Showing posts with label Mendidik anak. Show all posts
Showing posts with label Mendidik anak. Show all posts

Saturday, December 4, 2021

Kewajiban Mendidik Anak di Atas Kebaikan


https://t.me/menebar_cahayasunnah

Diwajibkan bagi para bapak dan ibu untuk menaruh perhatian kepada pendidikan anak-anaknya di atas kebaikan (keshalihan), agar hal ini bisa menjadi amalan shalih bagi mereka, baik di masa hidupnya maupun setelah wafatnya. 

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ 

"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu."

[QS. at-Tahrim: 6]

Dan juga firman-Nya ﷻ : 

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

“Dan perintahkanlah keluargamu me-laksanakan shalat dan sabar dalam meng-kerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.”

[QS. Thoha: 132]

Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda :

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيْرُ رَاعٍ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّته، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّته، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَّةٌ فِيْ بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْؤُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتهَا، وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِيْ مَالِ سَيِّدِهِ بَيْتِهِ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّته

“ Setiap diri kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan diminta per-tanggungjawabannya atas yang di-pimpinnya. Penguasa adalah pemim-pin dan akan dimintai pertanggung-jawaban atas rakyatnya. Seorang pria adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggung-jawaban atas yang dipimpinnya. Se-orang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Seorang pelayan ada-lah pemimpin terhadap harta ma-jikannya, dan akan dimintai per-tanggungjawaban atas yang dipim-pinnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertang-gungjawaban atas yang dipimpinnya." [Muttafaq ‘alayhi]

Nabi ﷺ juga bersabda :

مُرُوا أَبْنَاءَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاء سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاء عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

“Perintahkan anak-anak kalian untuk sholat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah  mereka jika mereka menentang pada usia sepuluh tahun serta pisahkanlah tempat tidur mereka.”

[HR.Abu Dawud]

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda :

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ

"Cukuplah seseorang itu dikatakan berdosa apabila ia menyianyiakan orang yang menjadi tanggungan-nya.”

 [HR.Abu Dawud]


Wednesday, January 27, 2021

Mendidik Anak

 

Anak-anak merupakan cikal-bakal penerus generasi orang-orang dewasa dalam memakmurkan muka bumi. Model manusia istimewa yang di kemudian hari akan mengisi perannya di dunia, tergantung kepada kualitas anak-anaknya yang terdidik dalam lingkungan dan suasana pendidikan iman, ibadah dan akhlak yang baik di belakang hari.

Dalam Islam, pendidikan anak mencakup ketiga pilar ajaran Islam diatas. Pertama, Pendidikan iman. Perintah menanamkan iman yang bersih dan kuat kepada anak Allah isyaratkan dalam Alquran melalui kisah Lukman dan anaknya. “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS Luqman [31]: 13)

Menanamkan tauhid dan keimanan sejak dini kepada anak-anak sesungguhnya sebuah upaya memberikan pemahaman tentang orientasi hidupnya di dunia. Dengan pendidikan iman yang kuat, seorang anak akan tumbuh menjadi manusia yang memiliki visi hidup ukhrawi, bekal mental dan tekad yang membaja dalam menjalani kehidupan.

Kedua, Pendidikan ibadah. Membiasakan anak beribadah dalam rangka menjalankan ketaatan bagi anak-anak terdapat dalam perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam agar menyuruh anak melaksanakan shalat sejak usia tujuh tahun. Sabdanya, “Perintahkanlah anak-akan kalian untuk mendirikan shalat saat mereka menginjak usia tujuh tahun, pukullah mereka (jika tidak mau melaksanakan shalat) saat mereka berusia sepuluh tahun dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidur.” (HR Abu Daud)

Ibadah yang telah terbiasa anak-anak lakukan sejak kecil tentu akan terbawa saat ia kelak mencapai usia baligh dan dewasa. Kewajiban-kewajiban ibadah itu nantinya akan terasa ringan. Perasaan takut dan menyesal akan ia rasakan jika satu kali saja kewajiban itu ia tinggalkan. Akhirnya ia mampu menjaga ibadahnya dengan baik.

Ketiga, pendidikan akhlak. Pendidikan ini tampak jelas dalam kisah Rasullah SAW bersama anak tirinya Umar ibn Abu Salamah, ia mengisahkan, “Saat aku masih kecil berada dalam asuhan Rasulullah SAW, pernah suatu saat tanganku bergerak kesana-kemari dalam hidangan makanan. Rasulullah kemudian bersabda, “Wahai anak! Sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu dan ambillah apa yang di dekatmu.” (HR Bukhari dan Muslim).

Semoga bermanfaat.

Baca Juga : Artikel Terbaru Kami Disini : 

Rasulullooh Juga Berdagang

Kisah Nabi Ismail as dan Telaga Zam-Zam

Kisah Nabi Luth as.

Lunasi Hutang Dengan Kesederhanaan

Tiga Kamus Bahasa Tentang Pekerjaan

Perhiasan dalam Tiga Bahasa

Tiga Bahasa Untuk Warna dan Busana

Tiga Bahasa Untuk Perkakas dan Elektronik

Tiga Bahasa Bab Sekolahan

Hak Istri Dalam Rumah Tangga

Perdebatan Nabi Ibrahim dan Raja Namrud

Mendo'akan Orang Tua

Bertaubat, Setiap Dosa Akan di Ampuni

Perbanyak Doa Untuk Melunasi Hutang

Ciri Suami Pembawa Rejeki

Tiga Bahasa Tentang Organ Tubuh

Perilaku yang Sesuai Surat Yunus

Tiga Bahasa Tentang Hari dan Bulan

Cara Melindungi Akun Whatsapp

Menghidupkan Sunnah

Infak dan Sedekah

Kandungan Surat Az zumar dan Surat At taubah

Kandungan Surat An nisa dan Al maidah

Lailatul Qadar

Sholat Taubat

Menyembunyikan Kebaikan

Seputar Syirik

Beriman Kepada Nabi Muhammad

Melihat Kebawah Dalam Urusan Dunia

#griyakajiansunnah



Thursday, October 1, 2020

BERILAH CONTOH YANG BAIK UNTUK ANAKMU


Berkata muqotil bin muhammad al-'akki :

"Aku bersama ayah dan saudaraku pernah menemui ibrahim al-harbi.

Kemudian Ibrahim al-harbi bertanya kepada ayahku :

هــؤلاء أولادك ؟

قال: نعم 


قال :

إحذر !!!

لا يرونك حيْثُ نهاك الله،

فتسقط من أعينهم.

Mereka ini anak-anakmu?

Ayahku menjawab :

Ya betul.

Berkata Ibrahim al-harbi rahimahullah :

*Berhati-hatilah,*

*Jangan sampai mereka melihatmu bermaksiat kepada Allah Ta'ala,*

*Sehingga wibawamu jatuh di mata mereka".*

📚 Sumber : *(Tarikh baghdad : 6/522)*

✍ *Ustadz Abu Abdillah Sahl hafizhahullah*

(Pemateri Radio Syiar Tauhid 675 AM, Depok Jawa Barat)


Sunday, March 29, 2020

BANGKITKAN KEBERANIAN ANAK


Memiliki anak yang “berani” dalam kebaikan tentu sangat diharapkan orang tua. 

Kita membangun sosok anak yang tidak suka berbuat zhalim kepada temannya namun memiliki karakter yang tangguh, penuh percaya diri dan mampu membela kebenaran, serta giat dan semangat mempraktekkan sifat-sifat keberanian sebagaimana yang pernah dilakukan para sahabat beliau di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan di zaman Salafuna ash-Shalih.

Menanamkan karakter berani dengan arahan dan bimbingan orang tua serta pendidik agar anak mampu *memahaminya dengan bijak* sehingga tidak melenceng dari konsep berani yang syar’i. 

Diantara kiat untuk memotivasi keberanian adalah dengan membiasakan menceritakan kisah-kisah ksatria pahlawan Islam agar anak-anak mencintai dan menjadikannya idola.

❄ *Cerita dua anak Afra’ dalam Perang Badar*

Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallaahu ‘anhu berkata menceritakan apa yang beliau lihat di Perang Badar, 

_“Aku sedang berada dalam salah satu barisan pasukan di Perang Badar, ketika aku menoleh, aku mendapatkan di samping kanan dan kiriku anak-anak kecil, seakan-akan aku tidak menyadari keberadan mereka berdua hingga ketika salah satu dari mereka berkata kepadaku dengan sembunyi-sembunyi :_

*_“Wahai paman, tunjukkan kepadaku Abu Jahal”_* 

_Aku menjawab : *“Wahai keponakanku, apa yang akan kamu lakukan kepadanya?”*_ 

_Dia menjawab : *“Aku telah berjanji kepada Allah jika aku melihatnya, aku akan membunuhnya atau aku yang terbunuh.”*_ 

_Orang keduapun berkata kepadaku secara sembunyi-sembunyi seperti pertanyaan orang pertama tadi, aku sangat gembira berada diantara dua lelaki muda tadi, kemudian aku menunjukkan Abu Jahal kepada mereka berdua, dan mereka berdua menyerang Abu Jahal seperti dua ekor elang yang menerkam mangsanya hingga keduanya memukul Abu Jahal hingga tewas”_ 

*(Sirah Nabawiyah oleh Abu Hisyam, ditahqiq oleh Musthafa As-Saqa, Darul Qunuz Al-Adabiyah, bagian pertama, hal 634, Asli kisah ini terdapat diShahi Bukhari kitab Al-Maghazi, bab Perang Badar [5/6]).*

Kisah heroik yang menakjubkan mereka berlomba-lomba mengorbankan jiwanya untuk membela Islam. 
Semangat dan cita-citanya sangat tinggi dan mulia. Kehebatan dan keberanian yang diikat dengan iman akan membentuk anak memiliki karakter kuat dan percaya diri.

❄ *Keberanian Az-Zubair*

Al-Laits meriwayatkan dari Abu Al-Aswad dari Urwah beliau berkata, bahwa Az-Zubair bin Al-Awwam masuk Islam ketika berumur delapan tahun, dan beliau pernah mendengar, dan beliau pernah mendengar bisikan setan yang mengatakan bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dibunuh dan ketika itu Az-Zubair baru saja berusia dua belas tahun. 

Az-Zubair lalu mengambil pedangnya dan berkeliaran di lorong-lorong Mekkah mencari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ketika itu berada di daerah tinggi Mekkah, sedang di tangan Az-Zubair terdapat pedang yang terhunus. 

Lalu ia bertemu dengan Nabi dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya : 

_*“Kenapa engkau dengan pedang yang terhunus itu hai Zubair?!* Dia menjawab : *“Aku mendengar engkau dibunuh orang Mekkah”*_ 

_Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersenyum lalu bertanya lagi : *“Apa yang engkau lakukan jika aku terbunuh?”* Jawab Az-Zubair :  *“Aku akan menuntut balas akan darahmu kepada siapa yang membunuhmu!”*_

*(Syiar A’lamin Nubala, I/41-42)*

Menceritakan perjuangan para sahabat sesaat menjelang tidur InsyaaAllah memberi pengaruh besar karena otak dalam situasi tenang dan mudah terserap. 

Di samping itu secara tabiat anak memiliki minat kuat untuk mendengar kisah-kisah yang menarik, terlebih lagi dengan penyampaian yang simpatik, niscaya nilai-nilai keberanian yang anda sampaikan akan membekas, InsyaaAllah.


Referensi :
_1. Cara bijak Mendidik Anak (terjemah) DR. Muhammad bin Abdullah bin Shalih As-Suhaimi, Pustaka Dhiya’ul Ilmi, Jakarta, 2018_
_2. 30 Cara tepat jadikan anak anda hebat (terjemah), Salim bin Madhi, Muslim Media, Solo, 2010_

🖊  Penulis : Isruwanti Ummu Nashifa
Muslimah.or.id

*Oleh : Mutiara Risalah Islam*

>>>>>>>>🌺🌺<<<<<<<<

Tuesday, December 3, 2019

BIASAKANLAH MENYEBUTKAN DALIL SAAT MENDIDIK ANAK

Syeikh Utsaimin -rahimahullah- mengatakan : 

_Sebaiknya anak-anak diberikan pengetahuan tentang hukum-hukum sesuatu beserta dalil-dalilnya…_

*Misalnya :* 

(•)  ketika kamu mengatakan kepada anakmu : 

*_"Bacalah basmalah saat akan makan, dan bacalah hamdalah saat kamu selesai makan!",_* 

Jika kamu mengatakan itu, maka maksud perintahnya sudah tercapai. 

(●) Tapi bila kamu mengatakan : 

_"Bacalah basmalah saat akan makan, dan bacalah hamdalah saat kamu selesai makan, *KARENA Nabi -Shallallahu 'alaihi wa sallam- menyuruh (kita) agar membaca basmalah sebelum makan, beliau juga mengatakan : 'Sungguh Allah meridhoi seorang hamba yang memakan sesuap makanan dan dia membaca hamdalah karenanya*, dan (seorang hamba) yang meminum seteguk minuman dan dia membaca hamdalah karenanya!"_

☞Jika kamu melakukan hal ini, *kamu akan mendapatkan 2 manfaat :*

●  *Pertama :* 

Kamu membiasakan anakmu untuk mengikuti dalil.

●  *Kedua :* 

Kamu mendidik anakmu untuk mencintai Rasul -Shallallahu 'alaihi wa sallam-, dan bahwa Rasul -Shallallahu 'alaihi wa sallam- adalah _*seorang Imam/pemimpin panutan yang wajib diikuti arahan-arahannya.*_

Dan hakekat ini banyak dilalaikan..

Kebanyakan orang mengarahkan anaknya kepada hukum-hukumnya saja, namun dia tidak mengaitkan arahan itu dengan *sumbernya*, _yaitu: Alkitab dan Assunnah._

📚  *[Kitab: Al-Qoulul Mufid ala Kitabit Tauhid: 2/423].*

----------

Ada *MANFAAT KETIGA* yang bisa ditambahkan di sini : 

bahwa *ORANG TUA JUGA AKAN BELAJAR* mengetahui dalil-dalil tersebut, dan menyampaikannya kepada anaknya.. 
Sehingga akan berkumpul banyak dalil padanya dan dia dapat menghapalnya dengan  mudah karena dibarengi dengan praktek, _wallahu a'lam_



🖊  👤  *Penulis :* Ustadz Dr. Musyaffa' ad Dariny Lc, M.A.
_Dewan Pembina Yayasan Risalah Islam_

*Oleh : Mutiara Risalah Islam*

>>>>>💠💠<<<<<

Tuesday, October 15, 2019

DIDIKLAH ANAKMU! SEKALIPUN IA TELAH MENIKAH

*M A R I B A R A J A .COM*
http://bit.ly/2VFfVpZ

Oleh : _Ust. Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc_


💐 Terkadang orang tua merasa lepas dari tanggung jawab menasihati anaknya ketika anak sudah menikah. Ini adalah kesalahan. 
Karena anak, di manapun berada tetap berharap bimbingan dan nasihat dari orang tuanya, terutama anak perempuan yang kurang akal dan agamanya, walaupun dia sudah lama menikah. Apalagi anak yang baru menikah, tentu akan dihadapkan dengan masalah keluarga yang belum pernah dialami sebelumnya.

📜 Perhatikan kisah yang sangat mulia, bagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mendidik putrinya sekalipun ia sudah menikah, dan bagaimana sikap beliau terhadap anaknya Fatimah dan menantunya Ali bin Abi Thalib tatkala terjadi perselisihan dalam rumah tangga mereka. 
(Lihat HR. Bukhari: 430)

🔍 Simak kisah selengkapnya :
*https://maribaraja.com/didiklah-anakmu-sekalipun-ia-telah-menikah/*

🍃 Membantu menantu berarti berbuat baik kepada anak. 
Tidaklah diingkari bahwa ketika anak menikah, beban orang tua menjadi ringan. 
Karena ketika anak sudah menikah, kedua pasangan suami istri akan saling membantu dalam semua urusan. 
Namun dalam kehidupan berkeluarga, tentu anak yang baru menikah tidak lepas dari kekurangan dan problematika rumah tangga, sebagaimana orang tua pada masa mudanya dahulu, bahkan ketika sudah lanjut usia. 
Karena manusia memang punya sifat kekurangan dan butuh bantuan.

🌼 Tatkala orang tua berbuat baik dan mau membantu menantunya, tentu menantu sangat berbahagia, karena merasa dibantu urusan hidupnya. Itu akan menjadi sebab dia berbuat baik kepada istri dan anaknya. 
Adapun membantu menantu bisa dengan harta, jika orang tua memiliki kelebihan harta, kemudian ikut memecahkan persoalan keluarganya, memudahkan urusan pekerjaannya, atau menyayangi cucunya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam senantiasa mencintai dan memperhatikan keadaan cucunya, dan berbuat baik lainnya.

🌈 Maka, jadilah mertua yang baik. 
Tatkala anak kita bermasalah dengan menantu, sebaiknya orang tua segera terjun menyelami keadaan anak dan menantunya, dan tidak terburu-buru menyalahkan menantu serta membela anaknya. 
Apalagi anaknya perempuan yang biasanya kurang akal dan kurang ibadahnya. 
Bahkan bila mungkin, selalu menasihati anaknya, karena orang yang membantu keluarga di tengah kesulitan, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memudahkan urusannya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

🌾 _“Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama Muslim."_ 
(HR. Muslim: 7028)

🍁 Jika kita harus berbuat baik kepada sesama Muslim karena mereka saudara kita seiman, maka bagaimana dengan menantu yang telah berbuat baik kepada anak kita? 
Bukankah kita harus berbuat lebih baik kepadanya? 

📃 Perhatikan kisah mertua mulia yang senantiasa berbuat baik kepada mantunya. 
Abu Bakar as-Siddiq dan Umar bin Khoththob Radhiallahu'anhuma, tatkala kedua putrinya, yaitu Aisyah binti Abu Bakar dan Hafshah binti Umar ada masalah dengan suami mereka. (Lihat HR. Muslim: 3763)

🌸 Semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa memberkahi hidup kita agar menjadi orang yang selalu berbuat baik kepada anak dan menantu, serta dikumpulkan kita semua di surga-Nya yang mulia. Aamiin...

✒ Cat :
Artikel ini hanyalah rangkuman dari naskah aslinya di website, simak artikel selengkapnya, Klik :
*https://maribaraja.com/didiklah-anakmu-sekalipun-ia-telah-menikah/*

*🔰Semoga bermanfaat.*

Diterbitkan oleh : _Lajnah Dakwah Yayasan Maribaraja_

Telah diberikan izin untuk reposting artikel dari Maribaraja.com, bukti izin klik https://drive.google.com/file/d/16UE-GxbU4aBA-gYYtA22KidutpZXmfXo/view?usp=drivesdk

*♻Silahkan dishare.*

Hikmah Berqurban