Saturday, July 10, 2021
Tuesday, October 20, 2020
Dinul Islam
Amalan-Amalan di Bulan Ramadhan
Berikut ini adalah keutamaan - keutamaan Bulan Ramadhan :
1. Pintu-pintu surga dibuka
2. Pintu-pintu neraka ditutup
3. Setan dibelenggu
4. Didalamnya terdapat malam lailatul qadar
Rasulullaah bersabda, yang artinya :
" Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, Allaah mewajibkan puasa atas kalian pada bulan tersebut, dibukakan pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu para setan. Didalamnya terdapat malam lailatul qadar yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa diharamkan mendapatkan kebaikan pada malam tersebut maka sungguh dia telah diharamkan (dari kebaikan yabg sangat banyak." (HR. Ahmad )
5. Penghapus dosa-dosa diantara 2 bulan ramadhan.
Rasulullaah bersabda, yang artinya :
" Shalat lima waktu, dari shalat jum'at ke shalat jum'at berikutnya, dari ramadhan ke ramadhan berikutnya menghapus dosa-dosa diantara keduanya selama dia menjauhi dosa-dosa besar."(HR. Muslim)
Bulan ramadhan penuh berkah dan pahala berlipat, maka tepat sekali jika bulan ramadhan di isi dengan amalan-amalan ketaatan sebagai berikut ini :
a. Puasa
Rasulullaah bersabda, yang artinya :
"Barangsiapa shalat pada bulan ramadhan karena iman dan mengharap pahala maka diampuninya dosa-dosanya yang telah lalu."(HR.Bukhari dan Muslim)
b. Sedekah
Rasulullaah bersabda, yang artinya :
" Sedekah yang paling utama adalah dibulan ramadhan."
c. Membaca Al-Qur'an
Bulan ramadhan juga disebut bulan Al-Qur'an. Umat islam di anjurkan memperbanyak mbaca Al-Qur'an dibulan ini. Pada bulan ramadhan para ulama terdahulu menyibukkan diri mereka dengan membaca Al-Qur'an.
d. I'tikaf
Dari Aisyah berkata, yang artinya :
" Bahwa Nabi sholallaahualaihiwassalam biasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan hingga beliau wafat."(Mutaffaq Alaih)
e. Umrah
Rasulullaah sholallaahualaihiwassalam bersabda, yang artinya :
" Pahala Umrah pada bulan Ramadhan menyamai pahala haji."(HR. Bukhari dan Muslim)
f. Shalat Tarawaih
g. Shalat fitir
Semoga bermanfaat
Baca Artikel Terbaru kami Klik Disini
Wednesday, October 14, 2020
Hak-hak istimewa Allaah dalam Doa
Doa adalah merupakan salah satu jenis ibadah lisan dan hati. Rasulullah bersabda :
" Doa adalah ibadah" (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi )
Dengan memperbanyak doa merupakan Sunnah para nabi dan rasul mulai dari nabi Adam hingga Nabi Muhammad, berikut adalah doa - doa para nabi :
1. Nabi Adam berdoa kepada Allaah agar diampuni dosa-dosanya, Allaahpun mengabulkan doa tersebut.
2. Nabi Ibrahim selalu berdoa agar diri dan anak cucunya tidak menyembah berhala, selalu rajin shalat, keturunannya banyak disenangi orang, diberi rezeki berupa buah-buahan, serta didatangkan seorang rasul dari anak cucunya, Allaahpun mengabulkan doanya.
3. Demikian juga nabi Yusuf, tatkala mendapat godaan dari istri raja untuk berbuat maksiat, beliau memohon kepada Allaah agar diselamatkan dari tipu daya wanita tersebut. Akhirnya Allaah mengabulkan doa beliau. Setelah beliau selamat dari perangkap syetan tersebut, beliau berdoa agar diwafatkan dalam keadaan muslim dan dikumpulkan dengan orang orang shalih.
4. Begitu pula ayahanda nabi Yusuf, yaitu nabi Ya'kub berdoa agar dipertemukan dengan anaknya, nabi Yusuf sebelum meninggal dunia dan memohon kepada Allaah agar penglihatannya disembuhkan, setelah bertahun tahun buta akibat kesedihan yang lama karena berpisah dengan nabi Yusuf.
5. Nabi Ayyub, yang menjadi contoh bagi orang-orang yang sabar, tatkala beliau diuji oleh Allaah dengan penyakit yang sangat parah, beliau berdoa kepada dzat yang maha belas kasih yaitu Allaah dan memohon agar disembuhkan dari penyakit, dengan memperbanyak doa, Allaah pun mengabulkan permohonan / doa Beliau
6. Nabi Yunus pun tidak berputus asa tatkala berada didalam perut ikan. Beliau selalu berdoa agar diselamatkan dari kesulitan, dan Allaah menyelamatkan Beliau dengan mengeluarkannya dari perut ikan.
7. Begitu pula nabi Musa, berdoa kepada Allaah agar diampuni dosanya, dan Allaah pun mengampuni dosa - dosa beliau. Beliau pernah berdoa agar menurunkan adzab kepada fir'aun dan pengikutnya, Allaah pun mengabulkan dengan mengirimkan belalang, katak,kutu dan darah serta paceklik.
8. Demikian juga nabi Sulaiman, beliau memohon kepada Allaah agar bisa mensyukuri nikmat yang diberikan kepadanya dan kepada kedua orang tuanya, dan diberi Taufik untuk beramal shalih serta agar diberi ampunan dan kerjaan yang tidak akan diberikan kepada siapapun setelahnya, Allaah pun mengabulkan permintaan beliau.
9. Begitu juga nabi Zakaria, tatkala sudah lanjut usia dan belum mendapatkan keturunan, beliau tidak putus asa bahkan terus memohon kepada Allaah agar dikaruniai keturunan yang shalih dan Allaah pun mengabulkannya.
Allaah berfirman dalam QS. Al-A'raaf : 55, yang artinya :
" Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungghunya Allaah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas"
Allaah juga berfirman dalam QS. Al-Baqarah : 186, yang artinya :
" Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran"
Baca juga Artikel Terbaru kami Klik disini
Tuesday, October 13, 2020
Pengertian Ibadah dan Jenisnya
Pengertian ibadah adalah segala ucapan atau perbuatan, baik lahir maupun batin yang dicintai dan diridhai Allaah.Jenis ibadah meliputi : ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa takut (khauf), mengharap, cinta, dan ketergantungan (tawakal), termasuk ibadah qalbiyah (ibadah hati). Membaca Al Qur'an, berdzikir, dan berkata jujur termasuk ibadah lisaniyah (ibadah lisan). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (badan dan hati). Dan masih banyak lagi jenis ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan, dan badan. Ibadahlah yang menjadi tujuan penciptaan manusia.
Allaah berfirman dalam QS Adz-Dzariyat : 56 yang artinya :
" Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku"
Pada ayat tersebut Allaah memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allaah. Ibadah tersebut untuk kepentingan manusia itu sendiri. Allaah maha kaya, tidak membutuhkan ibadan mereka, namun Allaah membalas amal ibadah mereka dengan pahala dan kebaiakan didunia dan akhirat. Ibadah merupakan kebutuhan manusia, sebab hidup dan mati manusia tergantung kepada Allaah. Manusia menyembah Allaah sesuai dengan aturan(syariat) Allaah. Siapa yang menolak beribadah kepada Allaah, berarti dia sombong. Siapa yang menyembah Allaah sudah seharusnyalah menaati syari'at Allaah. Ibadah hanya ditujukan kepada Allaah dan harus sesuai dengan aturan/syariat-Nya.
Macam-macam Ibadah :
1. Ibadah Lisan
Seperti dzikir, tasbih, tahlil, dan membaca Al Qur'an. Dzikir adalah mengingat Allaah. Tasbih adalah mengucapkan SubkhanAllaah. Tahlil adalah mengucapkan Laa ilaah illallaah.
2. Ibadah anggota badan
Seperti : shalat,zakat,puasa,haji,jihad, amar ma'ruf nahi mungkar, berbuat baik kepada keluarga, anak yatim, orang miskin, dan berbuat baik kepada orang yang sedang bepergian. Untuk macam-macam ibadah tersebut kalian bisa mengetahui penjelasannya dalam pelajaran fiqih dan Al-Adab Al-Islam.
3. Ibadah hati
Seperti : cinta kepada Allaah dan Rasul-Nya, takut kepada Allaah, bertobat, ikhlas, sabar terhadap hukum-Nya, ridha dengan ketetapan-Nya, tawakal (ketergantungan), mengharap nikmat, dan takut dari siksa-Nya. Ibadah mencakup seluruh tingkat laku seorang mukmin yang dicintai dan di ridhai oleh Allaah. Bahkan, berbagai kebiasaan yang kita lakukan seperti tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, menikah, dan sebagainya, jika dilaksanakan dengan niat ikhlas dan untuk memperlancar ibadah kepada Allaah, maka akan bernilai ibadah dan berhak mendapat pahala.
Semoga bermanfaat
Baca juga Kajian Terbaru kami Disini
Monday, September 28, 2020
Shalat Sunnah Sebelum Maghrib
Bahwasanya kita disunnahkan melaksanakan shalat sunnah sebelum Maghrib bagi siapa yang mau. Yang dikerjakan sebelum Maghrib tersebut adalah dua raka’at.
Beberapa dalil yang jadi dukungan untuk masalah ini adalah sebagai berikut.
Hadits ‘Abdullah bin Mughoffal Al Muzani, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« صَلُّوا قَبْلَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ ». ثُمَّ قَالَ « صَلُّوا قَبْلَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ لِمَنْ شَاءَ ». خَشْيَةَ أَنْ يَتَّخِذَهَا النَّاسُ سُنَّةً.
“Kerjakanlah shalat sunnah sebelum Maghrib dua raka’at.” Kemudian beliau bersabda lagi, “Kerjakanlah shalat sunnah sebelum Maghrib dua raka’at bagi siapa yang mau.” Karena hal ini dikhawatirkan dijadikan sebagai sunnah. (HR. Abu Daud no. 1281. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dalam Shahih Bukhari disebutkan,
صَلُّوا قَبْلَ صَلاَةِ الْمَغْرِبِ – قَالَ فِى الثَّالِثَةِ – لِمَنْ شَاءَ كَرَاهِيَةَ أَنْ يَتَّخِذَهَا النَّاسُ سُنَّةً
“Shalat sunnahlah sebelum Maghrib, beliau mengulangnya sampai tiga kali dan mengucapkan pada ucapan ketiga, “Bagi siapa yang mau, karena dikhawatirkan hal ini dijadikan sunnah.” (HR. Bukhari no. 1183).
Juga ada cerita dari Mukhtar bersama Anas bin Malik sebagai berikut,
عَنْ مُخْتَارِ بْنِ فُلْفُلٍ قَالَ سَأَلْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ عَنِ التَّطَوُّعِ بَعْدَ الْعَصْرِ فَقَالَ كَانَ عُمَرُ يَضْرِبُ الأَيْدِى عَلَى صَلاَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ وَكُنَّا نُصَلِّى عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ قَبْلَ صَلاَةِ الْمَغْرِبِ. فَقُلْتُ لَهُ أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَلاَّهُمَا قَالَ كَانَ يَرَانَا نُصَلِّيهِمَا. فَلَمْ يَأْمُرْنَا وَلَمْ يَنْهَنَا.
Dari Mukhtar bin Fulful, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Anas bin Malik mengenai shalat sunnah setelah ‘Ashar, ia berkata bahwa ‘Umar dahulu pernah memukul tangannya gara-gara mengerjakan shalat sunnah setelah ‘Ashar. Lalu Anas berkata, “Dahulu kami melaksanakan shalat sunnah dua raka’at setelah tenggelamnya matahari sebelum shalat Maghrib di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salllam.” Aku (Mukhtar) bertanya pada Anas, “Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melaksanakan dua raka’at tersebut?” Ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kami melakukan dua raka’at tersebut, lalu beliau tidak memerintahkan dan tidak pula melarangnya.” (HR. Muslim no. 836).
Juga ada hadits dari Anas bin Malik, ia berkata,
كُنَّا بِالْمَدِينَةِ فَإِذَا أَذَّنَ الْمُؤَذِّنُ لِصَلاَةِ الْمَغْرِبِ ابْتَدَرُوا السَّوَارِىَ فَيَرْكَعُونَ رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ الْغَرِيبَ لَيَدْخُلُ الْمَسْجِدَ فَيَحْسِبُ أَنَّ الصَّلاَةَ قَدْ صُلِّيَتْ مِنْ كَثْرَةِ مَنْ يُصَلِّيهِمَا
“Dahulu ketika kami berada di Madinah, ketika muadzin mengumandangkan adzan Maghrib, mereka langsung saling berlomba untuk melakukan shalat dua raka’at dan dua raka’at. Sampai-sampai jika ada orang asing yang masuk dalam masjid, ia akan menyangka bahwa shalat Maghrib sudah dilaksanakkan karena saking banyaknya orang yang melakukan shalat dua raka’at tersebut.” (HR. Muslim no. 837).
Imam Nawawi menjelaskan, “Riwayat-riwayat di atas menunjukkan akan dianjurkannya shalat sunnah dua raka’at antara tenggelamnya matahari dan shalat maghrib dilaksanakan. Namun mengenai anjuran shalat sunnah sebelum Maghrib ada dua pendapat dalam madzhab Syafi’i, yang paling kuat dalam madzhab adalah tidak disunnahkan. Namun berdasarkan pendapat para peneliti hadits, yang lebih kuat adalah shalat sunnah sebelum Maghrib tetap disunnahkan, alasannya karena dukungan hadits-hadits di atas.” (Syarh Shahih Muslim, 6: 111).
Namun shalat sunnah sebelum maghrib (qobliyah Maghrib) tidak masuk dalam shalat sunnah yang ditekankan. Karena yang sangat dianjurkan adalah 12 raka’at yang dijaga setiap hari sebagaimana disebutkan dalam hadits,
مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنَ السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ
“Barangsiapa merutinkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari, maka Allah akan membangunkan bagi dia sebuah rumah di surga. Dua belas raka’at tersebut adalah empat raka’at sebelum zhuhur, dua raka’at sesudah zhuhur, dua raka’at sesudah maghrib, dua raka’at sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum shubuh.” (HR. Tirmidz no. 414, Ibnu Majah no. 1140, An Nasai no. 1795, dari ‘Aisyah. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Semoga Allah memberi taufik untuk beramal sholih.
-
Semoga Bermanfaat Label : Update kajian Islam, Kajian Sunnah, Sunnah, Info Islam, Islam Terbaru,Update Kajian Sunnah,Kajian Islam,Konsul...
-
Telegram : https://t.me/menebar_cahayasunnah Pertanyaan: Izin bertanya ustadz, sebagian kawan kami membeli rumah dengan car...