Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2020

Kiat Membimbing Anak Usia 5 Tahun dalam Menghafal Al-Quran

Pertanyaan: Saya punya adik perempuan berumur 5 tahun lebih. Harapan saya, dia bisa menghafal Al-Quran (30 juz). Dari mana kami harus memulai dan bagaimana caranya? Jawaban: Sesungguhnya pendidikan Agama di berikan kepada anak sejak dini (kecil), menghafal Al-Quran dan mengajarkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah perkaran yang agung. Khususnya zaman sekarang, ketika banyak orang menyia-nyiakan (pendidikan) anak mereka atau anak-anak yang berada di bawah perwaliannya. Mereka juga disibukkan dengan perkara yang tidak bermanfaat untuk urusan akhirat, bahkan membahayakan mereka. Mereka ditautkan dengan tokoh-tokoh yang tidak pantas jadi teladan, seperti: aktor, atlet, dan penyanyi. Kami berterima kasih kepada Saudari atas pertanyaannya dan kita meminta kepada Allah agar Dia menenguhkannya dan membantunya dalam urusan ini dan urusan yang lain. Semoga Allah juga memberinya pahala pada hari kiamat kelak. Betapa agungnya ketika manusia berjumpa dengan Rabb-nya, dan di catatan a

Adab Terhadap Guru

Lilik Ibadurohman  Di antara adab-adab yang telah disepakati para ulama’ dalam menuntut ilmu adalah adab murid kepada gurunya. Imam Ibnu Hazm berkata: “Para ulama bersepakat, wajibnya memuliakan ahli al-Qur’an, ahli Islam dan Nabi. Demikian pula wajib memuliakan khalifah, orang yang punya keutamaan dan orang yang berilmu.” (al-Adab as-Syar’iah 1/408) Berikut ini beberapa adab yang selayaknya dimiliki oleh penuntut ilmu ketika menimba ilmu kepada gurunya. 1. Memuliakan guru Memuliakan orang yang berilmu termasuk perkara yang dianjurkan. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: «لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَفِ لِعَالِمِنَا» “Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati orang yang tua, tidak menyayangi yang muda, dan tidak mengerti hak ulama kami.” (HR. Al-Bazzar 2718, Ahmad 5/323, lafadz milik Al-Bazzar. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shohih Targhib 1/117) Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang

Sayyidah Khadijah Memang Wanita Istimewa

Perlu kita sebagai umat islam mengetahui bahwa DUA PERTIGA (2/3) wilayah Makkah adalah milik Siti Khadijah, istri pertama Rasulullah SAW. Ia wanita bangsawan yang menyandang kemuliaan dan kelimpahan harta kekayaan. Namun ketika wafat, tak selembar kafanpun dia miliki. Bahkan baju yang dikenakannya di saat menjelang ajal adalah pakaian kumuh dengan 83 tambalan. “Fatimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba,” bisik Sayyidah Khadijah kepada Fatimah sesaat menjelang ajal. “Yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa digunakan menerima wahyu untuk dijadikan kain kafanku. Aku malu dan takut memintanya sendiri”. Mendengar itu Rasulullah berkata, “Wahai istriku Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga”. Sayyidah Khadijah, Ummul Mu’minin (ibu kaum mukmin), pun kemudian menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan Rasulullah. Didekapnya sang istri itu dengan perasaan pilu yang teramat sa

LIHATLAH DARI SIAPA KAMU MENGAMBIL ILMU AGAMAMU

Oleh Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni MA  Menuntut ilmu agama untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan mewariskan amal shalih adalah tanda kebaikan yang Allâh Azza wa Jalla kehendaki bagi para hamba yang dipilih-Nya, sekaligus merupakan jalan menuju surga-Nya. Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ  AaaBarangsiapa Allâh kehendaki baginya kebaikan maka Dia akan  menjadikannya paham (berilmu) tentang (urusan) agama (Islam)[1]  Dalam hadits shahih lainnya, dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ  Barangsiapa menempuh suatu jalan dengan tujuan untuk menuntut ilmu (agama), maka Allâh akan mudahkan baginya jalan menuju Surga[2]  Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Hadits di atas (yang pertama) menunjukkan b

Kehidupan Dunia, Bagai Bunga yang Dipetik Kemudian Layu

By : Firman Hidayat  Dalam Al-Quran, tepatnya Surat Thaha ayat ke-131, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” Sementara itu Imam Al-Bukhari no. 1465 dan Imam Muslim no. 1052 meriwayatkan dari shahabat Abu Sa’id Al-Khudri –radhiyallahu ‘anhu-, ujarnya, “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam duduk di mimbar sedangkan kami duduk di sekelilin beliau. Beliau bersabda, إِنَّ مِمَّا أَخَافُ عَلَيْكُمْ من بعدي ما يفتح عليكم من زهرة الدنيا و زينتها “Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan pada diri kalian setelah peninggalanku ialah dibukakannya bunga dunia dan pernak-perniknya untuk kalian.” Pada a

Kejujuran dalam Jual Beli

Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim Al-Atsari) Abu Hurairah mengisahkan: “Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam melewati setumpuk makanan. Beliau pun memasukkan tangannya ke dalam tumpukan tersebut hingga jari-jemari beliau menyentuh bagian yang basah. ‘Apa yang basah ini, wahai pemilik makanan?’ tanya beliau. Penjualnya menjawab: ‘Makanan itu basah karena terkena hujan, wahai Rasulullah.’ Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda: ‘Mengapa engkau tidak meletakkan bagian yang basah ini di atas hingga manusia dapat melihatnya? Siapa yang menipu maka ia bukan dariku’.” Dalam lafadz lain: “Siapa yang menipu kami maka ia bukan dari kami.” Hadits di atas diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya no. 280, 279, Kitabul Iman, bab Qaulun Nabi n: “Man Ghasysyana Falaisa Minna”. Diriwayatkan pula oleh Al-Imam At-Tirmidzi dalam Sunan-nya no. 1315, Kitab Al-Buyu’, bab Ma Ja`a fi Karahiyatil Ghisy fil Buyu’, dan selainnya. Dalam riwayat Abu Dawud dalam Sunan-nya no. 3452, Kit

FOKUSLAH PADA KEWAJIBAN.. INSYAALLAH HAK ANDA AKAN SAMPAI JUGA. JANGAN SEBALIKNYA

Seringkali kita merasa sudah banyak memanggil Allah dalam doa-doa kita, tapi belum juga Dia ijabahi. Dan dengan ini setan berhasil membuat kita sedih. Tidakkah kita berpikir, berapa kali Allah memanggil kita, dan seringkali kita tidak menaati-Nya? Ingatlah selalu firman-Nya (yang artinya) : _"Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu *memenuhi (segala perintah-Ku)".*_  *[Al-Baqarah: 186].* 📍 *Ya, Janganlah Kita Hanya Menuntut Hak* 📍 Tapi kita lupakan kewajiban. 🔖 Baik dalam hubungan kita dengan sesama, maupun dalam hubungan kita dengan Allah. Bahkan harusnya kita fokus pada kewajiban dan menjalankannya sebaik mungkin, pasti Allah akan memberikan yang kita inginkan.  Bahkan melebihi apa yang kita inginkan...  🔖 *_Sebagaimana Allah telah memberikan banyak kenikmatan saat kita dilahirkan, padahal kita belum berbuat apapun kepada-Nya._*  Subhanallah walhamdulillah, wa laailaha illallah, wallohu akbar, wala haula wala