Showing posts with label Pendidikan anak. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan anak. Show all posts

Saturday, December 4, 2021

Kewajiban Mendidik Anak di Atas Kebaikan


https://t.me/menebar_cahayasunnah

Diwajibkan bagi para bapak dan ibu untuk menaruh perhatian kepada pendidikan anak-anaknya di atas kebaikan (keshalihan), agar hal ini bisa menjadi amalan shalih bagi mereka, baik di masa hidupnya maupun setelah wafatnya. 

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ 

"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu."

[QS. at-Tahrim: 6]

Dan juga firman-Nya ﷻ : 

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

“Dan perintahkanlah keluargamu me-laksanakan shalat dan sabar dalam meng-kerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.”

[QS. Thoha: 132]

Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda :

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيْرُ رَاعٍ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّته، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّته، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَّةٌ فِيْ بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْؤُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتهَا، وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِيْ مَالِ سَيِّدِهِ بَيْتِهِ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّته

“ Setiap diri kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan diminta per-tanggungjawabannya atas yang di-pimpinnya. Penguasa adalah pemim-pin dan akan dimintai pertanggung-jawaban atas rakyatnya. Seorang pria adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggung-jawaban atas yang dipimpinnya. Se-orang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Seorang pelayan ada-lah pemimpin terhadap harta ma-jikannya, dan akan dimintai per-tanggungjawaban atas yang dipim-pinnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertang-gungjawaban atas yang dipimpinnya." [Muttafaq ‘alayhi]

Nabi ﷺ juga bersabda :

مُرُوا أَبْنَاءَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاء سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاء عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

“Perintahkan anak-anak kalian untuk sholat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah  mereka jika mereka menentang pada usia sepuluh tahun serta pisahkanlah tempat tidur mereka.”

[HR.Abu Dawud]

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda :

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ

"Cukuplah seseorang itu dikatakan berdosa apabila ia menyianyiakan orang yang menjadi tanggungan-nya.”

 [HR.Abu Dawud]


Saturday, March 6, 2021

JANGAN LALAIKAN PENDIDIKAN AGAMA ANAK-ANAK KITA

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah pernah berkata:

“Siapa yang menyia-nyiakan pengajaran kepada anak-anaknya dalam perkara yang memberi manfaat bagi si anak, dan membiarkan anaknya dengan sia-sia (yakni tidak dididik dan diajari), berarti dia telah berbuat kejelekan yang paling puncak kepada anaknya.

Mayoritas anak-anak itu rusak karena ulah orang tua mereka pada mulanya, dan penyia-nyiaan orang tua terhadap anaknya, dengan tidak memberikan pengajaran kepada anak tentang kewajiban-kewajiban agama dan Sunnah-sunnahnya.

Ketika anak-anak itu masih kecil, mereka disia-siakan oleh orang tuanya, hingga mereka tidak dapat memberi manfaat kepada diri mereka sendiri, dan tidak bermanfaat pula bagi orang tua mereka ketika orang tuanya di usia senja (tua).

Sebagaimana sebagian anak-anak itu berkata kepada ayahnya sebagai dalil/ alasan perbuatan durhakanya mereka yang telah mereka lakukan kepada ayahnya:

“Wahai ayahku, dulu engkau berbuat durhaka kepadaku ketika aku masih kecil (yakni dengan tidak memberikan pengajaran yang baik padaku, edt.). Maka sekarang aku mendurhakaimu ketika engkau sudah tua. Engkau menyia-nyiakan aku ketika aku masih kecil, maka aku menyia-nyiakanmu ketika engkau sudah tua.”

[Tuhfatul Maudud bi Ahkaamil Maulud (hal. 387), karya Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah, Penerbit Daru Ibnil Qayyim, thn. 1431/2010, Tahqiq Syaikh Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilaly hafidzhahullah]

Semoga ini bisa menjadi nasihat bagi kita semuanya, agar kita tidak melupakan kewajiban kita terhadap anak-anak kita, yang Allah taala amanahkan kepada kita.

Kita juga memohon taufik dan hidayah dari Allah taala, agar bisa istiqamah mendidik dan memimpin anak-anak kita kepada jalan yang lurus dan benar.

Nas-alulloha At-taufik wal hidayah.

Semoga bermanfaat,

Baca Juga : Artikel Terbaru Kami Disini : 

Rasulullooh Juga Berdagang

Cara Mengatasi Pandemi 

Belajar Al Qur'an Dengan Metode Ummi (jilid 3 )

Buku-buku Penuh Manfaat dan Hikmah

Kisah Nabi Ismail as dan Telaga Zam-Zam

Manusia - Manusia Lemah

Carilah Sahabat Seperti ini

Sebab Sempit Hati

Wanita Wajib Izin Suami Saat Akan Keluar Rumah

Kisah Nabi Luth as.

Balasan Penyebar Aib

Istighfar/Doa Anak 

Pendidikan Agama Anak

Lunasi Hutang Dengan Kesederhanaan

Tiga Kamus Bahasa Tentang Pekerjaan

Perhiasan dalam Tiga Bahasa

Tiga Bahasa Untuk Warna dan Busana

Tiga Bahasa Untuk Perkakas dan Elektronik

Tiga Bahasa Bab Sekolahan

Meskipun Sakit, Pahala Tetap Mengalir

Hak Istri Dalam Rumah Tangga

Perdebatan Nabi Ibrahim dan Raja Namrud

Mendo'akan Orang Tua

Utusan Setan

Bertaubat, Setiap Dosa Akan di Ampuni

Perbanyak Doa Untuk Melunasi Hutang

Ciri Suami Pembawa Rejeki

Tiga Bahasa Tentang Organ Tubuh

Perilaku yang Sesuai Surat Yunus

Tiga Bahasa Tentang Hari dan Bulan

Cara Melindungi Akun Whatsapp

Menghidupkan Sunnah

Infak dan Sedekah

Kandungan Surat Az zumar dan Surat At taubah

Kandungan Surat An nisa dan Al maidah

Lailatul Qadar

Mengatasi Malas Menuntut Ilmu

Sholat Taubat

Sunnah yang Terlupakan

Menyembunyikan Kebaikan

Hakikat Dunia

Hukum memakai Hijab dalam pandangan 4 Mazhab

Panduan Shalat Tahajud

Meminta Izin dan Mengucapkan Salam

Seputar Syirik

Mata Cerminan Hati

Sakit Adalah Ujian, Cobaan, dan Takdir

Islam Telah Sempurna 

Beriman Kepada Nabi Muhammad

Melihat Kebawah Dalam Urusan Dunia

Doa Memohon Anak Yang Shalih

Sakit manghapuskan dosa-dosa kita

Ibu, Ibu, Ibu, Bapak

#griyakajiansunnah

Yuk share...

Silahkan di share atau simpan link ini, sehingga  link bisa dibagikan setiap harinya.

Jazakallah Khairan.

Saturday, January 23, 2021

ANAK-ANAK YANG MENGKHAWATIRKAN


Kelak akan tiba masanya, seperti yang dikabarkan oleh Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam, orangtua berpayah-payah mendidik anak, tetapi anaknya memperlakukan emaknya seperti tuan memperlakukan budaknya. Dan aku takut peristiwa itu akan terjadi di masa ini, masa ketika anak-anak tak mengenal pekerjaan rumah-tangga, dan pesantren maupun sekolah-sekolah berasrama lainnya tak lagi menjadi tempat bagi anak untuk belajar tentang kehidupan. 

Anak-anak itu belajar, tetapi hanya mengisi otaknya dari pengetahuan yang dapat diperoleh dari text book dan google. Sementara tangannya bersih tak pernah mencuci maupun melakukan pekerjaan-pekerjaan fisik lainnya, sehingga empati itu mati sebelum berkembang. Tak tergerak hatinya bahkan di saat melihat emaknya kesulitan bernafas seumpama orang hampir mati disebabkan ketuaan atau sakitnya kambuh, tetapi anak tak bergeming membantunya. Apalagi berupaya melakukan yang lebih dari itu.

Aku termangu mengingat nasehat Rasulullah Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam mengenai tanda-tanda hari kiamat, salah satunya dari hadis panjang yang kali ini kita nukil ringkasnya:

سَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا: إِذَا وَلَدَتِ الْمَرْأَةُ رَبَّتَهَا

Aku akan memberitahukan kepadamu tanda-tandanya; jika seorang (sahaya) wanita melahirkan tuannya.” (Muttafaqun ‘Alaih)_

Ibunya bukanlah seorang budak. Bukan. Ibunya orang merdeka. Tetapi anak-anak itu tak tersentuh hatinya untuk cepat tanggap membantu ibunya. Padahal membantu saat diminta adalah takaran minimal bakti kepada orangtua. Takaran di atas itu, tanpa diminta pun ia sudah tergerak membantu. Dan di atasnya lagi masih bertingkat-tingkat kebaikan maupun kepekaan seorang anak tentang kebaikan apa yang sepatutnya ia perbuat terhadap kedua orangtuanya.

Ada yang perlu kita renungi. Ada airmata yang perlu mengalir, menadahkan tangan mendo’akan anak-anak dan keturunan kita, menangisi dosa-dosa, berusaha memperbaiki diri dan tetap tidak meninggalkan nasehat bagi anak kita karena ini adalah haknya. Nasehat. Ia adalah kewajiban kita untuk memberikannya meskipun mereka tak memintanya. Kitalah yang harus tahu kapan saat tepat memberikan nasehat sebab semakin memerlukan nasehat, justru kerapkali semakin merasa tak memerlukan nasehat.

Hari ini, betapa banyak anak yang di sekolah berasrama tak diajari mengurusi kehidupan pribadinya karena makanan siap saji setiap waktu makan, hanya perlu berbaris untuk mengambilnya. Sedangkan pakaian pun tak perlu ia menyempatkan waktu mengatur jadwal agar bersih saat mau digunakan, karena sudah ada laundry, sementara tugas sekolah tetap tertunaikan. Tidak terbengkalai. Maka di saat mereka pulang, kita perlu melatih tangan dan juga hatinya agar tanggap. Bukan menyerahkan begitu saja kepada pembantu. Tampaknya ini hanya urusan pekerjaan rumah-tangga yang sepele, tetapi di dalamnya ada kecakapan mengelola diri, mengatur waktu dan lebih penting lagi adalah empati.

Apakah tidak boleh kita menggembirakan mereka dengan sajian istimewa saat mereka pulang dari pesantren? Boleh. Sangat boleh. Tetapi hendaklah kita tidak merampas kesempatan mereka untuk belajar mengenal pekerjaan rumah-tangga, menghidupkan empati dan mengasah kepekaannya membantu orangtua. Liburan adalah saat tepat belajar kehidupan. Bukan saat untuk libur menjadi orang baik sehingga seluruh kebaikan yang telah biasa mereka jalani di sekolah, sirna saat liburan tiba. Mereka seperti raja untuk sementara, sebelum kembali ke penjara suci.

Diam-diam saya teringat, konon di sebuah sekolah bernama Eton College, semacam Muallimin di Inggris tempat anaknya raja maupun anak orang sangat kaya bersekolah, para siswa diharuskan mencuci dan menyeterika bajunya sendiri. Bukan bayar laundry. Ini bukan karena orangtua mereka fakir miskin. Bukan. Tetapi karena dalam urusan sederhana itu ada kebaikan yang sangat besar bagi kehidupan mereka di masa yang akan datang, termasuk dalam hal kepemimpinan. Mereka menjadi lebih peka tentang apa yang seharusnya dilakukan saat menjadi pemimpin perusahaan, termasuk dalam mengelola waktu.

Apa yang dilakukan di Eton College sebenarnya bukan barang baru, tetapi saya merasa perlu menghadirkan kisah ini selintas hanya untuk menggambarkan betapa anak-anak memerlukan latihan untuk mengasah kepekaannya, menghidupkan empatinya dan meringankan langkahnya membantu orangtua. Mereka sangat perlu memiliki semua itu karena dua alasan. Pertama, ketiganya (kepekaan, empati dan kemauan untuk meringankan langkah) sangat mereka perlukan dalam menjalani kehidupan bersama orang lain, baik ketika berumah-tangga maupun berdakwah dan mengurusi ummat. Artinya, minimal semua itu mereka perlukan untuk meraih kehidupan rumah-tangga yang baik, tidak terkecuali dalam mendidik anak. Kedua, ketiganya mereka perlukan untuk dapat berbuat kebajikan bagi kedua orangtua (birrul walidain) dengan sebaik-baiknya. Dan birrul walidain merupakan salah satu kunci kebaikan yang dengan itu anak dapat berharap meraih ridha dan surga-Nya Allah ‘Azza wa Jalla.

Jadi, urusan terpentingnya bukan karena kita kewalahan lalu perlu bantuan mereka. Bukan. Bukan pula karena kita repot sehingga memerlukan kesediaan mereka untuk meringankan tugas-tugas kita. Tetapi hal terpenting dari melibatkan anak membantu pekerjaan di rumah dan tanggap terhadap orangtua justru untuk keselamatan dan kebaikan anak kita di masa-masa yang akan datang. Kejamlah orangtua yang tak melatih anaknya untuk berbakti kepadanya hanya karena merasa orangtua tak perlu menuntut anak membantunya. Ingatlah, kita latih, dorong dan suruh mereka agar cepat tanggap dan ringan membantu bukanlah terutama untuk meringankan beban orangtua, tetapi justru agar anak-anak kita memperoleh kemuliaan dan kebaikan di sisi Allah ‘Azza wa Jalla dengan birrul walidain. Sekurang-kurangnya tidak menyebabkan mereka terjatuh pada perbuatan mendurhakai orangtua. Dan ini merupakan serendah-rendah ukuran.

Ada yang perlu kita khawatiri jika lalai menyiapkan mereka. Pertama, anak-anak merasa berbuat kebajikan kepada kedua orangtua, termasuk membantu pekerjaan di rumah, bukan sebagai tugasnya. Mereka tak membangkang, tetapi lalai terhadap apa yang sepatutnya mereka kerjakan. Ini merupakan akibat paling ringan. Kedua, anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang durhaka kepada orangtua. Dan karena kedurhakaan itu bersebab kelalaian orangtua dalam mendidik, maka di Yaumil Qiyamah mereka menjatuhkan orangtua di mahkamah Allah ‘Azza wa Jalla sehingga justru orang yang merasakan azab akhirat. Ketiga, sebagaimana disebut dalam hadis di atas, anak-anak berkembang menjadi pribadi yang memperbudak orangtua, bahkan setelah mereka mempunyai anak. Na’udzubiLlahi min dzaalik.

Ada yang perlu kita renungkan tentang bagaimana kita mendidik anak-anak kita. Saatnya kita kembali kepada tuntunan agama ini, bertaqwa kepada-Nya dalam urusan mendidik anak dan berusaha menggali tentang apa saja yang harus kita bekalkan kepada mereka.

Semoga bermanfaat.

Baca Juga : Artikel Terbaru Kami Disini

Saturday, February 8, 2020

JAUHKAN ANAKMU DARI MENIRU ORANG KAFIR

*M A R I B A R A J A .COM*
┏🔰━━━━━━━━━━━┓ 
*JAUHKAN ANAKMU DARI MENIRU ORANG KAFIR*
┗━━━━━━━━━━━━━┛
Oleh : _Ust. Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc_


♨ Orang kafir (non-Muslim) tidak beriman kepada Allah dan hari pembalasan. 
Hidup mereka dikendalikan oleh hawa nafsu. 
Mereka tidak mengenal halal dan haram, yang penting mereka senang dan puas, tidak berpikir mafsadat dan maslahat. 
Apalagi berpikir tentang pahala atau siksa. (Lihat QS. Muhammad: 12)

⚠ Mereka itu musuh Allah Azza wa Jalla, Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman. 
Mereka ingin mengajak orang Islam agar mengikuti jejak mereka dengan memakai segala macam cara. 

❓Mengapa Seorang Anak Mudah Meniru? Apalagi Belum Berilmu?!
Simak penjelasannya, *klik;* 

*Meniru Orang Kafir*

👥 Meniru orang kafir yang menjadi kekhususan mereka hukumnya adalah haram, berdasarkan dalil dari al-Qur'an, sunnah Rasulullah bahkan ijma' ulama. 
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : 

وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ

_Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran._ (QS. al-Baqarah: 109)

⛔ Mengapa kita dilarang meniru orang kafir secara lahiriah? Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata, _“Keserupaan dalam perkara lahiriah bisa berpengaruh pada keserupaan dalam akhlak dan amalan. Oleh karena itu, kita dilarang tasyabbuh (menyerupai) dengan orang kafir.”_ (Majmu al-Fatawa: 22/154)

🚷 Beliau Rahimahullah juga berkata, _“Jika dalam perkara adat (kebiasaan) saja kita dilarang tasyabbuh dengan mereka, bagaimana lagi dalam perkara yang lebih dari itu?!”_ (Majmu al-Fatawa: 25/332)

❌ Keterangan beliau ini, walaupun kita dan anak kita tidak bermaksud meniru mereka, namun jika gaya bicara dan amal kita meniru kekhususan mereka, tentu mereka bangga dan senang. Oleh karena itu hukumnya menjadi haram.

✅ Berdasarkan dalil di atas, walau anak kita belum baligh, kita harus larang meniru mereka. 
Sebab anak yang masih muda umumya suka meniru apa yang mereka lihat dan yang mereka dengar karena keterbatasan akal dan kemampuan pola pikirnya, belum bisa membedakan yang halal dan haram, yang maslahat dan yang membahayakan. 

📝 Mengetahui kebiasaan orang-orang kafir bukan untuk kita tiru, melainkan mewanti-wanti agar kita dan anak keturunan kita jauh dari perkara yang haram, menyelisihi pola dan tingkah laku mereka, sehingga dapat terhindar dari murka-Nya Allah Azza wa Jalla.

🔍 Diantara kebiasaan orang kafir yang harus kita hindari :

• Gaya berpakaian mereka

• Pola makan dan minum 

• Bicara dan tutur kata 

• Cara mengucapkan salam

• Pola Pergaulan, dan masih banyak lagi yang lainnya. 

🎯 Simak penjelasan selengkapnya di website. *Klik;* 👇🏻

*🔰Semoga bermanfaat.*

Diterbitkan oleh : _Lajnah Dakwah Yayasan Maribaraja_

Telah diberi izin untuk reposting artikel dari maribaraja.com, bukti izin
https://drive.google.com/file/d/16OyibuWvwndnesjY_R5Orp_BcA4q6aG1/view?usp=drivesdk

*♻Silahkan dishare.*

Monday, December 30, 2019

KAPAN MULAI MENGENALKAN IBADAH KEPADA ANAK

*M A R I B A R A J A .COM*
https://wp.me/pa7ASR-14i
┏🔰━━━━━━━━━━━┓ 
*KAPAN MULAI MENGENALKAN IBADAH KEPADA ANAK?*
┗━━━━━━━━━━━━━┛
Oleh : _Ust. Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc_


✅ Hal ini sangat penting diketahui oleh orang tua, karena orang tua lah yang diamanahi untuk menjaga fitrah anak, jangan sampai fitrahnya berubah menjadi Yahudi, Nasrani, Majusi atau Ateis karena kelalaian orang tua yang tidak mau menjaga kesucian hati buah hatinya.

📖 Ketahuilah bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan manusia agar beribadah hanya kepada-Nya, tidak menyekutukan Dia dengan siapa pun dari makhluk-Nya. Allah Ta'ala berfirman :

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ

✨ _Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus._ (QS. al-Bayyinah: 5)

*Apakah Ibadah Itu?*
🕌 Ibadah bukan hanya shalat atau mengerjakan rukun Islam saja, tetapi makna ibadah yang luas ialah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, seperti yang dijelaskan oleh ahli tafsir semisal al-Imam Ibnu Katsir Rahimahullah. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir: 6/108)

🔖 Dan yang lebih jelas lagi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata, bahwa ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin. (Lihat Iqtidha Sirath al-Mustaqim). Dengan demikian, ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. 

📌 Dengan dasar makna ibadah di atas anak hendaknya dibimbing dalam ibadah semenjak dia punya perhatian atau mengerti, walaupun belum sempurna akalnya. 
Karena ibadah bukan hanya gerakan anggota badan, tetapi perkataan dan keyakinan dalam hati. 

📝 Di antara bentuk ibadah yang harus mulai diajarkan orang tua kepada anaknya adalah;

• Anak Dilatih Bicara Yang Baik

• Anak Dilatih Agar Takut Kepada Allah 

• Anak Dilatih Mengenal Amalan Shalat

• Anak Hendaknya Diajari Mengenal Allah Azza wa Jalla

• Membiasakan Mengamalkan Sunnah Semampunya

• Dilarang Banyak Gurau Dan Tertawa 

• Jangan Membebani Amal Ibadah Di Luar Kemampuannya Si Anak

Dan masih banyak lagi.
🔍 Mau penjelasan yang lebih rinci dan detail?, simak artikel selengkapnya di website. 🌐 *Penasaran?* Klik;
https://maribaraja.com/kapan-mulai-mengenalkan-ibadah-kepada-anak-2/

*🔰Semoga bermanfaat.*

Diterbitkan oleh : _Lajnah Dakwah Yayasan Maribaraja_

Telah diberi izin untuk reposting artikel dari maribaraja.com, bukti izin
https://drive.google.com/file/d/16OyibuWvwndnesjY_R5Orp_BcA4q6aG1/view?usp=drivesdk

*♻Silahkan dishare.*

Hikmah Berqurban