Showing posts with label Kesabaran. Show all posts
Showing posts with label Kesabaran. Show all posts

Thursday, February 10, 2022

TIGA PINTU KE NERAKA, JAUHILAH DAN JANGAN DIBUKA




Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,

دخل الناسُ النارَ من ثلاثة أبواب: باب شبهة أورثت شكاً في دين الله، وباب شهوة أورثت تقديم الهوى على طاعته ومرضاته، وباب غضب أورث العداون على خلقه

"Manusia masuk neraka dari tiga pintu:

1. Pintu syubhat yang memunculkan keraguan terhadap agama Allah.

2. Pintu syahwat yang menyebabkan ia lebih mendahulukan hawa nafsu daripada ketaatan kepada Allah dan keridhaan-Nya.

3. Pintu kemarahan yang melahirkan permusuhan terhadap makhluk."

[Al-Fawaaid: 58]

TIGA DAMPAK BAHAYANYA

1. Syubhat adalah semua pendapat yang tidak sesuai pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Dampak buruknya adalah kekafiran, kesyirikan, kerusakan aqidah dan bid'ah.

2. Menuruti nafsu syahwat dan tidak disalurkan pada jalur yang halal maka memunculkan kemaksiatan seperti syahwat kemaluan: zina, syahwat perut: riba, dan lain-lain.

3. Tidak menahan marah memunculkan kezaliman kepada hamba-hamba Allah, seperti ghibah, menghina, memukul bahkan membunuh."

TIGA SOLUSINYA

1. Ilmu agama, yaitu ilmu yang berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah yang sesuai dengan pemahaman Salaf. Serta menjauhi majelis-majelis, buku-buku dan teman-teman yang suka menebarkan syubhat.

2. Kesabaran, yaitu sabar dalam mengamalkan perintah dan menjauhi larangan. Serta menjauhi sebab-sebab yang menjerumuskan ke dalam syahwat yang terlarang.

3. Menahan marah dan sabar dalam menghadapi orang yang berbuat zalim kepada kita, lebih mulia lagi apabila disertai dengan pemaafan, dan lebih mulia lagi jika ditambah dengan balasan berbuat baik kepada orang yang berbuat zalim kepada kita.

Sumber: https://web.facebook.com/taawundakwah/posts/2196295620603237

Editor : Admin AsySyamil.com

Silahkan disebarluaskan  semoga bermanfaat, berlombalah raih pahala

Wednesday, February 9, 2022

Sabar Tidak Ada Batasnya


Oleh Ustadz Ammi Nur Baits

https://t.me/KonsultasiSyariah/

https://konsultasisyariah.com/

Hakikatnya, kesabaran itu tidak memiliki batas sebagaimana ganjaran yang Allah sediakan bagi mereka yang bersabar pun tidak memiliki batas.

Allah berfirman,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)

Ibnu Al-Jauzi mengatakan dalam Tashil li Ulumi At-Tanzil, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. 

Ayat ini dapat ditafsirkan dengan dua makna. Pertama, orang yang sabar akan mendapatkan balasan pahala atas kesabarannya dan Allah tidak menghisab amalannya. Mereka inilah yang dijanjikan masuk surga tanpa hisab. Kedua, balasan orang yang melakukan kesabaran itu tidak terbatas, lebih banyak dari apa yang diperhitungkan dan lebih besar daripada apa yang ditakar di mizan pahala, inilah pendapat mayoritas ulama.

Sabar adalah amalan yang agung, sampai-sampai Allah katakan bahwasanya Dia bersama orang yang sabar.

وَاصْبِرُوا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Dan bersabarlah! Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal:46)

Dari ayat ini dapat kita katakan, ketika kita memilih untuk tidak bersabar berarti kita telah memilih untuk melepaskan kebersamaan Allah berupa rahmat dan perlindungan-Nya.

Dengan kesabaran pun Allah akan mengangkat seseorang menjadi pemimpin umat, panutan, dan kedudukan yang mulia. Allah berfirman,

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِئَايَاتِنَا يُوقِنُونَ

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajdah: 24)

Demikian besar rahmat dan ganjaran yang Allah berikan bagi orang-orang yang bersabar. Pahala dan keutamaan yang begitu besar ini; ma’iyah (kebersamaan) dari Allah, pahala tanpa batas, kedudukan yang mulia, semestinya menjadikan seseorang berkeinginan kuat dan terpacu untuk mewujudkan hakikat kesabaran itu sendiri, yakni kesabaran yang tiada batas.

Allahu a’lam

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)

Sumber: https://konsultasisyariah.com/10371-batas-kesabaran.html

Wednesday, October 27, 2021

Tidak semua komentar buruk harus di respon‼️


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=344644987453449&id=100057238526354

Jika kamu telah bersikap baik atau jika kamu telah memposting sesuatu yg baik dan benar, namun tetap saja ada yang berbicara/komentar buruk, menghujat, tidak jelas dan nyinyir, Maka jangan di balas, diamkan saja, atau jika perlu langsung DIBLOKIR saja.

Sebab biasanya orang yang melempar batu ke dalam sumur, Dia akan menunggu reaksi balasan suara dari benturan batu itu dengan air.

Begitu pula lah orang yang mencela atau yang mengomentari jelek kepada kita, dia akan menunggu respon kita agar membalasnya, dan jika kita tanggapi maka kita juga akan tersulut emosi dan kerepotan sendiri karena memang itulah yang ia harapkan dan tunggu dari anda,

Maka kuncinya adalah biarkan saja dia, tak usah di pedulikan, tetaplah diam jangan di balas, biar dia sadar bahwa ternyata hati anda sangatlah dalam dan tidak mudah terpengaruh, sehingga ketika seseorang melempar keburukan, hinaan dan cacian ia akan tenggelam sendiri, dengan demikian si tukang pencela itu akan diam sendiri, lelah sendiri, pergi sendiri dan semua kata-kata buruknya akan kembali padanya sendiri.

Syeikh Abdurrahman Assi'dy rahimahullah berkata,

"Di antara sesuatu yang bermanfaat adalah pengetahuanmu bahwa gangguan manusia kepadamu terutama dengan kata-kata buruknya; tidak akan membahayakanmu. Justru itu membahayakan mereka.

Kecuali jika kamu menyibukkan diri dengannya dan membiarkan gangguan itu menguasai emosimu, maka ketika itulah dia jadi membahayakanmu sebagaimana dia telah membahayakan mereka.

Jika kamu tidak mempedulikannya, maka ia tidak akan membahayakanmu sama sekali”. (al-Wasaailul Mufiidah lil Hayaatis Sa’iidah)

Begitulah hendaknya sikap kita ketika menghadapi orang mencaci atau menghina kita.

Karena jika batu engkau lawan dengan batu, maka yang akan terjadi benturan keras dan mengakibatkan perpecahan.

Jika api engkau lawan dengan api, maka yang terjadi kebakaran besar dan akan mengakibatkan semakin panas.

Untuk itu lawanlah batu (hinaan) dengan air yang penuh kelembutan dan ketenangan, maka batu akan kalah, ia akan terkikis dan tenggelam.

Begitu juga lawanlah api (emosi) dengan air yang penuh kesejukan, maka api akan padam, ia menjadi asap dan debu.

☕ Silahkan disebarkan, mudah2an anda mendapatkan bagian dari pahalanya ☕

Friday, October 2, 2020

Kepada Siapakah Anda Berobat


Oleh : dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D. 

Kesehatan adalah sebagian di antara nikmat Allah yang banyak dilupakan oleh manusia. Benarlah ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Ada dua nikmat yang sering kali memperdaya kebanyakan manusia, yaitu nikmat kesehatan dan nikmat kelapangan waktu” (HR. Bukhari). Dan tidaklah seseorang merasakan arti penting nikmat sehat kecuali setelah jatuh sakit. Kesehatan adalah nikmat yang sangat agung dari Allah Ta’ala di antara sekian banyak nikmat. Dan kewajiban kita sebagai seorang hamba adalah bersyukur kepada-Nya sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya, ”Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” (QS Al Baqarah: 152).

Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah, ada beberapa kondisi ketika sebagian orang sedang diuji oleh Allah Ta’ala dengan dicabutnya nikmat kesehatan ini (baca: jatuh sakit). Di antara mereka ada yang bersabar dan ridha dengan ketetapan dari Allah, mereka tetap bertawakkal dengan menempuh pengobatan yang diizinkan oleh syari’at. Sehingga mereka pun mendulang pahala yang berlimpah dari Allah Ta’ala karena sabar dan tawakkalnya kepada Allah Ta’ala. Namun di antara mereka ada pula yang berputus asa dari rahmat-Nya, berburuk sangka kepada-Nya, dan menempuh jalan-jalan yang dilarang oleh syari’at demi mencari sebuah kesembuhan. Bahkan sampai menjerumuskan dirinya ke dalam kesyirikan. Yang mereka dapatkan tidak lain hanyalah penderitaan di atas penderitaan, penderitaan di dunia, setelah itu penderitaan abadi di neraka jika tidak bertaubat sebelum meninggal dunia. Karena Allah Ta’ala berfirman yang artinya,”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang lebih rendah dari (syirik) itu, bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’: 48).

*Setiap Penyakit Pasti Ada Obatnya*

Satu hal yang dapat memotivasi kita untuk terus berusaha mencari kesembuhan adalah jaminan dari Allah Ta’ala bahwa seluruh jenis penyakit yang menimpa seorang hamba pasti ada obatnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan menurunkan pula obat untuk penyakit tersebut” (HR. Bukhari). Hadits ini menunjukkan bahwa seluruh jenis penyakit, memiliki obat yang dapat digunakan untuk mencegah, menyembuhkan, atau untuk meringankan penyakit tersebut. Hadits ini juga mengandung dorongan untuk mempelajari pengobatan penyakit-penyakit badan sebagaimana kita juga mempelajari obat untuk penyakit-penyakit hati. Karena Allah telah menjelaskan kepada kita bahwa seluruh penyakit memiliki obat, maka hendaknya kita berusaha mempelajarinya dan kemudian mempraktekkannya. (Lihat Bahjatul Quluubil Abraar hal. 174-175, Syaikh Abdurrahman As-Sa’di)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, ”Untuk setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat tersebut sesuai dengan penyakitnya, penyakit tersebut akan sembuh dengan seizin Allah Ta’ala” (HR. Muslim). Maksud hadits tersebut adalah, apabila seseorang diberi obat yang sesuai dengan penyakit yang dideritanya, dan waktunya sesuai dengan yang ditentukan oleh Allah, maka dengan seizin-Nya orang sakit tersebut akan sembuh. Dan Allah Ta’ala akan mengajarkan pengobatan tersebut kepada siapa saja yang Dia kehendaki sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ”Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan pula obatnya. Ada yang tahu, ada juga yang tidak tahu” (HR. Ahmad. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah).

*Berobat = Mengambil Sebab*

Berobat sangat erat kaitannya dengan hukum mengambil sebab. Maksud mengambil sebab adalah seseorang melakukan suatu usaha/sarana (“sebab”) untuk dapat meraih apa yang dia inginkan. Misalnya seseorang mengambil sebab berupa belajar agar dapat meraih prestasi akademik. Demikian pula, seseorang “mengambil sebab” berupa berobat agar dapat meraih kesembuhan dari penyakitnya.

Di antara ketentuan yang telah dijelaskan oleh para ulama berkaitan dengan hukum-hukum dalam mengambil sebab adalah bahwa sebab (sarana) yang ditempuh tidak boleh menggunakan sarana yang haram, apalagi sampai menjerumuskan ke dalam kesyirikan, meskipun metode pengobatan tersebut terbukti menyembuhkan berdasarkan pengalaman atau penelitian ilmiah. Selain itu, ketika mengambil sebab tersebut, hatinya harus senantiasa bertawakkal kepada Allah Ta’ala dan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah demi berpengaruhnya sebab tersebut. Hatinya tidak bersandar kepada sebab sehingga dirinya pun merasa aman setelah mengambil sebab tersebut. Seseorang yang berobat, setelah dia berusaha maksimal mencari pengobatan yang diizinkan oleh syari’at, maka dia bersandar/bertawakkal kepada Allah Ta’ala, bukan kepada dokter yang merawatnya –betapa pun hebatnya dokter tersebut- dan bukan pula kepada obat yang diminumnya –betapa pun berkhasiatnya obat tersebut-. Hal ini karena seseorang harus memiliki keyakinan bahwa betapa pun hebatnya sebuah sebab (obat atau semacamnya), namun hal itu tetap berada di bawah takdir Allah Ta’ala.

*Bentuk-Bentuk Pengobatan Alternatif yang Diharamkan*

Di antara pengobatan alternatif yang diharamkan adalah pengobatan yang mengandung unsur kesyirikan seperti berobat dengan menggunakan metode sihir. Sihir merupakan ungkapan tentang jimat-jimat, mantra-mantra, dan sejenisnya yang dapat berpengaruh pada hati dan badan. Di antaranya ada yang membuat sakit, membunuh, dan memisahkan antara suami dan istri. Namun, pengaruh sihir tersebut tetap tergantung pada izin Allah Ta’ala. Sihir ini merupakan bentuk kekufuran dan kesesatan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Jauhilah tujuh hal yang membinasakan!” Para shahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah! Apa saja itu?” Maka Rasulullah bersabda, ”Yaitu syirik kepada Allah, sihir, …” (HR. Bukhari dan Muslim).

Pelaku sihir memiliki tanda-tanda yang dapat dikenali. Apabila dijumpai salah satu di antara tanda-tanda tersebut pada seorang ahli pengobatan, maka dapat diduga bahwa ia melakukan praktek sihir atau melakukan praktek yang amat dekat dengan sihir. Di antara tanda-tanda tersebut adalah: 1) mengambil bekas pakaian yang dipakai oleh pasien semisal baju, tutup kepala, kaos dalam, celana dalam, dan lain-lainnya; 2) meminta binatang dengan sifat-sifat tertentu untuk disembelih dan tidak menyebut nama Allah ketika menyembelihnya, dan kadang-kadang melumurkan darah binatang tersebut pada bagian anggota badan yang sakit; 3) menuliskan jimat atau jampi-jampi yang tidak dapat difahami maksudnya; 4) memerintahkan pasien untuk menyepi beberapa waktu di kamar yang tidak tembus cahaya matahari; 5) memerintahkan pasien untuk tidak menyentuh air selama jangka waktu tertentu, dan kebanyakan selama 40 hari; 6) membaca mantra-mantra yang tidak dapat difahami maknanya; 7) kadang ia memberitahukan nama, tempat tinggal, dan semua identitas pasien serta masalah yang dihadapi pasien tanpa pemberitahuan pasien kepadanya.

Demikian pula, diharamkan bagi seseorang untuk berobat kepada dukun. Pada hakikatnya, dukun tidak berbeda dengan tukang sihir dari sisi bahwa keduanya meminta bantuan kepada jin dan mematuhinya demi mencapai tujuan yang dia inginkan. Sedangkan perbuatan meminta bantuan kepada jin sendiri termasuk syirik besar. Karena meminta bantuan kepada jin dalam hal-hal seperti ini tidaklah mungkin kecuali dengan mendekatkan diri kepada jin dengan suatu ibadah atau “ritual” tertentu. Seorang dukun harus mendekatkan diri kepada jin dengan melaksanakan ibadah tertentu, seperti menyembelih, istighatsah, kufur kepada Allah dengan menghina mushaf Alqur’an, mencela Allah Ta’ala, atau amalan kesyirikan dan kekufuran yang semisal, agar mereka dibantu untuk diberitahu tentang perkara yang ghaib. (Lihat Fathul Majiid hal. 332, Syaikh Abdurrahman bin Hasan; At-Tamhiid hal. 317, Syaikh Shalih Alu Syaikh)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Barangsiapa mendatangi seorang dukun dan mempercayai apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad” (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Al-Irwa’ no. 2006). Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah berkata, ”Di dalam hadits tersebut terdapat dalil kafirnya dukun dan tukang sihir karena keduanya mengaku mengetahui hal yang ghaib, padahal hal itu adalah kekafiran. Demikian pula orang-orang yang membenarkannya, meyakininya, dan ridha terhadapnya” (Fathul Majiid, hal. 334).

Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala, satu hal yang cukup memprihatinkan bagi kita adalah menyebarnya dukun dan tukang sihir yang berkedok sebagai tabib yang mampu mengobati berbagai penyakit. Di antara mereka banyak juga yang berani memasang iklan di surat kabar dan mengklaim dirinya mampu mengetahui hal yang ghaib. Wal ‘iyadhu billah! Di antara contoh praktik-praktik pengobatan yang mereka lakukan misalnya:

1.       Pengobatan melalui jarak jauh, di mana keluarga pasien cukup membawa selembar foto pasien. Setelah itu, si tabib akan mengetahui bahwa ia menderita (misalnya) sakit jantung dan gagal ginjal. Oleh si tabib, penyakit itu kemudian di-transfer jarak jauh ke binatang tertentu, misalnya kambing. Hal ini jelas-jelas termasuk berobat kepada dukun, karena apakah hanya melihat foto seseorang kemudian diketahui bahwa jantungnya bengkak, ginjalnya tidak berfungsi, dan lain-lain?

2.       Pengobatan metode lainnya, pasien hanya diminta menyebutkan nama, tanggal lahir, dan kalau perlu weton-nya. Bisa hanya dengan telepon saja. Setelah itu, si tabib akan mengatakan bahwa pasien tersebut memiliki masalah dengan paru-paru atau jantungnya, atau masalah-masalah kesehatan lainnya.

3.       Dukun lainnya hanya meminta pasiennya untuk mengirimkan sehelai rambutnya lewat pos. Setelah itu dia akan “menerawang ghaib” untuk mendeteksi, me-rituali, dan memberikan sarana ghaib kepada pasiennya.

4.       Pengobatan dengan “ajian-ajian” yang dapat ditransfer jarak jauh atau dengan menggunakan  “benda-benda ghaib” tertentu seperti “batu ghaib”, “gentong keramat” (cukup dimasukkan air ke dalam gentong kemudian airnya diminum), dan lain sebagainya.

Praktik perdukunan dan sihir seolah-olah memang tidak dapat dipisahkan. Demikian pula pelakunya. Orang yang mengaku sebagai dukun, paranormal, atau orang pintar juga melakukan sihir. Dan demikian pula sebaliknya. Demikianlah salah satu kerusakan yang sudah tersebar luas di Indonesia ini. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita semua dari kesyirikan.

Bentuk pengobatan syirik lainnya adalah berobat dengan menggunakan jimat. Termasuk kerusakan pada masa sekarang ini adalah penggunaan jimat untuk mencegah atau mengobati penyakit tertentu. Tidak sungkan-sungkan pula pemilik jimat tersebut akan menawarkan jimatnya tersebut di koran-koran agar menghasilkan uang. Di antaranya jimat dalam bentuk batu “mustika” atau cincin yang dapat mengeluarkan sinar tertentu yang dapat menyembuhkan penyakit apa pun bentuknya. Hal ini termasuk kesyirikan karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Barangsiapa menggantungkan jimat (tamimah), maka dia telah berbuat syirik” (HR. Ahmad. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 492).

*Pengobatan dengan Sesuatu yang Haram*

Tidak boleh pula seseorang berobat dengan menggunakan sesuatu yang haram, meskipun tidak sampai derajat syirik. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya. Maka berobatlah, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram” (HR. Thabrani. Dinilai hasan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 1633). Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kalian dalam sesuatu yang diharamkan-Nya” (HR. Bukhari). Hadits-hadits ini beserta dalil yang lain semuanya tegas melarang  berobat dengan sesuatu yang haram.

Misalnya, bentuk pengobatan dengan menggunakan air kencingnya sendiri. Air seni yang diminum terutama air seni pertama kali yang dikeluarkan pada waktu pagi hari setelah bangun tidur. Pengobatan seperti ini tidak boleh dilakukan. Karena air seni adalah najis dan setiap barang najis pasti haram, maka air seni termasuk ke dalam larangan ini. Begitu pula berobat dengan memakan binatang-binatang yang haram dimakan.

Demikianlah pembahasan yang dapat kami sampaikan, semoga pembahasan yang sedikit ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah Ta’ala senantiasa mengkaruniakan nikmat berupa ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih kepada kita semua. Dan semoga Allah Ta’ala memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menjadi hamba-Nya yang bersih tauhidnya dan jauh dari kesyirikan.

Penulis: dr. M. Saifudin Hakim

https://muslim.or.id/5483-kepada-siapakah-anda-berobat.html



Monday, March 2, 2020

JENJANG KESABARAN

▪Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah;

Aku mendengar Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :

• كان صبر يوسف عن مطاوعة امرأة العزيز، أكمل من صبره على إلقاء إخوته له في الجب، وبيعه، وتفريقهم بينه وبين أبيه .

 فإن هذه أمور جرت عليه بغير اختياره،ليس للعبد فيها حيلة غير الصبر, وأما صبره عن المعصية فصبر اختيار ورضا ومحاربة للنفس ...!

Kesabaran Yusuf dikala dibujuk oleh istri bendahara Mesir adalah kesabaran yang lebih sempurna daripada kesabarannya terhadap perbuatan saudaranya ketika membuang ia ke sumur, dan ketika ia di jual, dan ketika saudaranya memisahkan antara ia dan bapaknya,

Karena seluruh perkara ini terjadi tanpa ada sisi pilihan darinya, yaitu tidak ada keluasan bagi seorang hamba kecuali harus sabar, 

Adapun sabarnya terhadap maksiat, maka ia bersifat pilihan, keridhaan, dan perang dengan jiwa...
___
📕 Madarijus Salikin (2/152).

⏩ Penjelasan :

Ketika seorang ditimpa ujian berupa musibah maka itu adalah ketentuan dari Allah yang tidak bisa tertolak, artinya jika ia bersabar maka musibah itu telah tertimpa padanya, jika ia tidak bersabarpun maka musibah itu juga sudah tertimpa padanya, maka tentu lebih mudah baginya bersabar.
Contoh; Seandainya Nabi Yusuf tidak bersabar maka dia memang telah di buang di sumur, seandainya ia bersabar maka tetap pula ia telah di buang disumur, maka lebih baik baginya bersabar.

Berbeda dengan kesabaran terhadap maksiat, maka bentuknya adalah pilihan, contoh;

Nabi Yusuf dibujuk istri bendahara Mesir, ia diberikan pilihan, seandainya ia tidak bersabar maka ia akan dapatkan (kenikmatan sementara) namun terjerumus dalam dosa, seandainya ia bersabar maka ia tidak akan dapatkan (kenikmatan sementara itu), nah, tentu hal seperti ini lebih berat dilakukan, maka kesabaran dalam bentuk ini lebih sempurna.
Wallahu a'lam.
=========================
✍ Ustadz Fauzan Abu Muhammad Al Kutawy Hafizhahullah
┅┅══✿❀🌕❀✿══┅┅


_____

______
📱 Silsilah Durus Linnisa' 📚

Saturday, February 15, 2020

TIGA MACAM DAN TINGKATAN SABAR

*M A R I B A R A J A .COM*
https://wp.me/pa7ASR-18y
*══════ ◎•❀•◎﷽◎•❀•◎ ══════*

*TIGA MACAM DAN TINGKATAN SABAR*

🌾 Sabar adalah menahan diri diatas sesuatu dan dari sesuatu, dan sabar ada tiga macam. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan :

🍃 Sabar ditinjau dari muallaqnya ada tiga macam: sabar di atas perintah dan ketaatan hingga ditunaikan, sabar dari larangan dan pelanggaran sehingga tidak terjatuh ke dalamnya, sabar dari takdir yang menyakitkan sehingga tidak marah dengannya. (Madarijus Salikin: 1/165, Nadhratun Na’im: 2443)

✅ *Pertama, sabar diatas ketaatan kepada Allah*

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا

_Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya._ (QS. Thaha: 132)

📖 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

_Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas._ (QS. Al-Kahfi: 28)

✅ *Kedua, sabar dari maksiat*

Seperti sabarnya Nabi Yusuf alaihissalam dari rayuan kemaksiatan para wanita. Sehingga beliau mengatakan, sebagaimana firman Allah :

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ الْجَاهِلِينَ

_Yusuf berkata : “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh._ (QS. Yusuf: 30)

✅ *Ketiga, sabar terhadap takdir Allah yang buruk*

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّن قَبْلِكَ فَصَبَرُوا۟ عَلَىٰ مَا كُذِّبُوا۟ وَأُوذُوا۟ حَتَّىٰٓ أَتَىٰهُمْ نَصْرُنَا

_Dan sesungguhnya Rasul-rasul sebelum engkau (Muhammad) pun telah didustakan, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka._ (QS. Al-An’am: 34)

🌿 *Derajat Sabar Yang paling Tinggi Adalah Sabar diatas Ketaatan*

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata :

إذن الصبر ثلاثة أنواع، أعلاها الصبر على طاعة الله، ثم الصبر عن معصية الله، ثم الصبر على أقدار الله

_“Jadi, sabar ada tiga macam, yang paling tinggi adalah sabar diatas ketaatan kepada Allah, kemudian sabar dari kemaksiatan, lalu sabar atas takdir Allah.”_ (Al-Qaulul Mufid: 2/110)

🔍 *Baca juga Artikel :*
https://maribaraja.com/kitabut-tauhid-bab-35-termasuk-iman-kepada-allah-sabar-dengan-takdir-nya/

*🔰Semoga bermanfaat.*

Ditulis oleh : _Zahir al-Minangkabawi_
Diterbitkan oleh : _Lajnah Dakwah Yayasan Maribaraja_

Telah diberi izin untuk reposting artikel dari maribaraja.com, bukti izin
https://drive.google.com/file/d/16OyibuWvwndnesjY_R5Orp_BcA4q6aG1/view?usp=drivesdk

*♻Silahkan dishare.*

Hikmah Berqurban