Showing posts with label covid 19. Show all posts
Showing posts with label covid 19. Show all posts

Tuesday, September 15, 2020

Hukum Shalat Berjamaah ke Masjid di Masa “New Normal”, Apakah Harus?

By Muhammad Abduh Tuasikal, MSc - June 4, 2020 

Apakah tetap harus ke masjid untuk shalat berjamaah di masa “new normal”?

Hukum shalat berjamaah di masjid adalah wajib menurut pendapat terkuat. Dalil-dalilnya adalah sebagai berikut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْتَطَبَ ، ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلاَةِ فَيُؤَذَّنَ لَهَا ، ثُمَّ آمُرَ رَجُلاً فَيَؤُمَّ النَّاسَ ، ثُمَّ أُخَالِفَ إِلَى رِجَالٍ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ

“Demi jiwaku yang ada pada tangan-Nya, aku telah bermaksud memerintahkan untuk mengambilkan kayu bakar, lalu dikumpulkan, kemudian aku memerintahkan azan shalat untuk dikumandangkan. Lalu aku memerintahkan seseorang untuk mengimami orang-orang berjama’ah, kemudian aku mendatangi orang-orang yang tidak shalat berjama’ah lalu aku membakar rumah mereka.” (HR. Bukhari, no. 644 dan Muslim, no. 651)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَتَى النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – رَجُلٌ أعْمَى ، فقَالَ : يا رَسُولَ اللهِ ، لَيسَ لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إلى الْمَسْجِدِ ، فَسَأَلَ رَسُولَ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – أنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّي فِي بَيْتِهِ ، فَرَخَّصَ لَهُ ، فَلَّمَا وَلَّى دَعَاهُ ، فَقَالَ لَهُ : (( هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلاَةِ ؟ )) قَالَ : نَعَمْ . قَالَ : (( فَأجِبْ ))

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kedatangan seorang lelaki yang buta. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki seorang penuntun yang menuntunku ke masjid.’ Maka ia meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberinya keringanan sehingga dapat shalat di rumahnya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberinya keringanan tersebut. Namun ketika orang itu berbalik, beliau memanggilnya, lalu berkata kepadanya, ‘Apakah engkau mendengar panggilan shalat?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, ‘Maka penuhilah panggilan azan tersebut.’ (HR. Muslim, no. 503)

Dari ‘Abdullah–ada yang mengatakan, “Amr bin Qais–yang dikenal sebagai Ibnu Ummi Maktum sang muazin radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللهِ ، إنَّ المَدينَةَ كَثِيْرَةُ الهَوَامِّ وَالسِّبَاعِ . فَقَالَ رَسُول اللهِ – صلى الله عليه وسلم – : (( تَسْمَعُ حَيَّ عَلَى الصَّلاةِ حَيَّ عَلَى الفَلاحِ ، فَحَيَّهلاً

‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya di Madinah banyak terdapat singa dan binatang buas.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Apakah engkau mendengar hayya ‘alash shalah, hayya ‘alal falah? Maka penuhilah.’” (HR. Abu Daud, no. 553; An-Nasa’i, no. 852. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sahih). Hayyahalaa dalam hadits maksudnya adalah penuhilah. Hayyahalaa adalah bentuk isim fi’il amr.

Fatwa dari Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad Tentang Perihal Shalat Berjamaah di Masjid Saat New Normal

Intinya, dalam kondisi pandemi seperti ini, walaupun di satu sisi rasa takutnya tidak sedahsyat saat peperangan, akan tetapi di sisi lain bahaya ini lebih sulit dihindari daripada serangan musuh di medan perang. Karena musuh di medan perang dapat dilihat dan dihindari, sedangkan virus corona tidak dapat dilihat. Fakta bahwa penderita COVID-19 yang tidak menampakkan gejala (OTG) jumlahnya sekitar 80% dan sifat virus sangat-sangat mudah menular, ditambah dengan masih banyaknya masyarakat yang kurang disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan; menjadikan penyakit yang mematikan ini semakin berbahaya dan sulit dihindari.

Kemudian, musuh di medan perang hanya membahayakan mereka yang berada di medan perang, sedangkan virus corona dapat menyerang siapa saja termasuk yang berada di rumah, bila ada penghuni rumah yang sering keluar dan tertular lalu tidak menjaga kebersihan ketika masuk rumah, maka keluarganya dapat ikut tertular. Ini juga menjadi fakta yang tidak dapat kita abaikan, bahkan sudah banyak tenaga medis yang menulari keluarganya tanpa disengaja.

Apalagi di daerah yang fasilitas kesehatan dan tenaga medisnya sangat terbatas, atau bahkan sudah kewalahan dalam menghadapi banyaknya korban COVID-19, maka penerapan “new normal‟ di daerah tersebut justru semakin meningkatkan resiko tertular. Lain halnya dengan daerah yang sudah melewati puncak pandemi dan fasilitas serta tenaga medisnya lebih memadai, sehingga bahayanya lebih kecil.

Tentunya, semua fakta di atas menjadikan bahaya COVID-19 tidak boleh kita pandang sebelah mata, lalu mewajibkan muslimin untuk kembali meramaikan masjid dengan alasan bahwa shalat berjamaah hukumnya wajib. Padahal menurut para ahli, kondisi “new normal‟ ini justru sangat berpotensi menimbulkan gelombang kedua yang diprediksi akan memakan lebih banyak korban jiwa.

Kesimpulannya, bila ada sebagian kalangan yang belum berani shalat berjamaah di masjid walaupun setelah dibuka kembali, maka ia masih mendapat udzur secara syar’i. Dalam kondisi ini, berlaku kaedah,

دَرْءُ المَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ المَصْلَحَةِ

“Mencegah kerusakan lebih diprioritaskan dibanding mendatangkan kemaslahatan baru.” (Fatwa Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad, No: 030/DFPA/X/1441 Tentang Panduan Ibadah Di Masjid Di Masa New Normal)

Sumber fatwa : Fatwa Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad no. 030/ DFPA/ X/ 1444

Semoga bermanfaAt.

Diselesaikan di Darush Sholihin, Kamis sore, 12 Syawal 1441 H, 4 Juni 2020

Oleh: Al-Faqir Ilallah, Muhammad Abduh Tuasikal

https://rumaysho.com/24691-hukum-shalat-berjamaah-ke-masjid-di-masa-new-normal-apakah-harus.html

Friday, March 20, 2020

SISI POSITIF CORONA VIRUS


Tidak ada didunia ini yang terjadi kebetulan. Semua ada tujuan dan hikmah. 

Kira-kira apa hikmah dibalik pandemik Corona virus ini? 

1. Corona menutup bar, klub malam, rumah bordil, kasino dan tempat-tempat orang biasa bermaksiat.

2. Corona menurunkan suku bunga bank yang mencekik leher. 

3. Membawa keluarga bersama kembali dalam rumah dan melakukan aktivitas rumah bersama. 

4. Menghentikan orang memakan hewan mati dan terlarang 

5. Memindahkan alokasi anggaran militer menjadi anggaran perawatan kesehatan 

6. Negara-negara Arab telah melarang shisha.

8. Corona melemahkan para  diktator dunia yang selama ini sombong luar biasa. 

9. Corona membungkam kesombongan negara yang mengangap dirinya paling hebat dan tak terkalahkan. 

9. Manusia banyak berdoa dan berharap padaNya dan tidak semata-mata mengandalkan sains dan teknologi. 

10. Memaksa negara memperhatikan rakyatnya.

11. Memperlihatkan betapa bergunanya wudhu paling tidak lima kali dalam sehari.

12. Mengajarkan manusia bagaimana bersin, menguap dan batuk seperti yang diajarkan oleh Nabi SAW kita lebih dari 1400 tahun yang lalu. 

13. Coronavirus sekarang membuat kita tinggal di rumah dan hidup sederhana.

14. Corona mengajarkan bagaimana satu saja tentara Allah, yaitu virus kecil yang berukuran 150 nano bisa mengalahkan 7 milyar manusia yang hidup dibumi yang luasnya ratusan juta hektar.  

15. Memberi kesempatan kita untuk melihat bahwa mati itu nyata dan dekat dengan kita. 

16. Mengajar kita tidak gampang bersentuhan dengan yang bukan muhrim. 

17. Mengajar kita tidak jajan dan makan sembarangan diluar. 

18. Membangunkan kita pada kenyataan dan memberi kita kesempatan untuk meminta pengampunan dan bantuan-Nya. 

19. Semua yang kita miliki adalah milik Allah dan Allah bisa ambil kapan saja. 

20. Dan banyak lagi hikmah...sekitar 1000 hikmah lebih yg tidak bisa kita tulis disini.

Percayalah, Allah menurunkan sesuatu dengan hikmah. Ada pelajaran besar dalam hal ini bagi mereka yang bijaksana dan arif untuk melihat.

Sunday, March 15, 2020

Cara Menghadapi Corona

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Sehubungan dengan Global Pandemi Convid-19 ada kisah dari dunia Islam yg menarik utk dishare dalam WAG yg baik ini.

*Wabah Penyakit dalam Sejarah Islam & Bagaimana Menyikapinya* 

Hari ini umat manusia dihadapkan pada masalah bumi ini, sebuah virus/wabah yg tak terlihat. 

Tapi membuat seisi bumi takut..
Yang membuat semua kekuatan, senjata, dan kesombongan bertekuk lutut, lumpuh, dihadapan kekuasaan Allah SWT..

Memang begitulah sunatullahnya, 
Allah SWT menghancurkan tingginya kesombongan dunia dengan sesuatu yang kecil

Agar runtuh dengan sehina-hinanya, seperti Namrud yg mati hina karena seekor lalat. 

Tapi masalah bumi ini adalah masalah muslimin juga..
Bagaimana kita bersikap..?

Karena hari ini sebagian saudara kita menganggap remeh dengan pasrah saja

Dan ada yang sangat berlebihan dengan bahkan tidak mau berjabat tangan

Indahnya agama ini, karena semua masalah sudah ada solusinya..

Dan Rasulullah SAW bersama para sahabatnya adalah orang-orang paling berjasa dalam hidup kita

Dalam kebingungan kita hari ini pun mereka semua hadir dengan petunjuknya.. 

Bukan hanya itu, tapi mereka juga hadir membawa kabar gembira untuk kita..

Kisah ini detail diceritakan dalam buku tentang khalifah Umar bin Khattab ra karya Syaikh Ali Ash Shalabi..

Tahun 18 H..
Hari itu Khalifah Umar bin Khattab ra bersama para sahabatnya berjalan dari Madinah menuju negeri Syam.

Mereka berhenti didaerah perbatasan sebelum memasuki Syam karena mendengar ada wabah Tha'un Amwas yang melanda negeri tersebut. 

Sebuah penyakit menular, benjolan diseluruh tubuh yg akhirnya pecah dan mengakibatkan pendarahan.

Abu Ubaidah bin Al Jarrah, seorang yang dikagumi Umar ra, sang Gubernur Syam ketika itu datang ke perbatasan untuk menemui rombongan.

Dialog yang hangat antar para sahabat, apakah mereka masuk atau pulang ke Madinah.. 
Umar yang cerdas meminta saran muhajirin, anshar, dan orang2 yg ikut Fathu Makkah. Mereka semua berbeda pendapat..

Bahkan Abu Ubaidah ra menginginkan mereka masuk, dan berkata mengapa engkau lari dari takdir Allah SWT?

Lalu Umar ra menyanggahnya dan bertanya. Jika kamu punya kambing dan ada 2 lahan yg subur dan yg kering, kemana akan engkau arahkan kambingmu? Jika ke lahan kering itu adalah takdir Allah, dan jika ke lahan subur itu juga takdir Allah

Sesungguhnya dengan kami pulang, kita hanya berpindah dari takdir satu ke takdir yg lain.

Akhirnya perbedaan itu berakhir ketika Abdurrahman bin Auf ra mengucapkan hadist Rasulullah SAW.
*Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya* 
(HR. Bukhari & Muslim)

Akhirnya mereka pun pulang ke Madinah.. Umar ra merasa tidak kuasa meninggalkan sahabat yg dikaguminya, Abu Ubaidah ra.. Beliau pun menulis surat untuk mengajaknya ke Madinah. 

Namun beliau adalah Abu Ubaidah ra, yang hidup bersama rakyatnya dan mati bersama rakyatnya.. 
Umar ra pun menangis membaca surat balasan itu..

Dan bertambah tangisnya ketika mendengar Abu Ubaidah, Muadz bin Jabal, Suhail bin Amr, dan sahabat2 mulia lainnya radiyallahuanhum wafat karena wabah Tha'un dinegeri Syam.

Total sekitar 20 ribu orang wafat, hampir separuh penduduk Syam ketika itu..

Pada akhirnya, wabah tersebut berhenti ketika sahabat Amr bin Ash ra memimpin Syam

Kecerdasan beliau lah yang menyelamatkan Syam
Hasil tadabbur beliau dan kedekatan dengan alam ini..

Amr bin Ash berkata:
*Wahai sekalian manusia, penyakit ini menyebar layaknya kobaran api. Jauhilah dan berpencarlah dengan menempat di gunung-gunung..* 

Mereka pun berpencar dan menempati gunung2. 
Wabah pun berhenti layaknya api yang padam karena tidak bisa lagi menemukan bahan yang dibakar..

Lalu, belajar dari bagaimana orang-orang terbaik itu bersikap.. 
Maka inilah panduan dan kabar gembira ditengah kesedihan ini untuk kita semua

*Pertama, karantina* Sebagaimana sabda Rasulullah SAW diatas, 
Maka itulah konsep karantina yang hari ini kita kenal.

Mengisolasi daerah yang terkena wabah.. 
Seluruh negara menjalaninya.. 
Namun ada negara yang entah darimana mengambil petunjuknya,
Negara tsb malah menyuruh orang2 masuk karena dalih ekonomi dan pariwisata.
Semoga Allah SWT melindungi semua penduduk negara tersebut

*Kedua, bersabar.* 
Karena Rasulullah SAW bersabda:
*Tha'un merupakan azab yang ditimpakan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Kemudian Dia jadikan rahmat kepada kaum mukminin.* 

*Maka, tidaklah seorang hamba yang dilanda wabah lalu ia menetap dikampungnya dengan penuh kesabaran dan mengetahui bahwa tidak akan menimpanya kecuali apa yang Allah SWT tetapkan, baginya pahala orang yang mati syahid* 
(HR. Bukhari dan Ahmad)

Masya Allah.. ternyata mati syahid lah balasan itu.. sesuatu yang didambakan kaum muslimin. 
Maka, sabar dan tanamkanlah keyakinan itu. Jika takdir Allah menyapa kita, berharaplah syahid..

*Ketiga, berbaik sangka dan berikhtiarlah.* 
Karena Rasulullah SAW bersabda:
*Tidaklah Allah SWT menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga yang menurunkan penawarnya* 
(HR. Bukhari)

Umar bin Khattab berikhtiar menghindarinya serta Amr bin Ash berikhtiar menghapusnya.

*Yang keempat, banyak berdoalah.* 
Dan doa2 keselamatan itu sudah kita lafadzkan di setiap pagi dan sore. Bismillahilladzi laa yadhurru maasmihi, say'un fil ardhi walafissamaai wahuwa samiul'alim
(Dengan nama Allah yang apabila disebut, segala sesuatu dibumi dan langit tidak berbahaya. Dialah maha mendengar dan maha mengetahui)
*Barang siapa yang membaca dzikir tsb 3x dipagi dan petang. Maka tidak akan ada bahaya yg memudharatkannya* 
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Yang terakhir, sebagaimana solusi dari Amr bin Ash untuk berpencar.. 
Menjaga jarak dr keramaian dan menahan diri untuk dirumah
Cara inilah yang banyak ditiru dunia luar, mereka menyebutnya social distancing.. 

Semua solusi itu sudah ada, 
Solusi langit dan Bumi 

Solusi pertama dan terakhir, solusi Bumi
Ikhtiar dengan karantina & menjaga diri dari keramaian (social distancing).. 
Selama ini sudah dilakukan bahkan oleh orang2 didunia barat..

Namun mereka tidak punya solusi Langit..
Bersabar, keyakinan dan berbaik sangka akan ketetapan Allah, berdoa, dan bahkan janji akan gelar mati Syahid jika kita melakukan itu semua..

Semoga kita senantiasa dilindungi Allah SWT..
Dan bertemu kembali ditempat terbaik di SurgaNya..

*Mari kita sikapi datangnya Pandemi Convid-19 ini secara rasional dan terukur, tidak abai tapi juga tidak lebay*

#sumber : hasil copas
Lahaulla wala quwwata illaabillah..

Hikmah Berqurban