Monday, November 7, 2022
Sunday, November 6, 2022
Thursday, August 4, 2022
SUDAH SETEBAL APA NODA HITAM ITU
Oleh USTADZ MAUDUDI ABDULLAH حَفِظَهُ اللهُ تعالى
Saudaraku yang seiman kaum muslimin rahimakumullah
Setiap orang yang memiliki hati dan akal sehat pasti akan berhati-hati terhadap akibat dari perbuatan maksiat dan dosa, karena keduanya merupakan racun yang bisa membinasakan dan memiliki pengaruh buruk dalam kehidupannya di masa yang akan datang.
Menahan diri dari berlebih-lebihan dalam makan, berbicara dan memandang Menahan diri dari makan yang berlebihan, berbicara berlebihan, serta dari mengumbar pandangan, kemudian mentaati Allȃh Azza wa Jalla pada setiap waktu dan tempat, melakukan kebaikan setelah keburukan, dan tidak melakukan dosa secara terus menerus. Allȃh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ
ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. [Hud/11:114] Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik (istigfar atau taubat), niscaya kebaikan tersebut akan menghapus keburukan, dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang mulia”[6]
Referensi: https://almanhaj.or.id/7222-menjauhkan-hati-dari-dosa.html
RAIH AMAL SHALIH DENGAN MENYEBARKAN KIRIMAN INI TANPA MERUBAH APA PUN JAZAKUMULLAHU KHAIRON...DAN MARI BERGABUNG
Friday, April 15, 2022
Dosa Yang Terus Mengalir
Dari: Devi Suherna
Jawaban:
Wa alaikumus salam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Kita sering mendengar istilah sedekah jariyah. Itulah sedekah yang pahalanya akan terus mengalir, meskipun kita telah meninggal dunia. Kita akan tetap terus mendapatkan kucuran pahala, selama harta yang kita sedekahkan masih dimanfaatkan oleh kaum muslimin untuk melakukan ketaatan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Apabila manusia meninggal, amalnya akan terputus, kecuali 3 hal: ‘Sedekah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya.’ (HR. Nasa’i 3651, Turmudzi 1376, dan dishahihkan Al-Albani).
Sebagai orang beriman, yang sadar akan pentingnya bekal amal di hari kiamat, tentu kita sangat berharap bisa mendapatkan amal semacam ini. Di saat kita sudah pensiun beramal, namun Allah tetap memberikan kucuran pahala karena amal kita di masa silam.
*Dosa Jariyah*
Disamping ada pahala jariyah, dalam islam juga ada dosa yang sifatnya sama, dosa jariyah. Dosa yang tetap terus mengalir, sekalipun orangnya telah meninggal. Dosa yang akan tetap ditimpakan kepada pelakunya, sekalipun dia tidak lagi mengerjakan perbuatan maksiat itu.
Betapa menyedihkannya nasib orang ini, di saat semua orang membutuhkan pahala di alam barzakh, dia justru mendapat kucuran dosa dan dosa. Anda bisa bayangkan, penyesalan yang akan dialami manusia yang memiliki dosa jariyah ini.
Satu prinsip yang selayaknya kita pahami, bahwa yang Allah catat dari kehidupan kita, tidak hanya aktivitas dan amalan yang kita lakukan, namun juga dampak dan pengaruh dari aktivitas dan amalan itu. Allah berfirman di surat Yasin,
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12)
Orang yang melakukan amal dan aktivitas yang baik, akan Allah catat amal baik itu dan dampak baik dari amalan itu. Karena itulah, islam memotivasi umatnya untuk melakukan amal yang memberikan pengaruh baik yang luas bagi masyarakat. Karena dengan itu dia bisa mendapatkan pahala dari amal yang dia kerjakan, plus dampak baik dari amalnya.
Sebaliknya, orang yang melakukan amal buruk, atau perbuatan maksiat, dia akan mendapatkan dosa dari perbuatan yang dia lakukan, ditambah dampak buruk yang ditimbulkan dari kejahatan yang dia kerjakan. Selama dampak buruk ini masih ada, dia akan terus mendapatkan kucuran dosa itu. – wal’iyadzu billah.. –, itulah dosa jariyah, yang selalu mengalir. Sungguh betapa mengerikannya dosa ini.
Mengingat betapa bahayanya dosa jariyah ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan umatnya agar berhati-hati, jangan sampai dia terjebak melakukan dosa ini.
*Sumber Dosa Jariyah*
Diantara sumber dosa jariyah yang telah diperingatkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
*Pertama*, mempelopori perbuatan maksiat.
Mempelopori dalam arti dia melakukan perbuatan maksiat itu di hadapan orang lain, sehingga banyak orang yang mengikutinya. Meskipun dia sendiri tidak mengajak orang lain untuk mengikutinya. Dalam hadis dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْء
“Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR. Muslim).
Orang ini tidak mengajak lingkungan sekitarnya untuk melakukan maksiat yang sama. Orang ini juga tidak memotivasi orang lain untuk melakukan perbuatan dosa seperti yang dia lakukan. Namun orang ini melakukan maksiat itu di hadapan banyak orang, sehingga ada yang menirunya atau menyebarkannya.
Karena itulah, anak adam yang pertama kali membunuh, dia dilimpahi tanggung jawab atas semua kasus pembunuhan karena kedzaliman di alam ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا
“Tidak ada satu jiwa yang terbunuh secara dzalim, melainkan anak adam yang pertama kali membunuh akan mendapatkan dosa karena pertumpahan darah itu.” (HR. Bukhari 3157, Muslim 4473 dan yang lainnya).
Anda bisa bayangkan, orang yang pertama kali mendesain rok mini, pakaian you can see, kemudian dia sebarkan melalui internet, lalu ditiru banyak orang. Sekalipun dia tidak ngajak khalayak untuk memakai rok mini, namun mengingat dia yang mempeloporinya, kemudian banyak orang yang meniru, dia mendapatkan kucuran dosa semua orang yang menirunya, tanpa dikurangi sedikitpun.
Tak jauh beda dengan mereka yang memasang video parno atau cerita seronok di internet, tak terkecuali media massa, kemudian ada orang yang nonton atau membacanya, dan dengan membaca itu dia melakukan onani atau zina atau bahkan memperkosa, maka yang memasang di internet akan mendapat aliran dosa dari semua maksiat yang ditimbulkan karenanya.
Termasuk juga para wanita yang membuka aurat di tempat umum, sehingga memancing lawan jenis untuk menikmatinya, maka dia mendapatkan dosa membuka aurat, plus dosa setiap pandangan mata lelaki yang menikmatinya. Meskipun dia tidak mengajak para lelaki untuk memandanginya.
*Kedua*, mengajak melakukan kesesatan dan maksiat
Dia mengajak masyarakat untuk berbuat maksiat, meskipun bisa jadi dia sendiri tidak melakukan maksiat itu. Merekalah para juru dakwah kesesatan, atau mereka yang mempropagandakan kemaksiatan.
Allah berfirman, menceritakan keadaan orang kafir kelak di akhirat, bahwa mereka akan menanggung dosa kekufurannya, ditambah dosa setiap orang yang mereka sesatkan,
لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ
Mereka akan memikul dosa-dosanya dengan penuh pada hari kiamat, dan berikut dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). (QS. an-Nahl: 25)
Imam Mujahid mengatakan,
يحملون أثقالهم: ذنوبهم وذنوب من أطاعهم، ولا يخفف عمن أطاعهم من العذاب شيئًا
Mereka menanggung dosa mereka sendiri dan dosa orang lain yang mengikutinya. Dan mereka sama sekali tidak diberi keringanan adzab karena dosa orang yang mengikutinya. (Tafsir Ibn Katsir, 4/566).
Ayat ini, semakna dengan hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Siapa yang mengajak kepada kesesatan, dia mendapatkan dosa, seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun.” (HR. Ahmad 9398, Muslim 6980, dan yang lainnya).
Anda bisa perhatikan para propagandis yang menyebarkan aliran sesat, menyebarkan pemikiran menyimpang, menyerukan masyarakat untuk menyemarakkan kesyirikan dan bid’ah, menyerukan masyarakat untuk memusuhi dakwah tauhid dan sunah, merekalah contoh yang paling mudah terkait hadis di atas.
Sepanjang masih ada manusia yang mengikuti mereka, pelopor kemaksiatan dan penghasung pemikiran menyimpang, selama itu pula orang ini turut mendapatkan limpahan dosa, sekalipun dia sudah dikubur tanah. Merekalah para pemilik dosa jariyah.
Termasuk juga mereka yang mengiklankan maksiat, memotivasi orang lain untuk berbuat dosa, sekalipun dia sendiri tidak melakukannya, namun dia tetap mendapatkan dosa dari setiap orang yang mengikutinya.
Semoga Allah memudahkan kita untuk melakukan amal jariyah dan menjauhkan kita dari dosa jariyah. Amin…
Dijawab oleh: Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
https://konsultasisyariah.com/23654-dosa-yang-terus-mengalir.html
Monday, January 10, 2022
BOLEHKAH MINTA BANTUAN JIN?*
Oleh ustadz Yulian Purnama, S.Kom.
Sebagian orang menggunakan jin untuk menyembuhkan penyakit. Mereka mengklaim bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh jin, dan mereka ini mencari rezeki dari praktek penyembuhan seperti ini. Bagaimana pandangan syariat terhadap hal ini, apakah halal atau haram?
Para ulama Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts wal Ifta' menjawab:
Tidak boleh seorang Muslim meminta bantuan jin untuk tujuan apapun. Karena mereka tidak memberi bantuan kecuali manusia menaati para jin dalam berbuat maksiat kepada Allah dan berbuat kesyirikan atau kekufuran. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. Al Jin: 6).
dan firman Allah Ta’ala:
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الإِنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ
“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (manusia dan jin), (dan Allah berfirman) : “Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia,” lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia : “Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami (manusia) telah mendapat kesenangan dari sebagian yang lain (jin) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman : “Neraka itulah tempat tinggal kamu semua, sedang kamu semua kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)” (QS. Shad: 55).
Dan mengambil upah dari perbuatan ini hukumnya haram. Penyakit yang disebabkan jin atau penyakit lainnya diobati dengan Al Qur’an atau pengobatan yang syar’i atau pengobatan yang mubah, melalui orang yang terpercaya yang memiliki aqidah yang lurus.
Sumber: https://muslim.or.id/26131-bolehkah-meminta-bantuan-jin.html/
https://t.me/fawaid_kangaswad
Thursday, December 16, 2021
Dosa-Dosaku
Telegram :
https://t.me/joinchat/Ltl-rhyYdZhaGLkjsdivYg
Badan demam, pegal-pegal, kepala pusing, penciuman mulai hilang, terkadang badan gemetar, nafsu makan dan minum hilang, ada batuk-batuknya, benar-benar lemas dan lesu, dst. . Itulah yang kita keluhkan ketika sedang sakit.
Namun, berbeda Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu. Di saat sakit, yang beliau keluhkan adalah dosa-dosa beliau. Nyatanya, dosa lebih dikhawatirkan dan ditakutkan dari pada penyakit. Sebab dosa-dosa tersebut dapat menjerumuskan ke dalam neraka yang penuh dengan siksa.
Abu Zhobyah rahimahullahu bercerita :
"Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu jatuh sakit lalu dibesuk oleh Utsman radhiyallahu 'anhu. Utsman bertanya, 'Apa yang engkau keluhkan?' Ia menjawab, 'Dosa-dosaku'. Ia bertanya lagi, 'Lalu apa yang engkau harapkan?' 'Rahmat Rabb-ku,' jawabnya." (Hayat as-Salaf, Ahmad ath-Thoyyar, hlm. 919)
Semoga kita dimudahkan untuk senantiasa bertaubat kepada Allah ta’ala dalam segala keadaan.
Wednesday, December 1, 2021
Andai Dosa Memiliki Bau
Diantara wasiat-wasiat beliau adalah:
لو تعلمون ذنوبي ما وطئ عقبي اثنان، ولحثيتم التراب على رأسي، ولوددت أن الله غفر لي ذنبا من ذنوبي، وأني دعيت عبد الله بن روثة. أخرجه الحاكم وغيره.
((Kalau kalian mengetahui dosa-dosaku maka tidak akan ada dua orang yang berjalan di belakangku dan sungguh kalian akan melemparkan tanah di atas kepalaku, dan aku berangan-angan Allah mengampuni satu dosa dari dosa-dosaku dan aku dipanggil Abdullah bin Kotoran)).Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan yang lainnya[16]
Ia berkata kepada para sahabatnya ((Kalau kalian mengetahui dosa-dosaku maka tidak ada dua orang yang berjalan di belakangku)), dalam riwayat yang lain ((Jika kalian mengetahui dosa-dosaku –kemudian beliau bersumpah dan berkata- Demi Allah yang tidak ada sesembahan selainNya kalau kalian tahu maka sungguh kalian akan menaburkan tanah di atas kepalaku))
Wasiat ini tidak diragukan lagi merupakan pelajaran karena ketenaran dikalangan manusia sangat mungkin terjadi jika seseorang memiliki sesuatu yang membedakannya dikalangan manusia, bisa jadi mereka akan mengagungkannya, bisa jadi mereka akan memujinya, bisa jadi mereka berjalan di belakangnya. Dan seseorang jika bertambah ma’rifatnya kepada Allah maka ia akan menggetahui bahwa dosanya sangatlah banyak[17]. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan kepada Abu Bakar –dan ia adalah orang yang terbaik dari umat ini dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam[18]- yaitu As-Siddiq yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata tentangnya لو وزن إيمان أبي بكر بإيمان الأمة لرجح إيمان أبي بكر ((Kalau ditimbang imannya Abu Bakar dengan imannya umat maka akan lebih berat imannya Abu Bakar)) [19], Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepadanya agar berdoa di akhir sholat dengan doa, maka ia berkata dalam doa tersebut
ربي إني ظلمت نفسي ظلما كثيرا ولا يغفر الذنوب إلا أنت
((Ya Allah sesungguhnya aku telah mendzolimi diriki sendiri dengan kedzoliman yang banyak dan tidak ada yang mengampuniku keculai Eangkau))
Yang berwasiat adalah Nabi dan yang diwasiatkan adalah Abu Bakar As-Shiddiq
ربي إني ظلمت نفسي ظلما كثيرا ولا يغفر الذنوب إلا أنت فاغفر لي مغفرة من عندك
((Ya Allah sesungguhnya aku telah mendzolimi diriki sendiri dengan kedzoliman yang banyak dan tidak ada yang mengampuniku keculai Eangkau, maka ampunilah aku dengan pengampunan dariMu)) [20]
Semakin bertambah ma’rifah seseorang kepada Robnya maka ia akan semakin takut kepada Allah dan akan semakin takut ada dua orang berjalan di belakangnya, takut ia akan diagungkan diantara manusia, takut ia diangkat-angkat dikalangan manusia karena ia mengetahui dari Allah dan dari hak-hak Allah apa yang membuatnya yakin bahwasanya ia tidak akan mencapai derajat bisa memenuhi hak-hak Allah. Ia akan kurang dalam bersyukur kepada Allah dan itu merupakan salah satu bentuk dari dosa-dosa
Ibnu Mas’ud berkata ((Kalau kalian mengetahui dosa-dosaku maka tidak ada dua orang yang berjalan di belakangku))
Orang-orang tersohor, diantaranya orang yang pandai membaca Al-Qur’an, ia terkenal dengan indahnya bacaannya, indahnya suaranya maka orang-orangpun berkumpul kepadanya.
Diantara mereka adalah orang alim yang terkenal dengan ilmunya, tersohor dengan fatwa-fatwanya, dengan kesholehannya, waro’nya. [21].
Diantaranya da’i yang tersohor dengan perjuangannya dalam berdakwah kepada manusia sehingga manusiapun berkumpul disekitarnya karena dengan sebabnya Allah telah memberi petunjuk kepada mereka kepada kebenaran.
Diantaranya ada yang terohor dengan sifat amanahnya
Dan tersohor orang yang menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dan demikianlah….
Ketenaran merupakan hal yang sangat mudah menggelincirkan orang oleh karena itu Ibnu Mas’ud mewasiatkan kepada dirinya dimana ia menjelaskan dalam wasiatnya tersebut tentang keadaan dirinya, ia menjelaskan bahwasanya apa yang wajib dilakukan oleh setiap orang yang memiliki pengikut, maka ia berkata, “Jika kalian mengetahui dosa-dosaku maka tidak akan ada dua orang yang berjalan di belakangku dan sungguh kalian akan menaburkan tanah di atas kepalaku”
Maka orang yang memiliki popularitas atau termasuk orang-orang yang terpandang di masyarakat hendaknya ia selalu merendahkan dirinya dihadapan masyarakat, ia menampakan rendahnya dirinya di hadapan mereka bukan agar terangkat derajatnya di antara mereka akan tetapi agar terangkat derajatnya di sisi Allah, dan hal ini kembali pada permasalahan ikhlas. Karena diantara manusia ada yang merendahkan dirinya di hadapan manusia agar ia terkenal diantara mereka, dan ini merupakan perangkap syaitan. Di antara mereka ada yang merendahkan dirnya di hadapan manusia dan Allah mengetahui apa yang terdapat dalam hatinya bahwasanya ia benar dalam hal itu, ia takut pertemuan dengan Allah, takut hari dimana akan di balas apa-apa yang terdapat dalam dada-dada pada hari dimana apa yang ada di hati akan nampak dan tidak ada sesuatupun yang bisa bersembunyi dari Allah dan mereka tidak bisa menyembunyikan dari Allah satu kejadianpun.
Ini merupakan pelajaran yang mesti diperhatikan oleh masing-masing dari yang diikuti dan mengikuti. Adapun yang mengikuti maka ia sadar bahwasanya orang yang ia ikuti wajib untuk tidak diagungkan akan tetapi diambil faedah darinya dari apa yang ia sampaikan dari Allah atau dari perkara-perkara yang bermanfaat bagi manusia. Adapun pengagungan maka hanyalah hak Allah kemudian hak Rasulullah, adapun manusia yang lain maka jika mereka baik maka mereka berhak untuk dicintai dalam diri.
Dan hendaknya orang yang tersohor agar senantiasa takut kepada Allah, merasa rendah dihadapan Allah dan selalu mengingat dosa-dosanya, selalu mengingat ia akan berdiri dihadapan Allah, selalu mengingat bahwasanya ia bukanlah orang yang berhak untuk diikuti oleh dua orang yang berjalan di belakangnya. Oleh karena itu tatkala Abu Bakar As-Shiddiq dipuji dihadapan manusia lalu ia berkhutbah setelah itu, telah shahih darinya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan yang lainnya ia berkata, “Ya Allah jadikanlah aku” –ia mengucapkannya dengan keras- ia berkata,
اللهم اجعلني خيرا مما يظنون، واغفر لي ما لا يعلمون
“Ya Allah jadikanlah aku lebih baik dari yang mereka sangkakan dan ampunilah aku dari apa-apa yang mereka tidak ketahui” [22]
Beliau mengingatkan manusia bahwasanya ia memiliki dosa-dosa hingga manusia tidak berlebih-lebihan kepadanya. Apakah ini sebagaimana yang kita lihat kondisi sekarang ini dimana orang yang diagungkan semakin bertambah pengagungan terhadap dirinya sendiri dan orang-orang yang mengikutinyapun semakin mengagungkannya, ini bukanlah petunjuk para sahabat. Umar terkadang ia ta’jub dengan dirinya sendiri dan ia –tatkala- itu adalah seorang kholifah dan ia adalah orang kedua yang dikabarkan masuk surga setelah Abu Bakar, maka iapun memikul sesuatu di pasar maka diapun merendahkan dirinya hingga ia tidak merasa besar (dan ujub) dengan dirinya.
Dan diantara pintu-pintu dosa adalah perasaan ujub dan merasa besar yaitu seseorang melihat dirinya hebat. Diantara salafus soleh ada yang jika dia hendak menyampaikan muhadhoroh dan ia melihat orang-orang berkumpul maka iapun meninggalkan mereka. Kenapa??, karena kebaikan dirinya lebih wajib ia selamatkan daripada kebaikan orang-orang. Tatkala ia melihat kumpulan yang banyak dan ia melihat dirinya mulai senang jika mereka berkumpul banyak, mereka diam memperhatikan, mereka melakukan demikian dan demikian, mereka menyambutnya maka iapun mengobati dirinya dengan meninggalkan mereka maka merekapun mengatakan tentangnya apa yang mereka katakana. Namun yang paling penting adalah keselamatan hatinya antara ia dan Robnya, dan keselamatan (kebaikan) hatimu lebih penting daripada keselamatan hati orang lain, maka hendaknya tatkala itu perjuangan melawan nafsu dalam keadaan seperti ini.
Jika demikian maka ini adalah wasiat dari Ibnu Mas’ud dimana ia berkata, “Demi Dzat yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Ia seandainya kalian mengetahui dosa-dosaku maka kalian akan menaburkan tanah di atas kepalaku”
Dan kami berharap wasiat ini selalu diingat oleh setiap yang memiliki suatu ketenaran di antara manusia, baik ia seorang pengajar , atau seorang alim, atau seorang pembaca Al-Qur’an, atau pemegang tanggung jawab dalam suatu urusan tertentu, atau seorang amir (pemimpin/penguasa), atau seorang raja, dan seterusnya dari golongan-golongan manusia, hedaknya ia merasa rendah dengan dirinya hingga ia tidak besar hatinya maka ia akan merugi di dunia dan akhirat. Ini adalah wasiat dan ia merupakan wasiat yang sangat dalam yang mengandung makna yang banyak, dan pada apa yang kami sebutkan di sini hanyalah isyarat-isyarat, dan dibalik isyarat-isyarat ini ada ungkapan-ungkapan, dan perhatikanlah maka engkau akan mendapatkan hal itu.
Diterjemahkan dan diberi catatan kaki oleh Firanda Andirja dari ceramah Syaikh Sholeh Alu Syaikh
Catatan Kaki
[16] Al-Mustadrok 3/357 no 5382. Dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah (Mushonnaf 7/103 no 34522) Ibnu Mas’ud berkata, لوددت أن روثة انفلتت عني فنسبت إليها فسميت عبد الله بن روثة وأن الله غفر لي ذنبا واحدا ((Aku berangan-angan ada sebuah tai yang terlepas dariku maka akupun dinisbatkan kepada tai tersebut maka aku dinamakan Abdullah bin Routsah (tai/kotoran) dan Allah mengampuni bagiku satu dosaku))
Dalam riwayat Al-Baihaqi (Syu’abul Iman 1/504 no 848) Ibnu Mas’ud berkata, والذي لا إله غيره لوددت أني انقلبت روثة وأني دعيت عبد الله بن روثة وأن الله غفر لي ذنبا واحدا ((Demi Yang tidak ada sesembahan (yang berhak untuk disembah) selainNa sesungguhnya aku berangan-angan aku berubah menjadi tai dan aku dipanggil Abdullah bin tai dan Allah mengampuni satu dosaku)) dan beliau juga berkata (Syu’abul Iman 1/504 no 846) وددت أني نسبت إلى روثة وان الله تعالى تقبل مني حسنة واحدة من عملي ((Aku berangan-angan agar aku dinisbatkan kepada tai dan Allah menerima satu amalan kebaikanku))
[17] Maka sungguh benarlah perkataan Ahmad bin ‘Ashim Al-Anthoki (beliau meninggal tahun 239 H), من كان بالله أعرف كان منه أخوف “Barangsiapa yang lebih mengenal Allah maka ia akan lebih takut kepada Allah” (Al-Bidayah wan Nihayah 10/318, Bugyatut Tolab fi tarikh Al-Halab 2/750)
[18] Ar-Robi’ bin Anas berkata, نظرنا في صحابة الأنبياء فما وجدنا نبيا كان له صاحب مثل أبي بكر الصديق “Kami memperhatikan sahabat-sahabat para nabi maka kami tidak mendapatkan seorang nabipun yang memiliki seorang sahabat seperti Abu Bakar” (Tarikh Dimasyq 30/127)
[19] Yang masyhur ini adalah perkataan Umar bin Al-Khotthob sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Baihaqi (Syu’abul Iman 1/69 no 36), Ibnu ‘Asakir (Tarikh Dimasyq 30/126,127), Ishaq bin Rahawaih dalam musnadnya (sebagaimana di nukil oleh Az-Zaila’i dalam kitabnya takhrij Al-Ahadiits wal Atsaar 1/248).
Adapun riwayat yang marfu’ dari Nabi r adalah riwayat yang lemah karena merupakan riwayat Abdullah bin Abdilaziz bin Abi Rowad dari ayahnya. Berkata Abu Hatim dan yang lainnya tentangnya, “Hadits-haditsnya munkar”. Berkata Ibnul Junaid, “Ia meriwayatkan hadits-hadits yang dusta” (Lisanul Mizan 3/310). Berkata Ibnu ‘Adi, “Ia meriwayatkan hadits-hadits dari ayahnya yang tidak ada perawi lain yang memutaba’ahinya” (Al-Kamil fi du’afa’irrijal 4/201). Ibnu Hibban menyebutnya di kitabnya Ats-Tsiqoot dan berkata, “Haditnya bisa jadi mu’atabar jika ia meriwayatkan dari selain ayahnya” (Ats-Tsiqoot 8/347 no 13809)
[20] HR Al-Bukhari 1/286 no 799, 5/2331 no 5967.
[21] Ibnu Mas’ud berkata, بحسب المرء من العلم أن يخاف الله وبحسبه من الجهل أن يعجب بعمله atau dalam riwayat yang lain dengan makna yang sama كفى بخشية الله علما وكفى بالاغترار به جهلا “Cukuplah ilmu bagi seseorang jika ia takut kepada Allah dan cukuplah kebodohan pada dirinya jika ia ujub dengan amalannya” (Musonnaf Ibni Abi Syaibah 7/103, 104)
[22]Berkata An-Nawawi, “Abu Bakar jika dipuji maka beliau berdoa….” (Tahdzibul Asma’ 2/479-480)
sumber: https://firanda.com/35-wasiat-ibnu-masud-1-qkalau-kalian-mengetahui-dosa-dosaku-maka-tidak-akan-ada-dua-orang-yang-berjalan-di-belakangkuq.html
Via HijrahApp
Thursday, October 7, 2021
BUMI MENOLAK JENAZAH PENGHINA NABI MUHAMMAD ﷺ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Sahabat yang Mulia Anas bin Malik radhiyallahu’anhu menceritakan,
كانَ رَجُلٌ نَصْرَانِيًّا فأسْلَمَ، وقَرَأَ البَقَرَةَ وآلَ عِمْرَانَ، فَكانَ يَكْتُبُ للنبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَعَادَ نَصْرَانِيًّا، فَكانَ يقولُ: ما يَدْرِي مُحَمَّدٌ إلَّا ما كَتَبْتُ له فأمَاتَهُ اللَّهُ فَدَفَنُوهُ، فأصْبَحَ وقدْ لَفَظَتْهُ الأرْضُ، فَقالوا: هذا فِعْلُ مُحَمَّدٍ وأَصْحَابِهِ لَمَّا هَرَبَ منهمْ، نَبَشُوا عن صَاحِبِنَا فألْقَوْهُ، فَحَفَرُوا له فأعْمَقُوا، فأصْبَحَ وقدْ لَفَظَتْهُ الأرْضُ، فَقالوا: هذا فِعْلُ مُحَمَّدٍ وأَصْحَابِهِ، نَبَشُوا عن صَاحِبِنَا لَمَّا هَرَبَ منهمْ فألْقَوْهُ، فَحَفَرُوا له وأَعْمَقُوا له في الأرْضِ ما اسْتَطَاعُوا، فأصْبَحَ وقدْ لَفَظَتْهُ الأرْضُ، فَعَلِمُوا: أنَّه ليسَ مِنَ النَّاسِ، فألْقَوْهُ
"Dahulu ada seorang nasrani masuk Islam, ia pun membaca surat Al-Baqorah dan Ali Imron, ia juga menulis untuk Nabi ﷺ, namun ia kembali murtad menjadi nasrani, lalu ia berkata: 'Muhammad tidak tahu apa-apa kecuali yang aku tuliskan untuknya'.
Maka Allah pun mematikannya, lalu mereka (kaum nasrani) menguburnya, maka masuklah waktu pagi dan sungguh orang itu telah dimuntahkan kembali oleh bumi sampai keluar dari kuburannya.
Mereka pun berkata: 'Ini pasti ulah Muhammad dan para sahabatnya, karena ia lari meninggalkan Islam maka mereka menggali kuburan teman kita dan melemparnya keluar'.
Maka mereka pun menggali kuburannya lebih dalam lalu menguburnya, tatkala masuk waktu pagi, tubuhnya kembali dimuntahkan oleh bumi hingga keluar dari kuburnya.
Mereka kembali berkata: 'Ini pasti ulah Muhammad dan para sahabatnya, karena ia lari meninggalkan Islam maka mereka menggali kuburan teman kita dan melemparnya keluar'.
Maka mereka kembali menggali bumi lebih dalam semampu mereka, namun saat masuk waktu pagi, bumi kembali memuntahkan tubuhnya.
Mereka pun menyadari, ini bukan perbuatan manusia (melainkan azab Allah), maka mereka melempar tubuhnya." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim Al-Harani rahimahullah berkata,
"Orang terlaknat ini yang berdusta atas Nabi ﷺ bahwa beliau tidak mengetahui kecuali yang ia tuliskan, maka Allah membinasakannya dan memperlihatkan kejelekannya, yaitu dengan mengeluarkannya dari kubur setelah dikebumikan beberapa kali.
Dan ini adalah peristiwa yang luar biasa, yang mengingatkan setiap orang bahwa ini adalah azab akibat ucapannya, dan bahwa ia telah berdusta, karena tidak ada mayyit yang mengalami seperti apa yang menimpanya.
Dan bahwa dosa yang ia lakukan lebih besar dari sekedar murtad, karena umumnya orang yang murtad saat mati, tidak mengalami seperti apa yang menimpanya.
Dan bahwa Allah 'azza wa jalla membalas untuk Rasulullah ﷺ, yaitu kepada orang yang menuduh jelek dan mencaci beliau, dan Allah 'azza wa jalla memenangkan agama beliau.
Dan Allah menghukum pendusta itu karena kedustaannya, ketika kaum muslimin tidak dapat menegakkan hukum atasnya." [Ash-Shorimul Maslul, hal. 233]
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Sumber: https://sofyanruray.info/bumi-menolak-jenazah-penghina-nabi-muhammad/
Monday, July 12, 2021
Friday, May 28, 2021
Tuesday, May 4, 2021
Tuesday, April 27, 2021
Jangan Remehkan Dosa (Meskipun) Kecil
Tulisan ini adalah nasehat bagi penulis dan pembaca untuk tidak meremehkan dosa, apakah itu dosa kecil atau besar.
بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين, و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, أما بعد:
1. Memang sebagian besar ulama Islam membagi dosa itu ada yang besar dan kecil, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam Al Quran dan Sunnah:
{إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا} [النساء: 31]
Artinya: "Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)". QS. An Nisa: 31.
Ath Thufi berkata: "Di dalam ayat ini terdapat pembagian dosa-dosa kepada besar dan kecil, dan sesungguhnya menjauhi seluruh dosa besar merupakan penghapus لاشله dosa kecil". Lihat Al Isyarat Al Ilahiyyah, 2/23-24.
{الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ} [النجم: 32]
Artinya: "(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari Al lamam (dosa-dosa kecil). Sesungguhnya Rabbmu Maha Luas ampunan-Nya". QS. An Najm: 32.
Kebanyakan para ulama tafsir dari genereasi terdahulu dan belakangan berpendapat bahwa Al Lammamadalah: dosa-dosa kecil.
Lihat kitab Al Kabair, karya Adz Dzahaby dan ditahqiq oleh Syeikh Masyhur Hasan Salman.
Dan Hadits yang menunjukkan bahwa dosa itu terbagi menjadi besar dan kecil:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - قَالَ قَالَ رسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ مَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ»
Artinya: "Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:"Shalat lima waktu, mengerjakan shalat jumat kepada shalat jumat (setelahnya) dan puasa di bulan Ramadhan kepada bulan Ramadhan (setelahnya) merupakan penebus dosa diantaranya selama menjauhi dosa-dosa besar". HR. Ahmad dan dishahihkan di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 3322.
عَنْ أَنَسٍ - رضى الله عنه - قَالَ سُئِلَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - عَنِ الْكَبَائِرِ قَالَ «الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ ، وَشَهَادَةُ الزُّورِ»
Artinya: "Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: "Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallampernah ditanya tentang dosa-dosa besar?", beliau menjawab: "Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua, membunuh seseorang, bersaksi palsu". HR. Bukhari dan Muslim.
Oleh sebab inilah Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
وقد دل القرآن والسنة وإجماع الصحابة والتابعين بعدهم والأئمة على أن من الذنوب كبائر وصغائر...
Artinya: "Dan sungguh telah ditunjukkan oleh Al Quran, Sunnah dan Ijma' para shahabat, tabi'ien setelah mereka serta para imam, bahwa dosa itu ada yang besar dan kecil…". Lihat Ad Da'u wa ad Dawa'.
Dan definisi dosa besar menurut Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma dan Al Hasan Al Bashrirahimahullah adalah:
الكبائر كل ذنب ختمه الله تعالى بنار أو غضب أو لعنة أو عذاب
Artinya: "Dosa besar adalah setiap dosa yang ditutup Allah dengan (ancaman masuk) neraka, (mendapatkan) kemurkaan, (mendapatkan) laknat atau (mendapatkan) siksa". Lihat Syarah Shahih Muslim, karya An Nawawi.
2. Tetapi, meskipun ada pembagian dosa, jangan sekali-kali meremehkan sebuah dosa, baik kecil apalagi dosa besar.
Allah Ta'ala berfirman tentang orang-orang munafik yang menyebarkan berita dusta tentang istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Aisyah radhiyallahu 'anha dan mereka mengira bahwa perbuatan tersebut ringan dan remeh padahal:
{...وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ}
Artinya: "…dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar". QS. An Nur: 15. Lihat Tafsir Ibnu Katsir.
Dan terkadang amalan tersebut remeh, rendah menurut kita, ternyata di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, menurut para shahabat radhiyallahu 'anhum tergolong dosa yeng membinasakan dan akhirnya menyeburkannya ke dalam neraka.
عَنْ أَنَسٍ - رضى الله عنه - قَالَ إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالاً هِىَ أَدَقُّ فِى أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعَرِ ، إِنْ كُنَّا نَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - الْمُوبِقَاتِ
Artinya: "Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: "Sesungguhnya kalian benar-benar melakukan perbuatan-perbuatan yang di mata kalian lebih tipis daripada rambut, tetapi kami di zaman Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menganggapnya sebagai dosa-dosa yang membinasakan".HR. Bukhari.
Seorang yang beriman sangat takut akan sebuah dosa yang dia lakukan, adapun seorang yang sering melakukan dosa sangat meremehkan dosa yang dia lakukan.
عَنِ الْحَارِثِ بْنِ سُوَيْدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدِيثَيْنِ أَحَدُهُمَا عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - وَالآخَرُ عَنْ نَفْسِهِ قَالَ «إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ»
Artinya: "Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: "Sesungguhnya seorang mukmin memandang dosa-dosanya seakan-akan ia sedang duduk di bawah gunung dan ia takut gunung tersebut jatuh menimpanya. Dan seorang fajir (yang selalu berbuat dosa) memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat di hidungnya lalu ia berkata demikian (mengipaskan tangannya di atas hidungnya) untuk mengusir lalat tersebut". HR. Bukhari.
Dan… Perhatikan! Perhatikan! Perhatikan!
Perkataan penuh makna dan pelajaran di bawah ini, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
وههنا أمر ينبغي التفطن له وهو أن الكبيرة قد يقترن بها من الحياء والخوف والاستعظام لها ما يلحقها بالصغائر وقد يقترن بالصغيرة من قلة الحياء وعدم المبالاة وترك الخوف والاستهانة بها ما يلحقها بالكبائر بل يجعلها في أعلى رتبها وهذا أمر مرجعه إلى ما يقوم بالقلب.
Artinya: "Dan disini ada sebuah perkara yang harus dicermati, yaitu bahwa sebuah dosa besar terkadang dibarengi dengan sifat malu, rasa takut dan pengagungan akan beratnya dosa tersebut yang menjadikannya dikategorikan dengan dosa-dosa kecil, dan (sebaliknya) terkadang sebuah dosa kecil dibarengi dengan sedikit rasa malu, tidak mengacuhkan, tidak takut dan sikap meremehkan dengan dosa tersebut yang menjadikannya dikategorikan dengan dosa-dosa besar, bahkan menjadikannya di tingkatan yang paling tinggi (dari dosa-dosa besar itu). Dan perkara ini kembalinya kepada apa yang terbetik di dalam hati". Lihat kitab Madarij As Salikin, karya Ibnul Qayyim.
Sebagian orang terlalu PEDE dengan banyaknya amalan dan terlalu merasa aman dari ancaman siksa atas dosa-dosanya.
Yang benar adalah tetaplah beramal dan berharap amalannya diterima dan takutlah sebuah dosa dan berharap Allah Ta'ala mengampuninya.
قَالَ ابْنُ عَوْنٍ رحمه الله: " لَا تَثِقْ بِكَثْرَةِ الْعَمَلِ، فَإِنَّكَ لَا تَدْرِي تُقْبَلُ مِنْكَ أَمْ لَا، وَلَا تَأْمَنْ ذُنُوبَكَ، فَإِنَّكَ لَا تَدْرِي هَلْ كُفِّرَتْ عَنْكَ أَمْ لَا، إِنَّ عَمَلَكَ عَنْكَ مُغَيَّبٌ مَا تَدْرِي مَا اللهُ صَانِعٌ فِيهِ، أَيَجْعَلُهُ فِي سِجِّينَ ، أَمْ يَجْعَلُهُ فِي عِلِّيِّينَ "
Artinya: "Ibnu 'Aun rahimahullah berkata: "Jangan terlalu yakin dengan banyaknya amal, karena sesungguhnya Anda tidak mengetahui, apakah amalan Anda diterima atau tidak?, dan jangan pula terlalu merasa aman dengan dosa-dosa Anda, karena sesungguhnya Anda tidak mengetahui, apakah diampuni dosa Anda atau tidak?, sesungguhnya amalan Anda gaib dari Anda, Anda tidak mengetahui apa yang Allah perbuat terhadap amalan Anda, apakah Allah jadikannya di dalam Sijjin (buku catatan dosa)? Ataukah dijadikan-Nya di dalam 'Illyyin (buku catatan amal shalih)?".Lihat Kitab Syu'ab Al Iman, karya Al Baihaqi.
Pesan yang ingin disampaikan dalam tulisan in adalah:
1. Jangan sekali-kali meremehkan sebuah dosa
2. dosa kecil ditambah dosa kecil ditambah dosa kecil lainnya dan seterusnya akan menjadi segunung dosa, bahkan bisa menjadi dosa besar.
Ath Tahbarani rahimahullah berkata:
أن الإصرار على الصغائر حكمه حكم مرتكب الكبيرة الواحدة على المشهور.
Artinya: "Sesungguhnya selalu melakukan dosa-dosa kecil maka hukumnya adalah hukum pelaku sebuah dosa besar, menurut pendapat yang terkenal (diantara para ulama)". Lihat Kitab Al Mu'jam Al Awsath, karya Ath Thabrani, no. 3759.
Bilal bin Sa'ad seorang tabi'ie rahimahullah berkata:
لا تنظر إلى صغر المعصية وانظر إلى عظمة من عصيت
Artinya: "Janganlah kamu lihat kepada kecilnya sebuah maksiat akan tetapi lihatlah agungnya Yang kamu maksiati".
خلِّ الذنوب صغيرها * وكبيرها ذاك التقى
Tinggalkanlah semua dosa kecilnya # Dan besarnya, yang demikian itulah ketakwaan
واصنع كماشٍ فوق * أرض الشوك يحذرُ ما يرى
Berbuatlah seperti seorang yang berjalan di atas # Tanah yang penuh denga duri dan berhati-hati atas apa yang dia lihat.
لا تحقرن صغيرةً * إن الجبال من الحصى
Janganlah sekali-kali kamu menghina sebuah dosa kecil # Sesungguhnya gunung-gunung berasal dari bebatuan kecil. Wallahu a'lam
Ditulis oleh Ahmad Zainuddin, Ahad, 6 Jumadal Ula 1423H, Dammam KSA.
http://www.dakwahsunnah.com/artikel/fiqhsunnah/26-jangan-remehkan-dosa-meskipun-kecil
Baca Juga Artikel Terbaru Kami Disini :
Cara Membayar/Memberikan Fidyah
Extra Food ( Suplemen Buah dan Sayur )
Andrographis Centella Untuk Imunitas
Biosir Efektif Untuk Wasir / Ambeien
Besarnya Dosa Meninggalkan Sholat
Prinsip Aqidah Ahlussunnah Waljamaah
Belajar Al Qur'an Dengan Metode Ummi (jilid 3 )
Buku-buku Penuh Manfaat dan Hikmah
Kisah Nabi Ismail as dan Telaga Zam-Zam
Wanita Wajib Izin Suami Saat Akan Keluar Rumah
Lunasi Hutang Dengan Kesederhanaan
Tiga Kamus Bahasa Tentang Pekerjaan
Tiga Bahasa Untuk Warna dan Busana
Tiga Bahasa Untuk Perkakas dan Elektronik
Meskipun Sakit, Pahala Tetap Mengalir
Perdebatan Nabi Ibrahim dan Raja Namrud
Bertaubat, Setiap Dosa Akan di Ampuni
Perbanyak Doa Untuk Melunasi Hutang
Tiga Bahasa Tentang Organ Tubuh
Perilaku yang Sesuai Surat Yunus
Tiga Bahasa Tentang Hari dan Bulan
Kandungan Surat Az zumar dan Surat At taubah
Kandungan Surat An nisa dan Al maidah
Hukum memakai Hijab dalam pandangan 4 Mazhab
Meminta Izin dan Mengucapkan Salam
Dikagumi Oleh Allaah, Kok Bisa ya ?
Sakit Adalah Ujian, Cobaan, dan Takdir
Sifat Orang yang Sering Berhutang
Melihat Kebawah Dalam Urusan Dunia
Sakit manghapuskan dosa-dosa kit
Silahkan di share atau simpan link ini, sehingga link bisa dibagikan setiap saat
Jazakallah Khairan.
-
Semoga Bermanfaat Label : Update kajian Islam, Kajian Sunnah, Sunnah, Info Islam, Islam Terbaru,Update Kajian Sunnah,Kajian Islam,Konsul...
-
Telegram : https://t.me/menebar_cahayasunnah Pertanyaan: Izin bertanya ustadz, sebagian kawan kami membeli rumah dengan car...