Showing posts with label kajian hadist. Show all posts
Showing posts with label kajian hadist. Show all posts

Monday, December 7, 2020

BERIMAN KEPADA PARA RASUL

Salah satu perkara di dalam rukun iman yang harus kita yakini adalah beriman kepada para Rasul. Kita mengimani seluruh Rasul dari yang pertama hingga yang terakhir. Baik para Rasul yang disebutkan oleh Allah atau yang tidak disebutkan oleh Allah. Kita mengimani mereka semua bahwa mereka adalah para utusan Allah yang benar. Mereka datang dengan membawa risalah dan menyampaikannya kepada ummat-ummat mereka. Barangsiapa yang mengingkari seorang Nabi saja, maka dia telah ingkar kepada seluruh para Rasul berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala,


إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا


“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membedakan antara (keimanan kepada) Allah dan Rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan : “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami ingkar terhadap sebagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (antara iman dan ingkar),”

أُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا ۚ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا

“Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.”

وَالَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَمْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ أُولَٰئِكَ سَوْفَ يُؤْتِيهِمْ أُجُورَهُمْ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا


“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para Rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa: 150-152)

Semoga Bermanfaat

Baca Juga : Kajian Terbaru Kami Disini

Wednesday, December 2, 2020

Hadist Jika Merasa Ragu


Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Bismillaah,

Adapun Hadist Tentang "Merasa Ragu" adalah Sebagai Berikut :

" Da'maa yariibuka ila maa yariibuka "

Artinya : " Tinggalkan apa yang engkau ragukan dan kerjakan apa yang engkau tidak ragu."

Hadist Shahih ( Darussalam ) : Sunan an-Nasa'i Nomor 5711, an-Nawawi, Jami at-Tirmidzi Nomor 2518 yang artinya : " Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak menragukanmu, karena sesungguhnya kebenaran adalah ketentraman dan dusta adalah keraguan." Dari al-Hasan bin 'Ali bin Abi Thalib.

Semoga Bermanfaat

Baca Juga : Artikel Terbaru Kami Disini

Wassalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Hadist Niat Beramal

 

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Bismillaah,

Adapun Hadist Tentang Niat Beramal adalah Sebagai Berikut :

Dari 'Umar bin Al-Khaththab, aku mendengar Rasulullāh صلى الله عليه وسلم bersabda :

" Innamal a'maalu binniyyaati wa innamaa likullimri' in manaawa "

Yang Artinya : " Sesungguhnya setiap amal itu ( tergantung ) pada niatnya, dan seseorang itu mendapatkan sesuai dengan yang dia niatkan."

Hadist Shahih ( al-Albani ) : Shahih Bukhari Nomor 1, 6689, 6953, Shahih Muslim Nomor 1907, Sunan Abi Dawud Nomor 2201, Sunan an-Nasa'i Nomor 3794.

Semoga Bermanfaat

Baca Juga : Artikel Terbaru Kami Disini

Wassalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Hadist Tentang Menyatakan Cinta

Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Bismillaah,

Adapun Hadist Tentang Menyatakan Cintaadalah Sebaga  Berikut :

" Idza ahabba ahadukum akhohu fal yu'limhu iyaahu "

Yang Artinya : " Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah dia memberi tahu bahwa dia mencintainya."

Hadist Hasan ( Al-Albani ) : At -Tirmidzi Nomor2392

Hadist ini bisa anda amalkan ketika telah menemukan kemantapan hati pada saat prosesi taaruf.

Semoga Bermanfaat

Baca Juga : Artikel Terbaru Kami Disini

Wassalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Hadits tentang Berbagi Hadiah

Hadist Hasan ( Al-Albani ) Hadist Riwayat Al-Bukhari dalam Al-Adab Al Mufrad Nomor 594 yang artinya :

"Berbagi hadiahlah kalian, Niscaya kalian akan saling mencintai."

Adanya hadits berbagi hadiah adalah bukti nyata kesempurnaan ajaran Islam, bahkan dapat dilakukan ketika taaruf. Namun ada kalanya seseorang yang diberi hadiah merasa berat untuk menerima pemberian dari orang lain, lantas bagaimanakah cara menolak hadiah sesuai sunnah?

Semoga Bermanfaat

Baca Juga : Artikel Terbaru Kami Disini

Tuesday, December 1, 2020

Hadist Tentang Perbuatan dan Niat

Berikut Hadist nya :

حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ 

Yang Artinya :

Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi Abdullah bin Az Zubair(1) dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Sufyan(2) yang berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id Al Anshari(3) berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim At Taimi(4), bahwa dia pernah mendengar Alqamah bin Waqash Al Laitsi(5) berkata; saya pernah mendengar Umar bin Al Khaththab(6) diatas mimbar berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan"

Baca Juga : Artikel Terbaru Kami Disini


Thursday, November 12, 2020

MALAIKAT MENANTIMU DI PINTU-PINTU MASJID

Hikmah Jumat :

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إذا كان يومُ الجمعةِ كان على كلِّ بابٍ من أبوابِ المسجدِ الملائكة يكتبون الأولَ فالأولَ، فإذا جلس الإمامُ طوَوُا الصحفَ وجاؤوا يستمعون الذكرَ.

"Apabila hari Jumat tiba maka akan ada para Malaikat di setiap pintu-pintu masjid. Mereka akan mencatat orang yang pertama kali datang lalu berikutnya dan berikutnya sampai apabila Imam telah duduk di mimbarnya mereka pun melipat catatan-catatan tersebut. Lantas mereka pun datang dan ikut mendengarkan khutbah."

Hadist Riwayat Bukhari 3211


Semoga bermanfaat.

Baca Juga : 

Kisah Nabi Ismail as dan Telaga Zam-Zam

Kisah Nabi Luth as.

Tiga Kamus Bahasa Tentang Pekerjaan

Perhiasan dalam Tiga Bahasa

Tiga Bahasa Untuk Warna dan Busana

Tiga Bahasa Untuk Perkakas dan Elektronik

Tiga Bahasa Bab Sekolahan

Hak Istri Dalam Rumah Tangga

Perdebatan Nabi Ibrahim dan Raja Namrud

Mendo'akan Orang Tua

Ciri Suami Pembawa Rejeki

Tiga Bahasa Tentang Organ Tubuh

Perilaku yang Sesuai Surat Yunus

Tiga Bahasa Tentang Hari dan Bulan

Cara Melindungi Akun Whatsapp

Infak dan Sedekah

Kandungan Surat Az zumar dan Surat At taubah

Kandungan Surat An nisa dan Al maidah

Lailatul Qadar

Seputar Syirik

Beriman Kepada Nabi Muhammad

#griyakajiansunnah


Sunday, May 26, 2019

Tarawih Bagi Musafir

Ustadz bagaimana sholat tarawih bagi seorang musafir, apakah boleh dia tidak mengerjakan sholat tarawih atau harus ia kerjakan walaupun di rumah ? Syukron

Dari Dandy Syaputra, via Tanya Ustadz for Android

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Tarawih hukumnya sunah muakkad. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memotivasi untuk qiyamullail. Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Siapa yang melakukan qiyam ramadhan, karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosa yang telah lewat akan diampuni. (HR. Bukhari 37 & Muslim 1815).

Dan dianjurkan untuk dilakukan di masjid berjamaah bersama imam.

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ فَإِنَّهُ يَعْدِلُ قِيَامَ لَيْلَةٍ

Siapa yang mengerjakan shalat malam (ramadhan) bersama imam sampai selesai, itu senilai dengan shalat semalam suntuk. (HR. Nasai 1388, Tumudzi 811, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Dalil bahwasanya shalat tarawih tidak wajib adalah peristiwa shalat tarawih di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau melakukan shalat tarawih berjamaah bersama para sahabat sebanyak 3 kali: malam 23, malam 25, dan malam 27. Di malam berikutnya, para sahabat menunggu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di masjid, namun beliau tidak datang ke masjid untuk mengimami tarawih.

Hingga ketika subuh, beliau baru keluar rumah. Seusai shalat, beliau berkhutbah,

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّهُ لَمْ يَخْفَ عَلَىَّ شَأْنُكُمُ اللَّيْلَةَ وَلَكِنِّى خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ صَلاَةُ اللَّيْلِ فَتَعْجِزُوا عَنْهَا

Amma ba’du, saya bukannya tidak tahu apa yang kalian lakukan tadi malam. Namun aku khawatir, shalat malam akan diwajibkan kepada kalian, sehingga tidak sanggup untuk melakukannya. (HR. Muslim 1820, Ibnu Hibban 141 dan yang lainnya)

Selama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, wahyu masih turun. Beliau khawatir, ketika shalat tarawih terlalu rutin dikerjakan ketika itu, Allah akan menurunkan wahyu yang mewajibkan shalat tarawih. Sehingga akan memberatkan umatnya.

Karena itu, bagi anda yang sedang dalam kondisi udzur, baik karena sakit, safar atau yang lainnya, sehingga tidak bisa shalat tarawih berjamaah, anda dituntut untuk mengerjakannya di rumah atau memaksakan diri untuk melakukannya sendiri. Namun tetap jaga shalat witir, meskipun 1 rakaat. Yang penting, malam itu kita qiyamul-lail.

Musafir dan yang Sakit Tetap dapat Pahala
Bagi anda yang musafir, atau anda yang sakit, sehingga tidak bisa melaksanakan shalat tarawih atau shalat sunah lainnya, sementara anda memiliki kebiasaan shalat tarawih ketika sehat atau ketika tidak safar, maka anda tetap mendapatkan pahala shalat sunah yang menjadi rutinitas anda.

Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

Ketika seorang hamba itu sakit atau safar, maka dicatat pahala untuknya sesuai amalan yang dia lakukan ketika mukim (tidak safar) dan ketika sehat. (HR. Ahmad 19679 dan Bukhari 2996)

Betapa bahagianya orang yang punya rutinitas amal soleh tertentu. Dengan rutinitasnya itu, dia tetap bisa mendapatkan pahala, meskipun dia tidak beramal karena udzur.

Al-Muhallab mengatakan,

Hadis ini sesuai dengan apa yang ada dalam al-Qur’an, yaitu firman Allah,

الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

“Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh mereka mendapatkan pahala yang tidak pernah terputus.” (QS. At Tin:6).

Maksudnya mereka (orang-orang yang beriman), mendapatkan pahala ketika mereka sudah tua dan lemah sesuai dengan amal yang dulu pernah mereka kerjakan ketika masih sehat, tanpa terputus. Oleh karena itu, setiap sakit yang menimpa dan setiap kesulitan yang dialami ketika safar dan sebab lainnya, yang menghalangi seseorang untuk melakukan amal yang menjadi kebiasaannya, maka Allah telah memberikan kemurahannya dengan tetap memberikan pahala kepada orang yang tidak bisa melakukan amal tersebut karena kondisi yang dialaminya.” (Syarh Shahih Bukhari, Ibn Batthal, 3/146).

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Read more https://konsultasisyariah.com/27988-bagaimana-shalat-tarawih-bagi-musafir.html

Saturday, January 13, 2018

Jihad Dengan Harta || Hadist al-Bukhori 2578

Jihad dengan harta
------------------
Sahih al-Bukhori:2578

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

مُؤْمِنٌ يُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ. قَالُوا: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: مُؤْمِنٌ فِي شِعْبٍ مِنْ الشِّعَابِ يَتَّقِي اللَّهَ وَيَدَعُ النَّاسَ مِنْ شَرِّهِ.

Dari Abu Sa'id al-Khudri ra, dia berkata: Ditanyakan: Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling utama? Maka Rasulullah saw bersabda:

Seorang mu'min yang berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya. Mereka bertanya: Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: Seorang mu'min yang tinggal di suatu jalan pada pegunungan, bertaqwa kepada Allah dan menjauhkan manusia dari kejahatannnya.

Pesan :
Mengeluarkan harta di jalan Allah adalah perbuatan yang sangat terpuji, hingga disebut oleh Rasullah bahwa seorang mu'min yang berjihad dengan jiwa dan hartanya adalah orang yang paling utama.

Hikmah Berqurban