sendirian kemudian dia mengingat Allah lantas dia menangis.”

Lihat amalan ini, mungkin banyak yang bisa menangis. Bahkan mungkin kapan saja dia bisa menangis. Tetapi menangis sendirian karena Allah dan tidak ada yang melihat, karena mengagungkan Allah, maka ini amalan yang hebat di sisi Allah. Kenapa? Karena dia menangis saat tidak ada yang melihat.

Kita kalau menangis di depan banyak orang, mungkin orang menangis lalu kita ikut menangis karena kita terbawa oleh suasana, oleh perasaan. Tapi ketika kita sendirian tidak ada yang tahu, semua orang sedang tidur, kemudian kita menangis karena Allah, maka ini pahala bukan sepele di sisi Allah. Karena ini menunjukkan keikhlasan, benar-benar dia mencari keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

🔖 *Praktek para salaf dalam menyembunyikan amal*

Karenanya kalau kita lihat bagaimana praktek para salaf, sangat menakjubkan. Bagaimana mereka berusaha untuk menyembunyikan amal shalih mereka. Dan ini peringatan bagi kita. Kalau para salaf dahulu mereka berusaha susah payah menyembunyikan amal shalih mereka, bahkan di antara mereka ada yang marah kalau ketahuan amal shalih mereka. Sementara sebagian kita di zaman sekarang ini bersusah payah untuk pencitraan, bersusah payah agar orang tahu seluruh amalan ibadah yang kita lakukan.

🔖 *Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib*

Di antara contoh yang menakjubkan adalah Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib, yaitu yang dikenal dengan Zainal Abidin. Ali bin Husain setiap hari memikul sekarung roti atau gandum untuk disedekahkan kepada fakir miskin. Ketika dia meninggal dunia, maka orang-orang miskin tersebut kehilangan sedekah yang biasa mereka dapat di pagi hari. Ketika dia dimandikan, ternyata di pundaknya Ali bin Husein ada bekas hitam. Ternyata inilah orang yang memikul gandum untuk dibagi-bagikan kepada fakir miskin.

Subhanallah, tidak ada yang tahu, dia diam, tidak pernah singgung-singgung, mereka baru tahu ketika dia meninggal tidak ada lagi yang bagi-bagi, siapa lagi kalau bukan dia? Apalagi ada bekas hitam di pundaknya.

Allahuakbar, betapa para salaf dahulu begitu semangat untuk menyembunyikan amal shalih mereka.

🔖 *Tamim Ad-Dari*

Lihatlah Tamim Ad-Dari, ketika ada yang bertanya kepada sahabat Tamim Ad-Dari Radhiyallahu ‘Anhu: “Bagaimana shalat malammu?” Maka marahlah Tamim Ad-Dari, dia berkata: “Demi Allah, satu rekaat saja shalatku di tengah malam tanpa diketahui oleh orang lain, itu lebih aku sukai daripada aku shalat semalam penuh kemudian aku ceritakan kepada manusia.”

Allahuakbar.. Ditanya bagaimana shalat malammu, dia marah ditanya-tanya seperti itu. Maksudnya: “Kamu tanya begitu supaya saya menceritakan amal shalih saya?” kira-kira demikianlah.

Dia mengatakan bahwa satu rakaat shalat tidak ada yang tahu lebih saya sukai daripada saya shalat semalam suntuk kemudian saya ceritakan kepada orang lain. Lihatlah Tamim Ad-Dari tidak membuka pintu riya’. Dia tidak mau cerita tentang shalat malamnya sama sekali bahkan dia marah kepada orang yang bertanya-tanya tentang ibadah rahasianya.

🔖 *Ayyub As-Sikhtiyani*

Lihatlah Ayyub As-Sikhtiyani Rahimahullahu Ta’ala sebagaimana yang disebutkan bahwa beliau shalat panjang malam. Ketika menjelang fajar, maka beliau kembali berbaring tidur, ketika terbit fajar dia pun mengangkat suaranya seakan-akan dia baru saja bangun ketika itu. Hal ini agar tersembunyikan bahwa dia tadi malam shalat malam. Maka dia kelihatannya seperti orang baru bangun tidur dengan mengangkat suara sehingga orang menyangka dia tidur pulas. Artinya apa? Dia berusaha bersusah payah untuk menyembunyikan amal shalihnya agar tidak ketahuan.

🔖 *Ibnul Mubarak*

Demikian juga cerita dari Abdullah bin Al-Mubarak Rahimahullahu Ta’ala, Muhammad bin A’yun bercerita: “Suatu hari aku bersama Abdullah bin Al-Mubarak dalam peperangan di negeri Romawi. Ketika shalat isya’ selesai, Ibnul Mubarak kemudian merebahkan kepalanya untuk menampakkan kepadaku bahwa seakan-akan dia sudah tidur. Dan aku pun pura-pura tidur. Aku letakkan tombakku di atas kepalaku kemudian aku tidur di atas tombak tersebut, seakan-akan aku juga sudah tidur.

Setelah Ibnul Mubarak menyangkaku sudah tidur, maka dia pun bangun diam-diam, pelan-pelan dan tidak seorang pun dari pasukan yang mendengarnya dan melihatnya dan dia shalat malam sampai terbit fajar. Ketika sudah terbit fajar, maka dia pun datang kepadaku untuk bangunkan aku. Dia menyangka aku tidur, padahal aku tidak tidur, aku melihat dia semalam shalat malam.

Kemudian dia berkata: ‘Ya Muhammad (Yaitu Muhammad bin A’yun), bangunlah.’ Aku lalu menimpalinya dan berkata: ‘Sesungguhnya aku tidak tidur.’ Yaitu seakan-akan Muhammad bin A’yun mengatakan: ‘Saya tadi malam melihat apa yang kau lakukan, yaitu engkau shalat malam.’

Maka ketika Ibnul Mubarak tahu bahwasanya aku tidak tidur, maka dia pun berubah sikapnya kemudian dia tidak pernah lagi berbicara dengan aku, dan dia juga tidak ramah denganku, setiap peperangan seakan-akan dia tidak suka aku mengetahui shalat malamnya. Dan itu selalu nampak di wajahnya hingga beliau wafat.

Kemudian kata Muhammad bin A’yun: ‘Aku tidak pernah melihat orang yang lebih menyembunyikan kebaikan-kebaikannya daripada Ibnul Mubarak.’”

Allahuakbar.. Ketahuan shalat malamnya dia marah. Tidak seperti sebagian kita yang ketahuan malah senang, bahagia, malah gembira, kalau perlu dishare di medsos.

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, ini tips kelihatannya sepele tapi ini adalah perkara yang sangat penting. Agar kita bisa selamat dari riya’, jangan buka-buka pintu riya’. Hati kita ini lemah, jangan coba-coba ceritakan amal shalih kita. Hati kita ini sangat lemah.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ

Tuesday, April 6, 2021

PENYAKIT HATI YANG TERSEMBUNYI

Ibnu Rojab rohimahullah berkata:

إنَّ خاتمة السوء،

‏ تكون بسبب دسيسة باطنة للعبد،

‏لا يطَّلع عليها الناس

“Sesungguhnya suul khotimah disebabkan oleh penyakit yang ada di batin seorang hamba yang tidak diketahui oleh manusia..”

(Jami’ul Ulum wal Hikam 1/57)

Terkadang..

Seseorang terlihat soleh di hadapan manusia..

Namun saat sendiri ia memaksiati Allah..

Terkadang..

Seseorang menampilkan amalnya kepada manusia..

Sehingga manusia memujinya..

Sementara hatinya riya berharap pujian manusia..

Ada lagi orang yang ikhlas saat beramal..

Namun tertimpa ujub dan sombong setelah beramal..

Ada lagi yang tertipu dengan banyaknya amal yang ia lakukan..

Lalu ia memandang remeh maksiat dan melakukannya..

Ternyata ajalnya menjemput saat ia bermaksiat..

Itu semua penyakit batin yang membinasakan..

#selfreminder

Ditulis oleh,

Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc,  حفظه الله تعالى 

Semoga bermanfaat,

Baca Juga Artikel Terbaru Kami Disini : 

Rasulullooh Juga Berdagang

Cara Mengatasi Pandemi 

Besarnya Dosa Meninggalkan Sholat

Kunci Bahagia dan Sukses

Belajar Al Qur'an Dengan Metode Ummi (jilid 3 )

Gara-gara Menyiksa Kucing

Buku-buku Penuh Manfaat dan Hikmah

Kisah Nabi Ismail as dan Telaga Zam-Zam

Manusia - Manusia Lemah

Carilah Sahabat Seperti ini

Hukum Riya'

Sebab Sempit Hati

Wanita Wajib Izin Suami Saat Akan Keluar Rumah

Kisah Nabi Luth as.

Balasan Penyebar Aib

Istighfar/Doa Anak 

Pejuang Sunnah

Pendidikan Agama Anak

Lunasi Hutang Dengan Kesederhanaan

Tiga Kamus Bahasa Tentang Pekerjaan

Perhiasan dalam Tiga Bahasa

Tiga Bahasa Untuk Warna dan Busana

Tiga Bahasa Untuk Perkakas dan Elektronik

Tiga Bahasa Bab Sekolahan

Meskipun Sakit, Pahala Tetap Mengalir

Hak Istri Dalam Rumah Tangga

Perdebatan Nabi Ibrahim dan Raja Namrud

Mendo'akan Orang Tua

Utusan Setan

Bertaubat, Setiap Dosa Akan di Ampuni

Perbanyak Doa Untuk Melunasi Hutang

Ciri Suami Pembawa Rejeki

Tiga Bahasa Tentang Organ Tubuh

Perilaku yang Sesuai Surat Yunus

Tiga Bahasa Tentang Hari dan Bulan

Cara Melindungi Akun Whatsapp

Menghidupkan Sunnah

Infak dan Sedekah

Kandungan Surat Az zumar dan Surat At taubah

Kandungan Surat An nisa dan Al maidah

Lailatul Qadar

Mengatasi Malas Menuntut Ilmu

Sholat Taubat

Sunnah yang Terlupakan

Menyembunyikan Kebaikan

Hakikat Dunia

Hukum memakai Hijab dalam pandangan 4 Mazhab

Panduan Shalat Tahajud

Meminta Izin dan Mengucapkan Salam

Seputar Syirik

Mata Cerminan Hati

Dikagumi Oleh Allaah, Kok Bisa ya ?

Sakit Adalah Ujian, Cobaan, dan Takdir

Islam Telah Sempurna 

Sifat Orang yang Sering Berhutang

Beriman Kepada Nabi Muhammad

Melihat Kebawah Dalam Urusan Dunia

Doa Memohon Anak Yang Shalih

Sakit manghapuskan dosa-dosa kita

Ibu, Ibu, Ibu, Bapak

#griyakajiansunnah

Silahkan di share atau simpan link ini, sehingga  link bisa dibagikan setiap saat

Jazakallah Khairan.


 

Hikmah Berqurban