Showing posts with label Toleransi. Show all posts
Showing posts with label Toleransi. Show all posts

Tuesday, July 18, 2023

Toleransi Salah Kaprah

Fenomena Topi Natal

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Musim natal, orang mulai berhamburan berhias lambang nasrani. Tidak hanya mereka yang beragama nasrani, termasuk orang-orang islam yang kurang perhatian dengan agama, turut menyandang atribut agama pastur itu. Umumnya berasalan, toleransi antar umat beragama.

Kita tidak tahu, apakah ini makna tolerasi yang diajarkan di dunia pendidikan di tempat kita, atau karena keberhasilan konspirasi non muslim terhadap umat islam. Yang jelas, kondisi semacam ini menandakan betapa kaum muslimin telah berubah menjadi umat tanpa jati diri. Sampai atribut agama lainpun dia banggakan.

Barangkali inilah kejadian yang telah diingatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang  kondisi umat islam di akhir zaman. Mereka menjadi manusia yang labil dan mudah membeo umat lain.

Dari Abu Said al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ ، حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ » . قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ « فَمَنْ »

Sungguh kalian (umat islam) akan mengikuti kaum sebelum kalian, sama persis seperti jengkal kanan dengan jengkal kiri atau seperti hasta kanan dengan hasta kiri. Hingga andai mereka masuk ke lubang biawak gurun, kalianpun akan mengikuti mereka.

Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah yang anda maksud orang yahudi dan nasranni?’

Jawab beliau, “Siapa lagi (kalau bukan mereka).”

(HR. Bukhari 7320 & Muslim 6952).

*Makna Toleransi*

Saya kira, semua yang pernah belajar pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) memahami bahwa makna tolerasi bukanlah mengikuti ajaran agama lain. Bukan pula memasang atribut agama lain, yang bukan agamanya. Karena kita semua paham, memasang atribut agama lain, tak ubahnya membanggakan simbol agama itu, dan itu bagian dari bentuk turut serta terhadap peribadatan agama lain.

Dalam KBBI, sikap toleran diterjemahkan sebagai sikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb) yg berbeda atau bertentangan dng pendirian sendiri.

Kita memberikan toleransi agama lain, berarti kita membiarkan penganut agama lain untuk menjalankan aktivitas agama mereka.

Perez (2003), dalam bukunya How the Idea of Religious Toleration Came to the West memberi batas toleransi sebagai sikap menghormati keberadaan agama atau kepercayaan lainnya yang berbeda.

Baik, kita tidak akan memperpanjang kajian masalah definisi. Kita sudah menemukan inti makna toleransi, yaitu membiarkan, menghormati dan tidak mengganggu penganut agama lain.

Jika kita memahami ini, kita bisa memahami, sebenarnya siapakah penganut agama yang paling toleran di Indonesia?.

Di bali, muslimah dilarang berjilbab. Lembaga keuangan syariah digugat keberadaannya. Karyawan muslim, kurang mendapatkan kebebasan dalam beribadah. Inikah sikap toleran??

Di kupang, NTT, keberadaan masjid digugat. Untuk mendirikan masjid baru, prosedurnya sangat dipersulit.

Di daerah muslim minoritas, orang islam sering mejadi ‘korban’ penganut agama lain. Inikah tolerasi?

Mereka memaksa kaum muslimin untuk toleransi, di saat yang sama, mereka meluapkan sikap sentimen terhadap islam.

Mereka mengajak kita untuk mengenakan topi santa, pasang pohon natal, bagi-bagi ucapan selamat natal, sementara di saat yang sama, mereka mengajak kita melepaskan atribut islam.

*Bahaya Tasyabbuh*

Andai tidak ada konsekuensi buruk terhadap perbuatan semacam ini, mungkin masalahnya lebih ringan. Namun kenyataannya tidak demikian, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi ancaman bagi orang yang tasyabuh (meniru) tradisi agama lain. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من تشبه بقوم فهو منهم

“Siapa yang meniru kebiasaan satu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut.” (HR. Abu Daud 4033 dan dishahihkan al-Albani).

Sahabat Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu ‘anhuma juga mengingatkan,

من بنى بأرض المشركين وصنع نيروزهم ومهرجاناتهم وتشبه بهم حتى يموت خسر في يوم القيامة

“Siapa yang tinggal di negeri kafir, ikut merayakan Nairuz dan Mihrajan (hari raya orang majusi), dan meniru kebiasaan mereka, sampai mati maka dia menjadi orang yang rugi pada hari kiamat.” (HR. Baihaqi dengan sanad Jayid).

*Atribut Natal, Itu Doktrin Agama*

Hari raya merupakan bagian dari agama dan doktrin keyakinan, bukan semata perkara dunia dan hiburan. Termasuk semua simbol dan atribut yang digunakan untuk memeriahkannya.

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang di kota Madinah, penduduk kota tersebut merayakan dua hari raya, Nairuz dan Mihrajan. Beliau pernah bersabda di hadapan penduduk madinah,

قدمت عليكم ولكم يومان تلعبون فيهما إن الله عز و جل أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الفطر ويوم النحر

“Saya mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari raya, yang kalian jadikan sebagai waktu untuk bermain. Padahal Allah telah menggantikan dua hari raya terbaik untuk kalian; idul fitri dan idul adha.” (HR. Ahmad 13164, Nasa’i 1567, dan dihahihkan Syuaib al-Arnauth).

Perayaan Nairuz dan Mihrajan yang dirayakan penduduk madinah, isinya hanya bermain-main dan makan-makan. Sama sekali tidak ada unsur ritual sebagaimana yang dilakukan orang majusi, sumber asli dua perayaan ini. Namun mengingat dua hari tersebut adalah perayaan orang kafir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya. Sebagai gantinya, Allah berikan dua hari raya terbaik: Idul Fitri dan Idul Adha.

Untuk itu, turut bergembira dengan perayaan orang kafir, meskipun hanya bermain-main, tanpa mengikuti ritual keagamaannya, termasuk perbuatan yang telarang, karena termasuk turut mensukseskan acara mereka.

Allahu a’lam.

Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

https://konsultasisyariah.com/24018-toleransi-salah-kaprah-fenomena-topi-natal.html



Wednesday, December 22, 2021

Sunday, December 20, 2020

Natal Bukanlah Perayaan Kaum Muslimin Bagaimana Wujud Toleransinya

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa perayaan bagi kaum muslimin hanya ada 2, yaitu hari ‘Idul fitri dan hari ‘Idul Adha.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata : “Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa jahiliyah. Maka beliau berkata : Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya kurban (‘Idul Adha) dan hari raya ‘Idul Fitri” (HR. Ahmad, shahih).

Sebagai muslim yang ta’at, cukuplah petunjuk Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjadi sebaik-baik petunjuk.

Semoga bermanfaat.

Baca Juga Artikel Terbaru Kami: 

Kisah Nabi Ismail as dan Telaga Zam-Zam

Kisah Nabi Luth as.

Tiga Kamus Bahasa Tentang Pekerjaan

Perhiasan dalam Tiga Bahasa

Tiga Bahasa Untuk Warna dan Busana

Tiga Bahasa Untuk Perkakas dan Elektronik

Tiga Bahasa Bab Sekolahan

Hak Istri Dalam Rumah Tangga

Perdebatan Nabi Ibrahim dan Raja Namrud

Mendo'akan Orang Tua

Ciri Suami Pembawa Rejeki

Tiga Bahasa Tentang Organ Tubuh

Perilaku yang Sesuai Surat Yunus

Tiga Bahasa Tentang Hari dan Bulan

Cara Melindungi Akun Whatsapp

Menghidupkan Sunnah

Infak dan Sedekah

Kandungan Surat Az zumar dan Surat At taubah

Kandungan Surat An nisa dan Al maidah

Lailatul Qadar

Menyembunyikan Kebaikan

Seputar Syirik

Beriman Kepada Nabi Muhammad

#griyakajiansunnah

Saturday, October 31, 2020

Perilaku Sesuai QS. Yunus

Yaitu perilaku yang sesuai dengan QS. Yunus ayat 40-41 dan Hadist Riwayat Ahmad tentang toleransi :

Perilaku umum yang harus ditegakkan oleh umat Islam :

1. Dalam urusan muamalah, seperti berbuat baik dan tolong menolong antara sesama umat beragama, perlu dilakukan dan dikembangkan hubungan yang baik dan saling menguntungkan dalam kehidupan sehari-hari. Allaah berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 13, yang artinya : 

" Wahai manusia sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu disisi Allaah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allaah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti."

2. Dalam urusan akidah dan ibadah, maka tidak ada istilah toleransi. Sebab akidah dan ibadah umat Islam  dengan umat beragama lain sangat berbeda, sehingga dalam urusan keduanya ini, tidak boleh dicampuradukkan. Hal ini sesuai firman Allaah dalam QS. Al-Kafirun ayat 1-6 yang artinya :

"Katakanlah (Muhammad) Wahai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah apa yang aku sembah, untukmu agamamu dan untukku agamaku"

3. Memelihara persaudaraan terhadap sesam orang Islam

Allaah berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 10, yang artinya:

" Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antar kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kepada Allaah agar kamu mendapat rahmat"

Perilaku tolerana dan kerukunan yang harus ditegakkan :

1. Bentuk - bentuk perilaku toleran dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari dirumah

Misal terhadap orang tua dan saudara termasuk pembantu rumah tangga, sikap toleran yang seharusnya ditegakkan, seperti ; orang tua menghargai pendapat anak, seorang anak menghormati dan menaati perintah orang tua, orang tua dan anak menghargai kinerja pembantu rumah tangga dan sejenisnya. Dengan sikap ini, akan terwujud sikap toleran dan rukun dalam kehidupan keluarga. Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda menjadi bagian dalam seruan ajaran agama islam yang wajib ditegakkan oleh umat islam.

Nabi SAW bersabda yang artinya :

" Abdullaah bin 'Amr bin Al-'Ash r.a berkata Rasulullaah saw Bersabda, "Bukan dari umatku, orang yang tidak belas kasihan kepada orang yang lebih kecil dan tidak menghargai yang lebih tua "(HR. Ahmad)

2. Bentuk - bentuk perilaku toleran dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat

Masyarakat adalah kumpulan berbagai bentuk keluarga. Dimasyarakat kehidupan semakin majemuk. Dengan kemajemukkan tersebut, agar anggota masyarakat harus mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Kepentingan umum yang dimaksud adalah kepentingan untuk mewujudkan suasana hidup damai, rukum, tentram, amam dan nyaman. Suasana kehidupan yang demikian ini akan terrwujud jika antar anggota masyarakat mampu mewujudkan sikap hidup toleran dan rukun dalam segala bidan, termasuk terhadap pemeluk agama yang berbeda. Wujudnya adalah saling mengerti, menghargai, dan menghormati serta menjauhkan diri dari perilaku egois

Semoga beemanfaat

Baca Juga : Kajian Sunnah Terbaru Klik Disini


Friday, October 2, 2020

Adab Meminta Izin yang Perlu diajarkan Kepada Anak Kita

Berikut ini beberapa adab meminta izin yang perlu diajarkan pada anak :

Pertama : Memilih waktu yang tepat

Jangan meminta izin untuk masuk diwaktu-waktu seperti pagi buta, tengah hari atau larut malam. Kecuali jika ada kepentingan yang mendesak.

Allah Berfirman dalam QS. An-Nur (24) : 58

"Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah hamba sahaya kalian ( lelaki atau wanita ) dan anak-anak kalian yang belum baligh, mereka meminta izin kepada kalian ditiga waktu. Yaitu sebelum shalat subuh, ketika kalian melepas pakaian (luar) kalian ditengah hari dan sesudah Shalat Isyak. (Itulah tiga aurat kalian ) "

Kedua : Mengetuk Pintu Sebanyak tiga kali

Ini dilakukan baik ketika akan masuk kamar atau rumah orang lain. Bila dipersilahkan, maka masuklah. Tetapi jika tidak di Izinkan maka hendaklah dia kembali. Rasulullaah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : " Jika salah seorang dari kalian meminta izin tiga kali, lalu tidak diizinkan, maka hendaklah dia kembali" ( HR. Bukhari dan Muslim )

Ketiga : Mengetuk Pintu Secara Proposional

Artinya tidak terlalu keras, sehingga mengagetkan orang yang didalam. Juga tidak terlalu lirih, yang mengakibatkan ketukan tidak terdengar. Pernah ada seorang wanita berkunjung kerumah Imam Ahmad dan mengetuk pintu dengan keras. Maka Imam Ahmad pun berkomentar, "Ini adalah ketukan pintu ala aparat keamanan "

Keempat : Memberi Jeda Waktu antara satu ketukan dengan ketukan berikutnya

Karena dengan mengetuk pintu dengan terus menerus, akan mengganggu ketenangan penghuni rumah atau kamar. Dan juga bisa membuat kaget.

Kelima : Tidak berdiri pas menghadap pintu

Akan tetapi hendaklah mengambil posisi disisi kanan atau kiri pintu, jangan menghadap langsung kepintu, sehingga ketika tuan rumah membuka pintu, isi rumah atau kamar tidak langsung terlihat oleh anda. Mungkin ada hal-hal yang kurang etis untuk terlihat oleh anda. inilah etika yang diajarkan Rasulullaah Shllallahu'alaihi wasallam.

Abdullah bin Busr Radhiyallahu 'anhu menuturkan, "bahwasanya Rasulullah Shllallahu'alaihi wasallam bila bertamu,beliau tidak menghadapa pas kearah pintu. Namun beliau berdiri disisi kanan atau kiri sambil mengucapkan, Assalamu'alaikum. Hal itu disebabkan pada waktu itu rumah-rumah belum dilengkapi tirai" HR. Abu Dawud dan dinilai sahih oleh Adh-Dhiya' al-Maqdisiy juga al-Albaniy.

Keenam : Mengucapakan salam dulu sebelum meminta izin untuk masuk

Rasulullah Shllallahu'alaihi wasallam bersabda : " Janganlah kalian mengizinkan masuk orang yang tidak mengucapkan salam " HR Abu Ya'la al-Mushiliy dan dinilai sahih oleh al-Albaniy

Ketujuh : Memperkenalkan identitas diri

Yaitu memperkenalkan diri ketika ditanya, "Siapa?" jangan menjawab "saya"

Rasulullah Shllallahu'alaihi wasallam pernah didatangi Jabir, diapun mengetuk pintu, Beliau lalu bertanya,"siapa?". Jabir menjawab "saya". Maka Rasulullah Shllallahu'alaihi wasallam berkomentar, "Saya, saya!". Seakan Beliau tidak berkenan dengan jawaban itu. HR. Bukhari dan Muslim

Kedelapan : Menundukan pandangan ketika masuk

Artinya jangan liar memandang kesana kemari. Adab seperti harus ditekankan kepada anak semenjak kecil. 

Karena Rasulullah Shllallahu'alaihi wasallam bersabda, 

"Sesungguhnya meminta izin itu diberlakukan dalam rangka untuk menjaga pandangan mata" HR. Bukhari dan Muslim dari Sahl bin Sa'ad Radhiyallahu'anhu.

Kesembilan : Pulang jika tidak diizinkan

Karena Allah Berfirman ,

"Jika kalian tidak menemui seorangpun didalamnya, maka janganlah masuk sebelum kalian mendapat izin. Jika dikatakan kepadamu, "Kembalilah, maka hendaklah kalian kembali. Itu lebih Suci bagi kalian dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. QS. An-Nur ( 24 ) : 28

Kesepuluh : Dilarang mengintip kedalam kamar ataupun rumah orang lain

Ajarkan kepada anak bahwa hukumnya haram mengintip kedalam rumah ataupun kamar orang lain.

Rasulullah Shllallahu'alaihi wasallam bersabda,

"Sekiranya ada seorang yang mengintip rumahmu tanpa izin lalu engkau melemparnya dengan batu hingga tercungkil matanya, maka tiada dosa atasmu" HR. Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu

Artinya dilarang sangat keras untuk melakukan tindakan ini

Silahkan dishare semoga bermanfaat dunia dan akhirat.

Tuesday, December 17, 2019

Toleransi Dalam Beragama

Berhubung waktu Natal atau Tahun Baru Masehi sudah dekat. Tdk ada salahnya mulai kini sudah mengingatkan sesama Muslim

*Inilah yang dimaksud, TOLERANSI BERAGAMA.*

 Indahnya saling mengingatkan. 
    Menjelang NATAL..

*Muslim* : "Bagaimana natalmu? " 

*David*   :
 "Baik, kau tidak mengucapkan selamat natal padaku.?" 

*Muslim* : 
"Tidak, Agama kami menghargai toleransi antar agama, termasuk agamamu. Tapi urusan ini, agama saya melarangnya.!"

*David* : 
"Tapi kenapa..? Bukankah hanya sekedar kata2..? 

*Muslim* :
"Benar....
Saya mejadi muslimpun karena hanya sekedar kata2, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat.

Saya halal menggauli istri sayapun, karena hanya sekedar kata2 yaitu akad nikah, dan....

Istri saya yg sa'at ini sedang halal saya gaulipun bisa kembali menjadi haram atau zina jika saya mengucapkan kata talak atau cerai, padahal hanya sekedar kata2.

*David* :
"Tapi teman2 muslimku yang lain mengucapkannya padaku..?" .

*Muslim* :
 "Ooh...mungkin mereka belum faham dan mengerti.
 Ohya, bisakah kau mengucapkan dua kalimat Syahadat David?! "

*David* : 
"Oh tidak, saya tidak bisa... Itu akan mengganggu Keimanan saya..!" 

*Muslim* : 
"Kenapa? Bukankah hanya kata2 toleransi saja? Ayo, ucapkanlah..!!"

*David* : 
" Ok ok..sekarang, saya paham dan mengerti.." 

Inilah yang menyebabkan BUYA HAMKA, memilih meninggalkan jabatan Dunia, sebagai Ketua MUI. ketika didesak pemerintah untuk mengucapkan ;

         "SELAMAT NATAL"

Meskipun anggapan, hanya Berupa kata-kata keakraban. 

Atau sekedar toleransi. namun disisi Allah, nilainya justru menunjukkan kerendahan AQIDAH.

Banyak sekali muslim, yang tidak faham, dan tidak mau mengerti akan konsep ilmu Agama, yang disisi lain, mereka faham akan ilmu2 umum. yang sifatnya tiada kekal, tidak ada gunanya, untuk keselamatan AKHIRATnya yang Abadi nanti. 

Bila Pesan ini, bisa ditularkan ke yang lain, berarti kita telah berda'wah kepada orang banyak. 

Selamatkan Aqidah keluarga kita dan Saudara Muslim lainnya.

   "Lakum diinukum, waliyadiin" *untukmu agamamu dan untukku agamaku.*(QS. Alkafirun)

        ## 🙏💖🌺🌸 ##

Hikmah Berqurban